The LXIII : Tidak Ada Kata Malam

7 2 1
                                    


GO!

Banyak sekali yang aku tidak tahu kejadian hari itu. Semua baik-baik saja, namun Rina dan Iko terjebak ke dunia paralel sepulang dari kejadian di yang hari yang sama. Aku, Cadby, dan Ken berhasil menyelamatkannya dari dunia aneh itu. Kini aku bisa melihatnya, tepat di depanku, menatapku dengan tatapan tak biasa.

"Ella." Senyum Rina sambil menatapku.

"Ella!" Tepuk Lily pada pundakku.
"Sudah cukup, kamu tidak mendengarnya? Alex bilang cukup."

Ha, apa? Kenapa? Aku bingung, Lily menyentuh tangan-tanganku yang masih terus memukul jelly.

"Ella, tanganmu bengkak." Cadby berlari ke arahku, mengangkat tanganku, dan memperlihatkannya padaku. Wajahnya super panik.

"Apa itu P3K?" Ken menunjuk sebuah gelembung di dalam dinding sambil rebahan.

"Ya, itu P3K." Angguk Alex.

Ken melompat dari rebahannya, berjalan mengambil obat ke gelembung P3K. Begitu pun, Jo membawa air minum hangat untukku, menyuruhku meminumnya perlahan.

"Kamu aneh. Layaknya orang kerasukan." Tatap Egan ke aku begitu tajam.

"A-aku... ." Tidak bisa berkata-kata. Rina, aku ingat tadi ada di depanku. Aku mencari dimana Rina, aku celingak-celinguk.

"Kamu cari apa Ella?" Bingung Cadby di sampingku.

"Dia mencariku." Suaranya pelan, namun terdengar begitu jelas di kedua telingaku.
"Aku tahu, kamu takut padaku Ella. Ini bukan pertamakalinya untukku, semua orang memang takut dengan senyuman dan tatapanku." Rina berdiri di serong kiriku, wajahnya merunduk, tidak menatapku kembali.

Mataku berkaca-kaca, mendengar ucapannya.

"R-Rina. Bukan begitu maksudku. Aku sama sekali tidak takut denganmu, tapi mungkin semua orang merasakan hal yang sama denganku. Untuk pertamakalinya, kamu tersenyum dan menatap mataku. Aku cukup terkejut, kamu menatapku begitu dalam. I-ini, pertamakalinya untukku."

Semua temanku, menatapku. Kecuali Rina. Aku rasa, kini aku yang salah. Aku sudah memiliki anggapan yang tidak-tidak soal dirinya, toh dia baru selamat dari dunia para monster itu.

"Rina, maafkan aku." Aku berdiri dan ikut merunduk.
"Aku memang salah, tolong maafkan aku." Aku tidak tahan merunduk terus, aku mengangkat kepalaku, menatap Rina yang masih posisi kepala yang sama.

"Aku tahu, siapa neneknya Cadby." Ucapannya lagi-lagi terdengar jelas. Namun, kini jelas terdengar di telinga kami.

"Maksudmu? Ada apa dengan nenekku, Rin?"

Kami pun duduk melingkar di meja jelly besar. Tanganku terbungkus kain dan olesan obat, agar nyeri dan bengkakku pudar.

"Kamu benar ingin menjelaskan semuanya, kan?" Ken tidak ingin mendapatkan hal yang sama lagi.
"Aku tidak suka. Kalau kamu tidak bicara apa-apa lagi." Decik Ken.

"Maaf banget, nih. Apa aku harus tahu juga?" Tengok Alex bertanya-tanya.

"Iya, sepertinya aku juga tidak perlu tahu." Celetuk Lily.

Aku menoleh, menghembuskan nafas berat, berpikir dengan dalam.

"Lebih baik, duduk. Rina juga belum berbicara apapun, pergi ketika Rina sudah mengaba-abakannya, kalau tidak, kalian masih boleh bergabung dan mendengarkan semuanya." Bibir bawah aku gigit khawatir. Semoga mereka mengerti maksudku.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang