STRATEGI pertamaku dalam misi 'penjarakan Tristan' adalah menerima undangan double date dari Sasha. Double date itu sudah direncanakan sebelumnya, saat Tristan sakit dan kami akhirnya batal pergi.
Jumat lalu kami pun memperbarui janji temu itu. Sasha dan Henri mengiyakan. Mereka bersedia meluangkan waktu. Tristan juga berjanji padaku kalau dia akan atur waktu. Namun sayangnya, suami laknat yang sudah lama sembuh dari demam itu baru saja mengirimiku pesan WA. Ada makan malam dadakan dengan BoD kliennya dari luar kota, sehingga Tristan tidak bisa ikut bersama kami. Dan dia bahkan mendoakan, "Semoga double datenya lancar."
Heh, double date peyang lo?! Dia saja tak bisa datang! Double data mananya? Kepergian satu cowok dengan dua cewek bukan double date namanya suami, O-onku! Tristan ini kurang gaul atau bagaimana, sih?!
"Sha, sorry," Aku sedang menelpon Sasha, "Tristan mendadak ada acara, jadi dia nggak bisa datang."
Sasha mendecakkan lidah di ujung sana, "Kebiasaan, deh, Kak Tristan!" keluhnya. "It's okay, deh, Kak. Kalau Kak Karina gimana?" tanyanya, "Sore ini juga ada acara atau gimana?"
"Kak Karina, sih, lagi senggang."
"Perfect!" Sasha terdengar ceria, "Kalau gitu kita ganti rencana ya, Kak. Ajak Troy juga saja kalau bisa, Kak. Nanti kita jalan berlima."
"Berlima?" Aku merngernyit.
"Iya, berlima!" Di seberang kudengar Sasha sedang mengatakan sesuatu soal korset, "Maaf, tadi ada sedikit gangguan, Kak Kar. Sasha lagi nyobaiin gaun pengantin untuk resepsi."
"Oh, sorry ganggu, kalau gitu nggak papa, Sha, Kak Karina tutup—"
"Eh, jangan ditutup dulu, Kak Kar!" Sasha mencegat.
"Ya?" Aku masih mendengarkan.
"Nanti sore Kak Karina beneran bisa kan pergi bareng kita?" tanya Sasha lagi. "Kita mau trial katering prasmanan di pernikahan Sasha-Henri. Mama-Papa lagi di luar negeri, Mamanya Henri ya apalagi. Kak Tristan sibuk pula. Jadi mending Kak Karina sama Troy bantu aku, dong. Bisa kan?"
"Oke, deh, Sha. Nanti Kak Karina sama Troy bisa ikut, kok."
Dengan begitu walau strategi double date gagal terlaksana, aku tetap punya kegiatan pengisi kekosongan. Well, sebetulnya walau Sasha tidak mengajakku pun aku juga punya rencana cadangan, kok. Frida katanya punya kencan dengan seorang cowok keturunan Malaysia nanti malam. Nah, kan aku bisa juga jadi obat nyamuk mereka! Hahaha!
Pukul tiga sore aku dan Troy akhirnya pergi ke salah satu hotel bintang lima di kawasan Pacific Place. Kami berdua duduk menunggu di sofa lobby dekat pintu masuk tembus kaca.
Aku sudah mengabari Sasha kalau aku dan Troy sudah sampai. Selagi menunggu, aku mengajak Troy berbiacara mengenai apa kegiatannya kemarin Jumat di pre-schol bersama teman-temannya. Seperti biasa, Troy menceritakan dengan cukup antusias.
"Halo, Karina," seorang wanita berambut panjang bergelombang dan dicat coklat mahogany menghampiri kami. Pakaiannya sangat modis dan elegan. Wajahnya cantik dan sangat familiar. Di mana ya aku pernah melihatnya?
Aku mendongak tersenyum padanya, "Halo juga." Walau tidak ingat siapa namanya, aku berusaha bersikap ramah.
"Hai, Troy," Dia melambaikan tangan kecil pada Troy. "Wah, gila, Troy sudah gede banget ya sekarang, Kar," Dia tergelak dengan sangat ayu.
Troy menatap Kakak itu seolah terpana. Huft! Siapa, sih, cowok yang tidak suka dengan cewek cantik? Anakku yang masih tiga tahun saja terpesona dengan wanita anggun satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"