EPILOG

28.6K 1.6K 87
                                    



TROY tertidur sangat lelap di antara aku dan Tristan. Putra kami nampaknya lelah tertawa mendengar ceritaku dan Tristan.

Aku mengubah posisi tidur, menyamping. Kupandangi Troy dan Tristan di sebelahku.

"Kamu harusnya nggak perlu cerita ke anak kita kalau kita married by accident, Tris."

Tristan meniru. Dia ikut tidur menghadapku dan Troy di tengah kami. "Suatu hari Troy pasti akan tahu," katanya datar.

Aku tertawa, "Ya tapi nggak sampai bagian itu."

Tristan menegur, "Karina, ini sudah malam. Jangan berisik."

Aku membekap mulutku sendiri masih sambil tersenyum.

"Lagipula apa itu yang kamu maksud?" Dia tersenyum penuh goda seraya bangun dari tidurnya, seakan mendekatiku.

"Tunggu sebentar, Tris!" Debar jantungku meningkat. "Masih ada Troy di sini," desisku gawat.Tristan berhasil membuatku malu. Ternyata dia bukan mendekatiku. Dia mengangkat putra kami yang tertidur lelap sambil tersenyum usil padaku.

"Tunggu sebentar? Memangnya kita mau ngapain?" tanyanya jahil. Suami sialan!

Aku beranjak, membantu Tristan membukakan pintu kamar karena tangannya penuh membopong putra manis kami.

"Karina," Tristan berbisik sebelum keluar dari kamar. Dia melirik sekilas pada Troy, seakan memastikan agar putranya tak mendengar, "Kamu pernah bertanya bagaimana cara aku muasin diri selama empat tahun ini."

Aku membelalak. Kenapa dia bahas ini saat membawa Troy, sih?!

Tristan berbisik di telingaku, "Aku membayangkan kamu."

Wajahku merah padam. Ya ampun! Semoga Troy benar-benar sudah tidur tadi!

"Tunggu di sini," suruhnya dan pergi ke lantai dua. Ketika dia kembali dan mengetuk pintu kamarku, aku membukakannya. Seakan tidak bisa ditunda, Tristan langsung masuk menciumku. Dia mendorongku mundur dan menutup pintu di belakangnya asal.

Aku tertawa di sela ciuman kami. "Geli, Tristan!"

"Kamu tahu, Karina?" Tristan berhenti menciumku. Napasnya agak memburu. Sejenak kami cuma berpandangan, "Sejak awal, kita memang bukan married by accident." Dia tersenyum penuh maksud, "Kamu sudah jadi incaran aku dari lama."

APA?!

"Seperti kata kamu," Dia tersenyum sangat sangattt culas tepat di depan wajahku, "Aku memang penuh tipu muslihat." Senyumnya seakan berkata "selamat datang di perangkapku!". "Kamu harus berhati-hati mulai sekarang," Pria brengsek itu menambahkan dengan bibir menekuk pelit, sebelum kemudian kembali memagut bibirku.

JADI SELAMA INI DIA MERENCANAKAN INI!

SUAMI KURANG AJAR!!!!

Beginilah nyatanya. Pernikahan yang dulu kupikir adalah jalan keluar dari kehidupan jombloku yang berantakan ternyata menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar exit plan biasa.

Troy dan Tristan... Aku tidak akan kabur dari mereka.

Tristan bukan suami sempurnaku. Tristan adalah suami tergila yang pernah kumiliki (ya memang dia satu-satunya suamiku, sih).

Dan Tristanku yang tak sempurna dan gila ini kini sedang tertawa sambil menciumku.

Pada akhirnya aku tidak pernah benar-benar mengenal Tristan, suamiku yang katanya terkutuk dan dulunya hanya punya satu template wajah.

Tapi walau aku belum mengenal Tristan, aku sudah mulai memahaminya.

Aku bersedia mempelajari Tristan Yuwangsa. Aku tidak akan kabur darinya.

Karena aku mencintainya.

Karena ternyata, dia juga mencintaiku. 

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang