"PEREMPUAN dan laki-laki yang tadi kita temui di RS itu siapa, Mbak?" Keenan nampaknya sudah menahan pertanyaan itu sejak tadi. Dia menyimpan rasa tahunya cukup lama. Karena kami saat ini sudah berada di dalam mall, sudah selesai dengan seluruh tahapan medical check-up yang akan dikirimkan hasilnya paling lambat besok siang.
Aku menggengam tangan Troy agar putraku tidak jatuh saat kami menaiki eskalator.
"Seperti yang dia bilang," kataku, "Dia sepupu saya." Lebih tepatnya, mantan saya!
Keenan menerka, "Kayaknya Mbak Karina nggak terlalu suka dengan mereka."
Aku tertawa getir, "Yah, kalau keluarga mau benci juga susah, Keenan."
Dia tersenyum, "Betul juga," katanya sambil mengeluarkan HP-nya yang bergetar.
"Jadi," Aku mengedarkan pandangan ke sekitar setelah kaki kami menginjak lantai berderetkan gerai makanan dan restoran. "Kamu mau ngerayaiin ulangtahun kamu di mana?"
Keenan berhenti berkutat dengan HP. Dia mengusulkan, "Kalau di Sushi Tei gimana, Mbak? Kebetulan suami—maksud saya Andy, juga mau saya ajarin cara pakai sumpit."
"Wah, ide bagus, tuh!" Aku juga ingin mengajari Troy cara makan pakai sumpit. Terakhir kali Troy mencobanya, mie yang harusnya dimakan semuanya terjatuh ke tanah.
Menyepakati tempat makan, kami pun berjalan ke restoran jepang tersebut. Setelah mendapatkan kursi yang sesungguhnya untuk lima orang dewasa, kami pun langsung memesan.
"Keenan," Aku beranjak, "Saya ke toilet dulu ya." Tidak lupa aku membawa dompetku. Tentu saja untuk membeli kue tart untuk Keenan. Keenan mempersilahkan. Dia menyanggupi untuk menjaga Troy di sini selama aku pergi.
Begitu keluar dari restoran aku langsung berjalan cepat menuju toko kue yang tadi sempat aku lewati di lantai dasar. Dengan kilat aku memilih kue dan membeli lilin angka dua puluh. Aku sempat menanyakannya tadi di mobil. Jadi aku tahu tepatnya ulangtahunnya yang ke berapa hari ini.
Setelah itu aku langsung kembali ke Sushi Tei. Sore ini restoran sedang tidak terlalu ramai. Jadi sebelum aku kembali ke meja yang kebetulan ada di bilik sebelah kanan, tak terlihat dari kasir, aku pun meminta seorang pelayan agar membantuku menyiapkan surprise kejutan untuk Keenan.
Aku tidak meminta semua pegawai untuk menyanyi bersamaku, tapi mereka malah ikut melantunkan lagu happy birthday. Seorang pelayan membantu membawakan kue tart bercahayakan lilin di sampingku. Sambil menyanyi, aku menuntunnya ke meja kami.
"Happy birthday to you!" Aku tersenyum girang saat nyaris tiba di meja. Namun senyum itu seketika pudar. Wajahku malah berubah pucat. Jantungku langsung dag-dig-dug. Bagaimana tidak dag-dig-dug kalau ternyata Tristan, suamiku, sedang duduk di meja itu?!
Sementara tepukan tangan dari para pegawai setelah paduan suara bergemuruh, aku menatap Tristan salah tingkah. Suamiku itu balik memandangiku. Wajahnya yang biasanya datar kali ini sangat susah dibaca. Aku tak bisa mendeteksi ekspresinya.
Namun rupanya Tristan tidak sendiri. Ada seorang wanita yang menduduki kursi tempatku duduk tadi. Giana. Dia melambaikan tangan kecil padaku.
Pegawai wanita di sebelahku menurunkan kue tart ke meja. Keenan mengucapkan terimakasih sebelum pelayan itu akhirnya pergi. Kini suasana terasa sangat amat canggung. Yaiyalah canggung! Coba kamu lihat, Karina, bagaimana komposisi peserta yang ada di sini!
Ada suami yang tidak terasa seperti suami.
Ada mantan pacar suamimu.
Ada gebetanmu yang telah mendapatkan approve dari suamimu
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"