MELIHAT Tristan berada di rumah sebelum matahari tenggelam itu sebelas-duabelas dengan melihat es salju di gurun sahara. Fenomena yang sangat langka.
"Iya, bagus. Satu, dua, satu, dua... Wajahnya di angkat untuk ambil napas, Troy." Aku mendengar suara Tristan tepat ketika memasuki pintu penghubung dari garasi ke dalam rumah. Aku baru saja pulang dari luar. Karena takut salah dengar, kupicingkan mata ke halaman belakang rumah. Dan ya, aku tidak salah. Itu memang Tristan.
Buru-buru kulepas sandal dan kuletakkan tas di meja ruang tamu. Kemudian mendekati pintu kaca geser yang terbuka menghadap halaman belakang rumah, tepat di kebun luas yang bersisian dengan kolam renang.
Di sanalah Tristan, sedang mengajari Troy cara untuk berenang.
Aku shock setengah mati. Bukan, bukan cuma karena Tristan ada di rumah pukul lima sore. Tapi karena Tristan berinisiatif mengajari Troy berenang. Itu mengerikan sekaligus mengharukan. Well, Tristan memang ayah yang baik. Tapi apa gerangan yang membuat Tristan berubah menjadi dari hanya "baik" menjadi "sangat baik"?
"Aneh ya, Bu, lihat Pak Tristan jam segini di rumah," Di belakangku Mbok Sarmini berkomentar. Dia kebetulan tengah melintasi ruang tamu dan pergi ke dapur terbuka yang berada tepat di sebelah ruang tamu.
"Iya, Mbok," Senyumku terpantul di pintu kaca. Menerawangi jendela, kupandangi Tristan dan Troy yang nampak asyik menghabiskan waktu berdua. Pelampung yang Troy gunakan menambah keimutannya. Sedangkan Tristan... Napasku seketika tertahan. "Aneh banget," Aku menyambung ucapanku pada Mbok Sarmini saat melihat Tristan. Sosoknya yang basah karena air kolam renang berhasil membuat pikiran liarku berkelana.
Pria itu sedang berdiri di sebelah Troy. Dia bertelanjang dada, hanya mengenakan celana renang warna gelap. Kulit kuning kecoklatannya entah bagaimana nampak sangat eksotis ketika sinar matahari sore membakar lengannya.
Yaampun, aku tidak ingat Tristan punya dada sixpack itu. Bagaimana cara dia menyembunyikan tubuh seksi itu dariku selama bertahun-tahun? Bukankah aku sudah sering melihat Tristan tanpa baju sehabis dia berolahraga atau setelah mandi dan dia keluar sebentar dari kamarnya untuk ambil minum di dapur?
Rambut hitam Tristan yang basah hanya menambah maskulinitasnya selagi dia memberi Troy instruksi. Apalagi ketika dia membantu mengangkat tubuh tengkurap Troy agar mengambang di air, pundak lebar Tristan nampak sangat padat. Sangat sensual. Cocok sekali untuk menjadi bantalan tidurku.
Pemandangan itu berhasil membuatku bengong lama di ambang pintu.
Tristan sangat peka dengan tatapanku. Bagai elang, kepalanya gesit langsung menoleh, memergokiku yang sedang memandanginya di pintu beranda. Oh, tidak!
Aku reflek membalikkan badan. Lalu dengan salah tingkah dan dengan panik masuk ke dalam rumah. Kuharap siluet belakang tubuhku nampak seksi selagi Tristan masih memperhatikanku. Tapi jangankan seksi, kecelakaan pun terjadi.
Aku tidak sengaja tersandung bendul pintu dan membuatku terjungkir ke depan. Dari angel Tristan, aku yakin pantatku pasti nampak nungging maksimal. Ketika badanku jatuh, terdengar bunyi 'plop!' keras yang membuatku terdengar seperti sedang mencium.
Ya, aku memang mencium. Mencium lantai!!!
Semua orang terperangah memandangiku. "Bu Karina!" Sambil samar-samar tersenyum, Mbok Sarmini langsung berjalan ke arahku. Tidak terkecuali Tristan, yang sempat kulihat menyunggingkan bibir seakan menahan tawa dari kolam renang.
Hei, sejak kapan dia bisa tersenyum luwes begitu? Dia sepertinya butuh melihatku menderita dulu ya baru bisa tertawa? Dasar suami sialan!
"Nggak papa, Mbak, aman," ujarku seraya tersenyum masam dan bangkit berdiri dari lantai marmer. Mbok Sarmini berulangkali menawarkan diri untuk memeriksa badanku, tapi aku tolak karena aku merasa baik-baik saja setelah duduk menenangkan diri di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"