Triple update as your wish!
Happy reading!
***
"BAPAK sudah pergi belum, Mbok?" Aku bertanya dari lantai dua.
Mbok Sarmini menjawab dari lantai satu, "Sudah, Bu! Pak Tristan sudah pergi!"
Huft! Syukurlah Tristan sudah berangkat ke kantor. Kalau tidak, aku harus terkungkung di kamar Troy karena kehausan. Dengan cepat aku turuni tangga, lalu pergi ke dapur untuk mengambil segelas air.
Hari ini aku harus bersiap-siap lebih pagi. Troy dan aku akan menghadiri lomba HUT di pre-schoolnya. Acara ini sudah diumumkan dari jauh-jauh hari. Aku tidak sabar bersenang-senang dengan Troy. Apalagi aku bisa bertemu Keenan!
Oh, ya ampun! Bagaimana bisa aku lupa dengan cowok penyegar kehidupanku yang kering-kerontang ini?! Apalagi aku memang sedang butuh hiburan! Sedang butuh asupan energi dari senyumannya itu!
Ketika aku sedang minum, Mbok Sarmini memandangiku.
Aku mengerutkan kening, "Kenapa, Mbok?"
Dia menggeleng, "Bukan, Bu, saya cuma heran saja."
Aku menambah air ke dalam gelas, "Heran kenapa?" Aku minum lagi.
Mbok Sarmini agak ragu saat bertanya, "Saya heran kenapa belakangan ini Ibu setiap pagi selalu tanyakan saya apa Bapak sudah pergi atau belum. Padahal kan Ibu bisa ke bawah ngecek langsung." Lalu dia menatapku curiga, "Ibu lagi menghindar dari Pak Tristan ya, Bu?"
Aku terselak. Kuletakkan gelasku ke atas meja. "Ngehindarin Bapak?" Aku tertawa kosong, "Ngapain saya menghindar dari Bapak?"
"Ya mana saya tahu, Bu" Mbok Sarmini menggeleng. Dia mengelap kembali meja pantry, "Soalnya saya lihat Ibu, Bapak, dan Troy nggak pernah sarapan bersama lagi sejak minggu lalu. Bapak juga setiap pagi sering nanyaiin Ibu ke mana, katanya nggak pernah kelihatan di rumah. Makanya saya kira Ibu lagi menghindar dari Bapak."
Waduh, aku rupanya punya asisten rumah tangga yang pintar.
"Saya, sih, nggak merasa lagi menghindar ya," Bakat alamiku adalah berbohong dengan terlihat santai, "Kebetulan saja jadwal kita berbeda. Bukannya sudah biasa ya, Mbok, melihat saya sama Bapak kayak begini?"
Mbok Sarmini terdiam. "Iya, sih, Bu." Dia berhenti mengelap meja, "Tapi saya lebih suka yang kayak minggu lalu. Rumah jadi kelihatan lebih ramai, gitu, Bu."
Aku terkekeh, "Hidupin TV sana, Mbok, biar ramai."
Mbok Sarmini tersenyum garing, "Yah, kalau itu ramainya, mah, beda, Bu."
Aku tertawa sambil ngeloyor pergi dari dapur.
Bodo amatlah dengan Tristan! Sekarang sebaiknya aku dan Troy bersiap-siap pergi.
Ketika aku membuka kamar Troy untuk memperingatkan menggunakan seragam olahraga, kulihat Troy lagi-lagi sedang tidur tengkurap di kasur sambil menggambar sesuatu.
"Hayo! Lagi gambar apa, tuh, Troy?" Suaraku mengejutkan Troy. Anakku itu lekas menyembunyikan bukunya ke bawah bantal.
"Rahasia lagi," katanya. Ah, pasti rahasia antara Troy dan Tristan itu ya.
"Kok papa sama Troy punya banyak rahasia, sih?" Aku bersedekap, iri. "Memangnya ada berapa rahasianya?"
Walau Troy tidak mau memberitahuku isi rahasia tersebut, tapi dia bersedia memberitahuku jumlah rahasia mereka. Dia mengacungkan dua jari, "Dua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"