Plan 05 : JEBAKAN TRISTAN

13.5K 1.3K 21
                                    


TIDAK ada satu orangpun di kebun binatang hari ini yang menyadari aku dan Tristan suami-istri dengan satu anak.

"Silahkan... dua es krim vanilla untuk kakak beradik, dan dua es krim coklat untuk Ibu dan anaknya," Mas-mas penjual es krim bahkan salah sangka. Dia menatapku dan Tristan saat memberikan es krim vanilla dan memandangi Mbok Sarmini dan Troy saat menyerahkan es krim coklat. Dagang siomay di kantin dalam kebun binatang pun juga salah tafsir, "Kakak cowoknya mau pesan siomay yang porsi harga berapa? Kalau adiknya yang cewek tadi mau bumbu pisah ya? Atau tadi pesanannya sama seperti kakaknya?"

Mereka mengira aku dan Tristan kakak beradik. Aku tahu para penjual itu mungkin hanya sembarangan memanggil saja. Tapi apakah wajah kami memang semirip itu?

Kami batal mengunjungi Taman Safari di Bogor akibat kekurangan waktu. Tapi mengunjungi Kebun Bintang Ragunan juga sangat menyenangkan, faktor penentunya tentu saja karena aku bisa melihat senyum cemerlang Troy selama seharian penuh.

Kami sudah mengitari Taman Margawisata di wilayah Ragunan ini sejak pukul sembilan pagi. Hari ini hari Minggu. Para pengunjung ramai berdatangan. Untungnya kami datang sepagi mungkin agar bisa lebih leluasa. Selama kunjungan rekreasi kami hari ini kami memperkenalkan Troy dengan berbagai jenis satwa seperti jerapah, gajah, dan burung. Hewan-hewan yang tidak pernah dia lihat langsung dengan matanya.

"Gajah keluar dari buku!" Troy menunjuk gajah. Yang kuartikan sebagai, "Gajah itu seperti gambar yang aku lihat di buku!" Tak lupa kami juga mengambil banyak foto bersama. Foto Troy bersama hewan. Fotoku dengan Troy. Troy dengan Tristan. Aku, Tristan, dan Troy. Dan juga bersama Mbok Sarmini.... Mungkin sudah ada ratusan foto dan puluhan video tersimpan di kamera LSDR yang Tristan bawa.

Sesungguhnya, ada satu hal yang selalu menjanggal perhatianku sejak kami masuk ke gerbang masuk kebun binatang tadi pagi. Entah mengapa hari ini banyak sekali mata yang tertuju padaku. Aku sampai keheranan. Padahal aku bukan artis atau selebgram. Pakaianku juga bukannya mewah, hanya baju kaos polo dan celana jeans butut. Memangnya aku sebegitu cantiknya ya sampai semua pengunjung, bahkan sesama jenis pun juga mengamatiku dengan tatapan terpesona?

Aih, harusnya mereka tidak perlu terpana begitu! Aku hanya rajin membersihkan wajah sehingga polesan make-up tipisku bisa tanpa cela seperti ini, kok!

Baru kuketahui jawaban mutlaknya ketika tadi, seorang perempuan tiba-tiba menghampiriku. "Permisi, Kak....."

Aku hendak tersenyum dan melakoninya. Tapi rupanya aku salah kaprah.

Karena wanita itu ternyata berbicara dengan Tristan. Tristan bertanya datar, "Ya?"

"Maaf, Kak, boleh minta tolong fotoiin saya dengan teman-teman saya?"

Hellooo, aku berdiri lebih dekat dengan kamu, Mbak! Kenapa kamu tidak meminta bantuan saya saja?

Tristan menerima permintaan itu. Dia menitipkan Troy yang daritadi bergandengan tangan dengannya pada Mbok Sarmini, serta menyerahkan kamera DSLR-nya padaku. Kemudian dia maju beberapa langkah untuk membantu memotret dengan kamera HP pemberian wanita itu.

Setelah Tristan mengambil empat kali foto mereka, perempuan yang tadi meminta tolong pada Tristan keluar dari gerombolan kawanannya dan kembali menghampiri kami.

"Makasi ya, Kak," Dia tersenyum sembari menyelipkan rambut ke belakang telinga.

Tristan mengembalikan HP tersebut. "Sama-sama."

"Kakaknya fotografer ya?" Perempuan itu melirik kamera DSLR di tanganku, yang tadi Tristan bawa di tangannya.

Tristan menggeleng datar, "Saya hanya hobi memotret saja."

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang