Plan 10 : SANDIWARA TANPA SCRIPT (Part 1)

9.4K 1.1K 42
                                    



"EH, ada Yohan dan Manda!" Mama menyapa Manda dan Yohan yang berdiri di pintu penghubung halaman. Kedua orang itu masih tertegun melihatku. Buru-buru mereka melunakkan ekspresinya.

"Malam, Budhe," Yohan mendekati kami. Dengan sopan dia menyalami tangan Mama di kepalanya. Manda meniru.

Hanya satu langkah jarakku dengan mereka. Ini sangat tidak menyenangkan.

Bukannya aku masih punya perasaan pada Yohan ya! Ih! Amit-amit! Suruh aku merampok bank dan dapat hukuman mati saja daripada menyuruhku menyimpan rasa untuk lelaki gendeng satu ini!

"Maaf datang terlambat, Budhe," Manda tersenyum ayu. Kuakui dia memang cantik. Manda adalah tipikal wanita anggun yang kalau jalan bak Miss Universe yang sedang pamer busana. Dia adalah Maudy Ayunda-nya era kami saat masih SMA. Sampai sekarang sepertinya dia masih populer dikalangan pria.

"Iya, loh! Budhe kira kalian nggak datang!" seru Mama. "Habis dari mana saja kalian?"

"Ke dokter kandungan, Budhe," celetuk Yohan.

"Oh iyaa!" Mama meletakkan cangkir yang dia pegang di tangan kirinya, "Manda lagi hamil ya? Sudah berapa bulan?"

Manda menjawab, "Baru saja satu bulan," Dia tersenyum ceria.

Dalam hati aku ingin memutar bola mata. Aku sudah mendengar kabar tentang mereka.

Yohan dan Manda menikah empat tahun lalu, saat aku baru-baru resign dari kantorku dulu. Tapi katanya mereka kesusahan 'membuat' anak. Dengar-dengar Yohan kurang subur. Dan setelah bertahun-tahun 'mencoba' baru diilhami tahun ini.

Eh, maaf, maaf, maaf... Harusnya aku tak menyebutnya susah 'membuat' anak, tapi susah 'punya' anak. Karena kalau 'membuat' anak, itu justru keahliannya Yohan! Aku kan sudah menyaksikan sendiri proses mereka 'membuat' anak di kantor! Saat itu rasanya aku seperti sedang eduwisata melihat cara pabrik bakpao membuat isiannya.

Puji Tuhan aku tidak pernah melakukan hal-hal aneh apapun dengan Yohan. Tingkahnya sudah main duluan sebelum kami berangkat ke stage-stage lain.

Dan lagi aku sangat bersyukur aku tidak berakhir dengan Yohan! Ibuku bilang aku mungkin menurunkan gen yang memungkinkanku sulit hamil. Bayangkan bagaimana jadinya kalau aku dan Yohan yang sama-sama tak subur bersatu?

Hanya ada 0,0001% kemungkinan kami bisa punya anak. Kasihan Ibuku! Beliau pasti menangis bombai! Harapannya agar aku cepat menikah untuk punya momongan, eh malah terhambat karena kesuburan. Dan kalau Ibuku menyuruhku bercerai dan cari suami baru? Atau aku disuruh poligami? Karena lihat saja dulu! Dia bahkan tidak ragu mengobral nomor teleponku dan semangat mempromosikanku ke anak teman-temannya. Bisa saja ide-ide gila lainnya Ibuku pikiran supaya aku bisa punya anak kandung untuk meneruskan keturunannya.

"Akhirnya ya, Man, terkabulkan setelah semua usaha-usaha kalian," tutur Mama.

Manda dan Yohan mengangguk dan tersenyum.

Aku tidak ingin berlama-lama dalam suasana canggung ini, jadi aku berdiri dari kursi.

"Karina, mau ke mana?" Mama menengadah. "Sini, duduk dulu. Sharing-sharing ke Manda, dong, pengalaman kamu saat sedang mengandung Troy dulu."

Aku tertawa dingin, "Hahaha, iya, Mah." Lalu duduk kembali seperti boneka kayu.

Tak sengaja aku melihat Tristan. Dia berdiri di depan pintu masuk rumah, tengah menatapku.

Yaya, tertawa sajalah sesukamu, Tris. Melihat istrimu berada di sini bersama dua orang pengkhianatnya pasti tontonan menarik untukmu kan? Tonton saja terus! Tak usah membantu!

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang