The XLV : Cluster Grassland

5 2 1
                                    


GO!

Selama di mobil, Alex dan Cadby bertengkar karena hanya hal yang super sepele, sepeda. Ya, mereka bertengkar persoalan sepeda yang di masukkan ke dalam mobilku. Alex menginginkan sepeda milik Cadby dibawa ke rumahnya dan dibelikan yang baru, sedangkan Cadby mengatakan sepeda miliknya bisa diperbaiki besok. Namun, aku rasa Cadby tidak mau merepotkanku.

" Pak, belok sini! ". Sadar Alex dari pertengkaran ia dan Cadby.

Cluster Grassland, selama ini aku salah mengira kalau ternyata cluster grassland, cluster-nya Alex. Beberapa hari yang lalu, aku beranggapan Cadby ingin menjemput pacarnya karena wajahnya terlihat ceria dan berseri-seri.

Apa jangan-jangan Alex beneran pacarnya Cadby?! Karena aku sering banget lihat mereka berboncengan sepeda sambil berpelukan mesra.

" Permisii, boleh buka jendelanya pak ". Seorang security dari komplek cluster grassland yang berdiri tegap di sisi kanan mobilku.

" PAKK!! INI SAYA AND FRIENDS!! ". Teriak Alex membuka kaca mobil di sisi kanan. Tidak perlu menujukkan kartu identitas, cukup scan plat mobil, kami bisa masuk ke komplek Alex yang cukup mewah. Ya, lebih mewah komplekku. Batinku, melihat jejer-jejeran rumah disini.

" Dari sini, luruussss aja. Nanti mentok, belok kanan ". Alex mengarahkan supirku ke arah rumahnya. Mobilku melaju sesuai intruksi Alex.

***

WOOW!! Speechless... Ku tarik ucapanku tadi. Aku tidak akan menyangka dengan rumah Alex yang begitu modernnya, dan begituu cantikknyaa

" Sudah, sudah sampai ". Alex turun dari mobilku.

" Ella, makasii banyak ya. Udah mau anterin sampe rumah, tadi aku udah sedih aja kalau pulang bakal jalan kaki ". Sedih Alex. Aku pun tidak keberatan, mengantarkan teman-temanku sampai ke rumah dengan selamat. Lagipula, rumah kami memang lumayan jauh untuk sampai ke sekolah.
" Yaampun, biar saya saja! ". Alex berlari ke belakang mobil untuk membantu supirku menurunkan sepeda Cadby.
" Terimakasihh banyakk ya pakk ". Suara Alex yang khas membuatku tersenyum lebar.

" Gak pamit sama pacarmu, Lex? ". Ledekku, melihat Cadby yang bersandar di kaca mobil sambil cemberut. Alex tersenyum malu, pipinya memerah terpesona, perlahan Alex menghampiriku yang duduk di sofa depan mobil. Ngapain Alex kesini? Melototku kebingungan.

" Ella, aku pulang dulu ya, hati-hati di belakang ada singa yang suka nerkam, dan bilang sama pak sopir bawa mobilnya harus tetap fokus ke depan ". Senyum Alex padaku. PADAKU???!! Alex berbalik kembali ke depan rumahnya sambil melambai-lambaikan tangan padaku.

" Hehe, yaa daahh ". Balasku sambil tersenyum bingung. Ayo, pak supir cepat pergi. Aku melirik ke supir yang sedang memegang smartphone-nya.
" Pak, ayoo jalann ". Aku tetap mencoba ramah dan sopan. Ucapan Alex sekilas terlintas lagi 'hati-hati di belakang ada singa yang suka nerkam', aku menoleh ke belakang. Cadby ternyata yang di maksud Alex. Apa Cadby cemburu padaku? Karna Alex berpamitan denganku bukan sama dia...

Hm! Lebih baik aku tidak tanyakan.

Di mobil saat ini, tersisa aku, pak supir, dan Cadby. Cadby masih terdiam sejak tadi Alex menunjukkan jalan, aku bingung harus mengajaknya bicara atau tidak, mungkin Alex ingin berpamitan dengan Cadby yang jelas pacarnya, tapi karena Cadby terlihat semarah itu jadi Alex tidak enak berpamitan langsung padanya.

" Byy ".

" Ella ".

Aku melotot, kami sama-sama ingin berbicara rupanya.

" Ella! ". Cadby menggeser bongkongnya ke posisi tengah.
" Gue mau ngomong serius sama lo! ". Tatapan singanya ini, terlihat begitu mencekam.

" Guee udah tau kok ". Tundukku yang tidak berani menatap Cadby balik. Ha? Hanya itu jawabannya.
" Iyaa, gue tau kok kalo lo pacaran sama Alex ".

" HAAA!!! ". Dua kali Cadby menjawab dengan kata yang sama, namun dengan nada yang berbeda. Sangatt berbeda.
" Ella! Gue normal! ".

" HAAA!!! ".

Pikiran kami sangat konyol, waktu semakin berlalu. Aku yang malu langsung terdiam tak bersuara.

" Ella ". Panggil Cadby lagi yang tidak marah padaku.
" Lemari lo ada di rumah? ". Pertanyaan Cadby membuatku bingung, kenapa bisa-bisanya Cadby menanyakan hal yang tidak penting itu.
" Lemari yang ada di kamar lo, boleh gue beli? ". Cadby sekalinya berbicara membuatku syok.

Lemari di kamarku sudah hilang! Kenapa tidak dari kemarin Cadby bilang padaku? Bagaimana aku bilangnya? Kalau lemari itu hilang dari kekuatanku.

" Lemari nona Ella, baru saja di jual ke pak Toto ". Aku menoleh ke pak supir. Ha? Kok bisa, Kapan?
" Kemarin pagi, saya melihat lemari nona di buang ke halaman rumah.. ". Aku sedikit kaget mendengar ucapan pak supir, lemari yang sengaja aku hilangkan ternyata tidak benar-benar hilang melainkan berpindah tempat.
" ...Saya juga sudah tanya langsung ke nyonya, katanya boleh di jual karena mungkin saja nona Ella sudah bosan. Jadi, saya coba buat status di hp saya dan kebetulan saya follow-an sama pak Toto. Lalu, pak Toto membelinya tapi belum sepenuhnya lunas ". Cerita pak supir yang menguping pembicaraan aku dan Cadby.

Sesampai di rumah, Cadby memohon padaku ingin membeli lemari yang bukan milikku lagi untuk neneknya, apalagi Cadby juga sampai mengatakan bahwa ia bisa membayar sepenuhnya.

" Laaa, gue bayar lunas Laa ". Rengek Cadby yang tidak mau balik ke rumahnya. Ia masih berdiri di depan pagar rumah besarku sambil terus memohon. Aku yang bingung, dan juga tidak enak mengambil kembali lemariku dari pak Toto, jadi aku harus beberapa kali menolak permohonan Cadby.

" GUE AKAN BAYAR SEPULUH KALI LIPATNYA LA! ". Teriak Cadby.


NEXT!

PCSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang