The XXIII : Toilet

14 4 0
                                    


GO!

" CADBY GILAK! ". Ella meneriakiku.
" Ngapain? Ha! Mau mati? ". Ella bertanya-tanya dengan matanya yang melotot kesal.
" Yaaa jangan sekarangg ". Lanjutnya dengan ekspresi menangis. Lalu berjalan ke arahku dengan kakinya yang di hentak-henakkan ke lantai, sedangkan tangan dan tubuhnya condong ke bawah.
" Baru hari ini kita ketemu di kelas kan? ". Sentuhnya ke tangan kananku.

Aku diam, tidak berkata-kata, mengabaikan pelukan Ella, megabaikan pertanyaannya juga. Aku mendorong Ella sedikit, maju ke depan berhadapan dengan osis yang belagu.

" Heh! Silakan ". Ando menjulurkan tangannya ke arah pintu kelas.

" KAK! APA-APAANSI! ". Ella berteriak kembali, maju ke depan.

Plak. Tampar Ella ke wajah Ando. Semua berteriak kaget, Ella menengok ke arahku.

" APA?! BEGO LO! ". Plak. Sama nyaringnya tamparan Ella ke Ando, Ella begitu kesal dengan persyaratan gilanya Ando dan pilihannya aku.

Ken tidak berdiam diri, ia membongkar tas ransel Dey yang tergeletak di atas mejanya. Merobek tas ransel Dey, memutuskan talinya dan menggulungnya untuk di lengan kiri kanannya.

" Tas Dey bahannya dari karet, kemungkinan akan lebih baik dan aman dari serangan makhluk-makhluk itu ". Omongan Ken membuat kami bertanya-tanya. Makhkluk? Makhluk apa?

Brakk. Ken melemparkan tas berbahan karet milik salah satu anak di kelas ini. Wen juga merobek tasnya sendiri yang berbahan kulit rusa asli.

Semua hanya bisa terdiam melihat aksi kami, Ken menemukan solatip di salah satu tas dari anak kelas, Enda anak kelas juga memberikan gunting yang dia punya.

Aksi dimulai, Ken mulai membuka pintu dan berjalan keluar, Wen berjalan mengikuti Ken yang ada di depannya. Aku juga mengikuti Wen dari belakang, tapi sebelum aku melangkah keluar Ella memegang tanganku. Namun aku melepaskannya, aku tidak ingin Ella khawatir padaku.

Kami berjalan keluar kelas, mengendap-endap tanpa membawa senjata apapun. Hanya lengan yang kami lindungi, Ken berada paling depan dan aku paling belakang. Kami bertiga saling berpengangan tangan, toilet kami cukup jauh dari kelas.

Sekolah sangat sunyi, tidak ada yang keluar kelas selain kami. Aku rasa tidak ada yang aneh selama kami berjalan cukup jauh dari kelas. Langkah demi langkah, kami lewati kelas-kelas.

Ruangan excellent tidak main-main fasilitasnya, ini sangat luas dan megah. Ada ruang berkumpul di tengah-tengah antar kelas yang sudah lengkapi banyak buku, sofa besar, bahkan bean bag sofa.

" Cadby! Pegangan terus ". Panggil Ken pelan. Melihatku melepaskan pegangan tangan dari Wen.

Kami terus berjalan pelan, melewati kelas-kelas lainnya lagi, aku melihat pintu kelas 7 excellent 4. Di bagian jendela mereka, ada banyak siswa-siswinya yang melongo keluar jendela, melihat kami dan berteriak ingin ikut keluar.

" Cepeett mereka agak barbar ". Kata Ken menarik kami dan berlari kecil-kecil.

Dari kejauhan aku melihat ada banyak siswa-siswi dari kelas 7 excellent 4 menggedor-gedor jendela kelas mereka, bahkan ada yang membuka jendela sambil berteriak memanggil Ken.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang