GO!
Aku masuk ke kamarku, memilih baju di lemari jatiku. Piyama lengan pendek, dan celana pendek yang aku pilih. Lalu, pergilah aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, aku siap tidur di kasur besar dan mewah. Segera aku langsung berlari, menjatuhkan diri ke atas kasur. Sampai berteriak bahwa kasur mewahku ini yang paling nyaman.
Di atas kasur, pembahasan di rumah Alex terlintas dibenakku. Bagaimana caranya aku tahu siapa Ejen? Asal muasalnya saja, aku belum tahu. Tidak ada, tuh, yang bercerita denganku tentang Ejen dan Eun Siu. Belum sempat aku memejamkan mata, isi kepalaku terlalu penuh memikirkan persoalan rencana dari Cadby soal 'siapa Ejen?', mana aku tahu. Aku hanya sekedar tahu kalau Ejen, adik dari Siu, Siu orang yang pernah aku temui di dunia terbalik.
"Omong-omong tentang Siu. Siu selamat nggak, ya, dari monster jelek itu? Aku berharap, dia nggak apa-apa. Menurutku kekuatannya juga sangat kuat, dan keren." Ocehku sendirian.
Kriet. Apa itu! Aku langsung duduk dari posisiku yang rebahan tadi. Pintu lemari jatiku terbuka.
"S-siapa?" Selimut aku tarik menutupi wajahku. Tidak mungkin hantu, kan (?). Aku ingat kalau lemari jati adalah transportasi dunia ini ke dunia-dunia lainnya. Tahu begitu, aku kunci daritadi lemari jatiku.
Kriieett. Pintu lemari jati semakin terbuka lebar. Aku juga segera turun dari kasurku sambil mengambil buku yang tergeletak di meja kecil samping kasur.
Berjalan perlahan menghampiri lemariku yang terbuka. Kakiku gemetar, tanganku juga, keringatku apalagi---Bercucuran dengan deras.
Tap tap. Sepatu putih melangkah keluar, terlihat dari kolong pintu lemari yang terbuka.
Kriett. Brak. Pintu itu di tutup kembali dan memperlihatkan siapa yang telah keluar dari lemari jatiku.
"KAMU!!" Teriakku. Sosok berbadan tinggi menengok kaget, mendengarku berteriak.
"Siu, ngapain kamu kesini?" Bisikku sambil melotot melihatnya.Siu berlari dan menyeretku ke samping."Ssstt, gawat kalau aku ketahuan orangtuamu. Ini bukan rumahku lagi, dan kamu jangan melaporkanku ke polisi. Aku bukan penjahat, atau maling. Aku hanya mampir kesini." Ucapnya seperti manusia biasa. Ya, manusia biasa. Siu, manusia biasa, kan (?).
"Siapa juga yang ingin melaporkanmu ke polisi?"
Siu menengok ke aku, wajah terlalu dekat denganku. Telunjukku mendorong dahinya agar wajahnya menjauh dariku. Ini, sih, kalau orangtuaku melihat bisa salah paham jadinya.
"Ah-Maaf, aku kira, kamu takut padaku." Siu berdiri tegak, merapikan kemejanya.
"Bajumu, itu-itu saja Siu. Kamu tidak punya baju lain?"
Sunyi seketika, suasananya canggung. Siu hanya tersenyum kaku padaku. Badan tinggi, kulit putih pucat, wajah tirus, bola mata hitam seperti boba, dan rambut hitam seperti iklan shampoo. Nampak, seperti manekin.
"Kamu manusia, kan, Siu?" Ha, aku keceplosan menanyakan hal itu. Bagaimana kalau dia bukan manusia? Lalu, tertawa memenuhi ruangan dan berubah menjadi makhluk menyeramkan seperti novel yang pernah aku baca. Kucing peliharaannya berubah menjadi monster besar, dan menyeramkan. Lalu, mengeluarkan taring besar, gigi-gigi runcing, mata merah, dan kuku-kuku tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
PCS
Acción• Tayang setiap hari Sabtu atau Minggu • Ella anak orang kaya yang senang akan fantasinya, mendapati berbagai macam cerita suram tentang rumah barunya dan mengalami kejadian-kejadian mistis di dalam sekolah termegahnya. Ella bertemu dengan berbagai...