The LIII : Dimensi yang Berbeda

6 3 0
                                    


GO!

Kami berlari ke gedung kecil, aku kembali membuka mata. Benar, itu Rina. Senyumku lebar, kami menghampiri Rina yang tubuhnya terikat, dan penuh memar.

Perlahan kami mendekatinya.

"Angel?" Tiba-tiba Cadby menyebut nama lain.

Cadby pun berlari sedikit, aku mengikutinya.

"Angelaa." Kami jongkok untuk melihatnya lebih jelas. Ya, benar ini bukan Rina.

"Angel?" Tanyaku ke Cadby. Cadby mengangguk.

"Tapi harusnya ia sudah tiada." Cadby merengutkan dahi, keheranan.

Aku rasa, Angela mantan kekasihnya Cadby. Namun aku curiga, ada yang salah disini. Padahal, aku tadi jelas melihat ini Rina, aku menatap perempuan ini lamat-lamat, perlahan aku sentuh perempuan di depan kami.

Zzrrttzz~~

Benar ini Rina! Sosok-sosok di dunia ini sengaja mengelabui kita, tapi apa Cadby juga melihatnya?

"Rina?" Cadby melirikku, karna ia lupa dengan siapa Rina makanya ia bertanya padaku.

Aku pun tersenyum dan mengangguk. Rupanya Cadby juga melihat Rina dalam sedetik yang berubah kembali menjadi Angela.

***

Kami tidak akan tahu apa yang terjadi padanya? Dunia ini harus cepat kami tinggalkan, dan membawa Rina pulang.

"Tali apa ini? Eeuyyh." Cadby menyibakkan tangannya. Tali itu berlendir, padahal terlihat seperti tali tambang biasa di dunia kita. Tetapi, ini sungguh menjijikan.

"Biar aku aja, By." Kataku yang siap menggunakan kekuatan imajinasiku.

"Nggak usah La, cuma gini doang. Kita bisa akalin pakai kayu atau semacamnya." Cadby membuka borgol, kembali bangkit dari jongkoknya, dan mencari ranting pohon atau kayu. Menurutnya, tali ini akan lebih mudah dibanding tali tambang biasanya.

Sepertinya, memang benar. Talinya tidak perlu di potong, gumamku. Aku ikut melepas borgol di tangan kiriku, bangkit membantu Cadby mencari benda bantuan.

"Ini sepertinya cukup." Cadby melihat kayu panjang yang aku pungut dekat luar gedung kecil.

"Nih." Aku menyodorkan ke Cadby. Cadby menerima, dan kembali masuk menemui Rina yang masih terikat.

Aku yang masih di luar gedung, memperhatikan sekitar. Orang-orang di dunia ini seperti mengabaikan kami, seolah kami tak kasat mata. Aku mencoba berjalan ke tengah, dan masuk di antara gemborolan kakak-kakak kelas yang masih mengobrol. Aku mencoba apa respon mereka padaku.

"Kamu siapa?" Lirik salah satu kakak kelas dua, berambut panjang.

"Bukankah kamu, Ella? Setahuku, kamu sudah pulang daritadi." Balas temannya yang tomboy.

Aku pun terkekeh pelan, "maaf aku cari sesuatu ka, tadi jatuh disini." Alasanku, rupanya mereka melihatku. Kukira, tidak. Aku pun berbalik badan, mengangkat tangan, menunjukkan earphone tanpa kabel.

"Ckck, bisa-bisanya baru sadar La? Kamu balik lagi kesini, buat cari earphone? Kenapa nggak ambil saja lagi di toko." Tanya kak Tania, dan berkata padaku dengan santai.

Aku pun tersenyum kecil." Haha iya kak, ngga apa. Aku terlalu sayang sama earphone-ku."

"Ellaa!" Panggil Cadby mendatangiku. Aku menoleh. Ini bukan Cadby temanku, tapi Cadby dari dunia ini.
"Tumben, belum pulang." Cadby berhenti di depanku bersama sepedanya.

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang