The XLVI : Alex si Pacar Cadby

7 2 1
                                    

GO!


Greeggg. Perlahan pintu pagar besar rumah Ella terbuka sedikit.

" Serius..? ". Ella keluar dari balik pagar. Aku ketelapasan...

" I-iya, gue bayar sepuluh kali lipatnya! ". Dan aku malah menyakinkannya.

" Oke, baiklah. Kebetulan, nyonya dan tuan pak Toto tidak pulang ke rumah sampai besok ".

Bodoh, bodoh, bodohhh. Aku memukul-mukul kepalaku dengan bantal, uang tabunganku tidak cukup untuk membayar sebanyak sepuluh kalinya.

Tring! Suara pesan dari handphone-ku.

Aku berguling mengambil handphone, dan... ." Ken! ".

***

" Ini uangnya ". Aku memberikan tas travel yang berisikan uang di sore ini ke Ella. Ella mengangguk menerima uang dariku, ia akan memberikan lemarinya di hari esok karena ia harus menegosiasi dengan pak Toto untuk mengambil lemarinya kembali.

Aku pun kembali ke dalam rumah, di dalam sudah ada Ken yang duduk di kursi sederhanaku depan dapur.

" Lo gak perlu ganti uang itu, bro ". Kata Ken yang menundukkan pandangan.
" Uang itu gak seberapa kalau digantikan kasih sayang beliau pada anak-anaknya ".

Hari ini, mungkin sebuah keberuntunganku. Ken datang tepat waktu, ia menceritakan semuanya tentang dirinya yang di rawat di dalam panti asuhan bersama Jeffry dan beberapa anak lainnya yang sudah tiada, Ken adalah salah satu anak asuh dari nenekku. Ya, nenek kandungku juga pernah bercerita kalau rumah ini, dulunya rumah panti asuhan yang sederhana.

Tidak mewah, tapi begitu banyak moment menyenangkan. Ken bilang, tempat ia dan saudara-saudarinya tidur, hanya alas kasur gulung di atas lantai kayu di dalam satu kamar. Tapi dari semua anak tidak ada yang mengeluh, atau sakit karena tidur di lantai, melainkan Ken, Jeffry dan anak-anak panti lainnya sangat bahagia. Nenekku selalu memasak-masakan yang enak, sekaligus memberikan banyak pelajaran yang bermakna.

" Jadi sejak kapan ibu sakit? ". Tanya Ken yang sudah berada di dalam kamar nenek, ia mengelus rambut nenek yang sudah memutih.

" Belum lama, tadinya nenek masih bisa bolak-balik, terus ngobrol sampai bercanda denganku ". Kataku yang berdiri di pinggir pintu kamar nenek.

" Ck, rumah ini juga gak banyak berubah ". Decikan Ken setelah menghela nafas.
" Oh ya! Loteng atas apa jadi gudang sekarang? ".

Loteng dirumah ini, dulunya tempat belajar anak-anak panti.

" Kamarku, aku memilih tidur disana karna nyaman dan cukup luas ".

Ken merengutkan dahi sambil menatapku dengan tajam, berjalan ke arahku, lalu menepuk pundakku sambil berkata.

" Jika aku anak yang terakhir tinggal disini bareng ibu, aku gak akan mau tidur disana ". Ken mengambil jaket di gantungan dinding kamar nenek, dan membelakangiku.
" Gue pulang dulu ya, bro. Jaga ibu, dan sering-sering di sampingnya ". Senyum Ken tipis, matanya terlihat berkaca-kaca.

Aku menjadi tahu, kalau Ken tidak kejam dan jahat. Selama ini kak Jo dan Egan salah menilainya, orangtua angkat Ken yang kejam dan licik, tapi itu juga mungkin karena ia sebagai orangtua yang menyanyangi anaknya. Maka, ia membuat berita palsu demi keselamatan Ken.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang