Plan 08 : JANGAN-JANGAN.... KARENA ITU?

11.5K 1.2K 34
                                    


MUSIK berdentum dari pojok gelanggang, tempat para sepupu berduet menyanyikan lagu. Semua orang menikmati hidangan. Masing-masing kerabat membawa makanan untuk dibagikan kepada semua orang. Seluruh keluarga saling bertegur sapa dan menanyakan kabar satu sama lain.

Keluarga besar Yuwangsa tidak sering mengadakan acara makan-makan bersama. Makan malam hari ini dibuat mumpung banyak sekali kerabat yang tinggal di luar dan kembali ke Jakarta dan Indonesia. Ini adalah kali ketiga aku menghadiri acara serupa selama nyaris empat tahun menjadi bagian dari mereka. Temanya lebih sering formal, tapi kali ini sepertinya dibuat lebih kasual, sama seperti acara keluarga modern lain bila berkumpul bersama, berikut dengan variasi topik bahasannya.

"Beberapa UU Cipta Kerja yang dulu dibuat itu memang nggak masuk akal...." Saat aku nimbrung dengan para pamanku yang duduk di ruang tamu, mereka membahas hukum dan tata kelola negara yang berpengaruh ke perijinan dan operasi usaha Yuwangsa.

"Ryan Gosling nggak cocok jadi Ken! Cocokan jadi pangerannya Ariel!" Dan kalau aku berpindah forum ke para keponakan-keponakanku, mereka cenderung akan berdiskusi seputar selebriti hits, film, game, dan gaya hidup.

"Ibu Presiden RI yang sekarang humble sekali ya, saya pas ketemu beliau rasanya seperti..." Sementara, kalau aku pergi ke Budhe-Budheku, aku akan mendengar gossip-gosip menarik seputar circle pertemanan mereka dan hal remeh tapi penting lainnya.

Masih ada grup-grup kecil lain dengan tajuk diskusi berbeda yang bisa aku timbrungi.

Aku sudah menghabiskan sepuluh hingga lima belas menit di setiap forum, mencoba berbaur sambil mengupdate diri. Tapi tubuhku memberi gejala 'low battery'. Aku pun memilih duduk di teras belakang rumah, mencari udara segar.

Huft... coba saja aku bisa melihat senyuman Keenan sekarang juga. Pasti energiku akan lebih cepat terisi kembali.

"Adududuhhh, cucu Eyang, kok, makin berat yaa? Hmm?" Mama datang dari pintu rumah, memperbaiki gendongan Troy di pelukannya. Dia berbicara lagi pada Troy dengan ramah, "Masakan Mama kamu di rumah enak-enak ya, Troy? Iya?"

Kemudian beliau tersenyum melirikku, "Karina tahu berat badan Troy sekarang berapa?"

"Belum nimbang lagi, Mah," Aku belum menimbang berat badan Troy bulan ini, "Terakhir masih empat belas kilogram."

Mama tertawa, "Eih, kayaknya sudah naik, nih, berat badan Troy," ujarnya padaku sembari menepuk-nepuk pantat Troy, "Makin berat, Kar. Makin embul." Beliau lanjut tertawa.

"Eyang, turun... turunin Teloi." Troy nampak gusar. Dia sepertinya masih ingin bermain dengan sepupunya. Mama menurunkan Troy. Bocah itu langsung berlari kecil kembali masuk ke dalam rumah. Mama berseru menyuruhnya agar berjalan pelan saja.

"Nggak terasa ya, Kar," Mama berjalan dan duduk di sebelahku, "Umur Troy sebentar lagi sudah genap tiga tahun," Beliau menghela napas panjang.

Aku tersenyum. Aku pun juga tidak menyangka. Tiga tahun berjalan begitu cepat. Apakah tiba-tiba saja Troy akan berusia dua puluh tahun saat aku membuka mata besok? Aku jadi khawatir apakah aku sudah cukup membuat banyak kenangan manis bersama Troy.

Mama tiba-tiba terbahak. Aku menoleh mengernyitkan dahi, "Kenapa, Mah?"

"Enggak, bukan..." Dia menutup mulutnya masih sambil tertawa, "Mama cuma keinget usaha-usaha keras Mama dulu meyakinkan Tristan untuk menikah dan punya anak."

Aku tersenyum angguk-angguk kepala. Mama sudah pernah menceritakan itu.

"Kamu tahu nggak, Karina," Mama menyerongkan posisi duduknya ke arahku, "Mama sampai sudah ada ide pura-pura koma di rumah sakit supaya dia mau menikah."

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang