The LVI : Purple

8 2 0
                                    


GO!

Kejadian hari itu membuat satu keluarga penyihir pindah rumah entah dimana. Sesekali Ken masuk ke rumah besar itu melalui laboraturiumnya ke lemari jati atau sebaliknya. Semua barang yang sudah pernah di praktikan langsung padanya tidak dibawa, Ken merasa kesepian. Walaupun di sekolah ia masih ada Jeffry yang selalu menemaninya.

Tidak terasa satu setengah tahun Siu menghiraukan Ken, di detik-detik kelulusan Siu, diadakan acara tahunan sains. Ken sebenarnya tidak berminat ikut karena ia menyukai sains hanya sekedar iseng bukan sebuah ketekunan. Namun, ia berharap agar Siu ikut di acara sains itu. Harapannya, terjawab lunas.

Siu ditunjuk dengan sepupunya yang tak lain adalah Betrand, dan Ken ditunjuk oleh sahabat pantinya, Jeffry. Siu tampil di pertengahan acara, menunjukkan sebuah ramuan yang bisa menyembuhkan penyakit seseorang. Ken sedikit kaget, saat praktiknya Siu benar-benar berhasil.

Ramuan yang adiknya buat, bukankah aku sudah ambil semuanya, kan? Heran Ken.

Di acara terakhir, Ken tampil. Awalnya, Ken tidak memiliki firasat apa-apa. Namun, ketika ada perempuan berkepang kelabang membuatnya overthinking. Kegagalan dipraktek-nya yang ketiga. Ada yang aneh, Ken segera cek berkas-berkas milik Ejen.

Tidak ada! Berkas-berkas itu ada yang menjelaskan tentang kerusakan dari tiupan mantra dan cairan-cairan jahat di dalamnya. Namun, hilang begitu saja. Dan sejak itu juga Ken mengacaukan semua, menghilangkan diri dari ke faktaan.

***

Aku bangun dari pingsanku, mataku remang-remang menatap langit putih. Hidungku mencium aroma obat-obatan.

"Aaargghh kepalakuu." Aku pusing, memegang dahi.

Jreep. Ah! Lengket, tangan dan anak rambut menempel dengan sesuatu menjijikan.

"Inii apaa." Aku kibas-kibaskan tangan.
"AAARRRGGGHHHH!!!" Teriakku semakin menjadi, setelah melihat banyak cairan lengket berwarna ungu muda, kelipan glitter menempel di sekujur tubuhku.

Kak Jo dan si hoodie berlari menghampiriku ketika aku berteriak kencang. Mereka juga membawa sesuatu, rupanya ini karena perbuatanku sendiri. Aku melempar botol parfum hingga pecah dan mengenai diriku.

Setahuku, parfum itu meledak, mengeluarkan asap tebal berwarna yang sama dengan cairan ini. Bukan cairan lengket!

"Ayo, Jo." Egan maju sambil membawa kayu pel, dan Jo membawa ember untuk wadah cairan-cairan lengket ini.

Blub blub. Eehh. Egan kebingungan, cairannya tidak cair. Melainkan kenyal seperti jeli.

"Hilangg." Aku kaget sendiri melihat tangan kanan, dan dahiku tidak ada cairan lengket itu.

"Kamu menyerapnya, Ly." Jo yang tadi memperhatikan lenganku, melihat jelas kalau cairan atau jeli berwarna ungu glitter menyerap di telapak tanganku.

"Buat apa kita cape-cape mencari, dan membawa alat untuk membuangnya, aku kira ini sejenis monster lumpur kemarin." Protes Egan.

Aku pun tertawa, Egan si hoodie hitam marah seperti bayi. Wajahnya cemberut, pipinya mengembang gemas. Wajah cool-nya hilang seketika, hanya karna ia protes dengan jeli milikku.

Beberapa jam berlalu, terdengar bel masuk setelah istirahat kedua berbunyi. Namun, aku Lily, belum berhasil menyerap seluruh jeli ke tubuhku sendiri. Badan, tangan kanan kiri sudah berhasil, tinggal bagian kaki-kaki hingga bokongku yang belum.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang