GO!Cadby Vasto, anak tunggal dari dua sepasang suami istri. Ayahnya yang punya keturunan darah Eropa, bernama Gilbert Vasto Yudhistira. Ia seorang pengusaha hebat, di tahun baru waktu itu, tepatnya 2009. Saat Cadby anak tunggalnya genap tujuh tahun.
Namanya sering dikenal Gilbert Vasto. Usahawan yang sukses dikalangan entertaimant. Ia salah satu penyusun rancangan busana yang klasik, mewah, dan elegan, sutradara di perfilman indonesia, juga sekaligus, pembuka bar istimewa di bali. Hingga dirinya terperosok ke dunia yang jauh dari anak dan istrinya.
"Iya, ayah dikabarkan selingkuh saat itu." Cadby tersenyum tabah, bibirnya terlihat bergemetar--Menahan tangis.
Setelah mendapatkan kabar buruk. Ibu dari anaknya langsung jatuh sakit. Apalagi, ayah dari anaknya tidak pernah lagi mengabari atau mengangkat telepon dari istrinya.
"Ibuku jatuh sakit, tak sadarkan diri bertahun-tahun. Dari umurku tujuh tahun sampai sembilan tahun, ibuku masih terus tertidur pulas di ranjang rumah sakit." Cadby ikut menceritakan yang di-alami-nya waktu itu. Rina kembali bercerita.
"Hingga di tahun ketiga. Untuk pertamakalinya, ibumu membuka mata dan menyebut namamu. Memelukmu dengan waktu yang cukup lama. Aku serta keluarga, datang menjenguk, menyaksikan secara langsung. Sebelumnya, keluargaku memang mengenal nenek serta orangtuamu. Orangtuamu selalu berkunjung ke panti, tempat dimana nenek dan kakekmu tinggal."
"Oh, ya? Aku tidak mengingatnya." Kaget Cadby.
"Aku memaklumimu. Justru, aku salut denganmu yang terus menjaga ibumu. Setiap pulang sekolah, kamu menarik tangan nenekmu dan menangis memohon ke nenek untuk segera mengantarkan kamu pergi ke rumah sakit, menemui ibumu." Rina begitu serius menjelaskan masalalu Cadby.
Cadby kembali menggangguk, matanya menatap ke lengannya yang berada di atas kedua paha posisinya duduk. "Iya." Angguk Cadby, kembali mengangkat pandangannya ke depan.
"Tahun itu, akhirnya aku bisa memeluk ibu lagi dengan keadaan matanya terbuka. Sekaligus, untuk terakhir kalinya. Ibu juga selalu mengatakan hal sama dari sejak ia sehat, laki-laki tidak boleh menangis, laki-laki harus kuat." Cadby menunduk, telinga memerah. Betapa rindunya ia dengan sang ibu. Sampai ia memendam tangisannya hingga sekarang.
"Menangislah, Cadby." Ken menegaskan.
"Laki-laki juga manusia. Apa salahnya menangis? Aku yang berbadan sterek saja menangis, melihat sahabatku, Jeffry. Meninggal dengan keadaan dadanya bolong dan kehabisan darah."Cadby menggeleng. "Aku ikhlas, ibu pasti tenang disana. Jadi, tidak perlu aku menangis. Di dalam pelukkannya, ibuku sudah bilang, aku ini laki-laki jadi tidak boleh menangis, dan jangan sedikit-sedikit merengek di depan perempuan. Itu yang membuat ayah berselingkuh, karena ayah kangen dengan anak dan istrinya di rumah. Lalu, ia lampiaskan dengan cara menangis dan bercurhat ke seorang perempuan. Perempuan yang mengasihani-nya, memberikan kenyamanan ke ayahku, sampai akhirnya, ayahku lupa dengan rengekkan di awal. Lupa dengan cerita tentang anak dan istrinya yang di luar Bali. Jadi, intinya. Pertahankan jati diri sebagai laki-laki, aku setuju dengan kalimat semua ibu di dunia ini, laki-laki tidak boleh menangis." Senyum Cadby.
"Lalu, inti cerita kamu itu apa, Rina?" Egan menengak posisi duduknya, mengerutkan dahi.
"Ya, nenek Cadby si pemilik panti asuhan, akhirnya menjaga Cadby. Keluargaku tahu yang menjaga Cadby itu neneknya bukan tantenya. Maksudku, nenek Cadby mengaku ke orang lain atau orang asing saja kalau Cadby tinggal bersama tante, tidak dengan para tetangga. Itu untuk jaga-jaga jika memang ada orang jahat, karena nenek Cadby takut tidak bisa menjaga cucunya semata wayang." Senyum Rina tipis.
![](https://img.wattpad.com/cover/313231803-288-k410369.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PCS
Action• Tayang setiap hari Sabtu atau Minggu • Ella anak orang kaya yang senang akan fantasinya, mendapati berbagai macam cerita suram tentang rumah barunya dan mengalami kejadian-kejadian mistis di dalam sekolah termegahnya. Ella bertemu dengan berbagai...