SEKALI dalam seumur hidup, manusia pasti pernah bersikap sangat bodoh.
Untuk beberapa orang kebodohan itu bisa berupa kehilangan uang puluhan juta karena tertipu SMS tak dikenal, bertemu dengan cowok dari Tinder yang beratensi buruk....
Ya! Bodoh seperti itu yang kumaksud! Bukan kebodohan normal.
Tapi sangat, sangat, sangatttt bodoh!
Dan bagiku, kebodohan paling bodoh di antara seluruh pengalaman terbodoh dalam hidupku sudah terjadi. Aku yakin aku tidak akan pernah lebih bodoh dari hari itu. Saking bodohnya kalian pasti menganggap ini sangat konyol dan tertawa dan mungkin berpikir "kok ada yang mau melakukan hal seperti itu?".
Kejadian tolol itu terjadi empat tahun lalu. Tepatnya di pernikahan Manda dan Yohan.
"Menarik," Aku mengajak seorang pria tidak dikenal taruhan. Laki-laki itu menunjukkan KTP-nya padaku dengan bangga. "Saya terima tantangan kamu."
Itulah kata cowok tak dikenal itu. Aku tidak mau berbelit-belit karena aku yakin kalian sudah tahu siapa pria ini. Demi mempermudahku, mari panggil cowok ini dengan inisial T saja.
T! Ingat itu.
"Tapi kamu berani sekali mempertaruhkan status lajang kamu," T berkomentar datar.
Tentu saja T akan bilang begitu. T bahkan mungkin saat itu berpikir aku wanita murahan yang suka banting harga diri dan mengobralnya ke para pria berhidung belang. Secara, wanita baik, suci, dan waras mana yang mau menaruh status lajangnya di meja judi?
Tapi karena aku tidak peduli aku pun menanggapi T dengan selow.
"Nggak perlu khawatir," Waktu itu aku sedang membawa piring kue black-forest di tangan. Jadi aku letakkan dulu piring itu ke meja terdekat. "Saya yakin 1000% saya yang akan menang. Lagian nggak seru kan kalau taruhannya cuma uang atau benda? Nggak menantang."
T mengerutkan kening, "Kamu mabuk?"
Masuk akal juga bila aku berbohong padanya dan bilang aku mabuk kan? Gelombang hidupku lebih memabukkan dari mabuk darat dan efek alkohol. Maksudku, coba tengok peristiwa yang terjadi belakangan itu... Ibuku mengobralku. Aku didesak untuk cepat menikah dan punya anak. Sosial mediaku isinya hanya foto-foto pernikahan teman dan kegiatan seru bersama anak mereka. Kalaupun aku mau menikah, menikah dengan siapa? Baru-baru itu aku memergoki pacarku selingkuh. Untuk memperparah rangkaian kesedihan ini, wanita selingkuhan pacarku adalah temanku sendiri. Kejadian itu membuat aku meragukan nilai diriku sendiri sehingga aku makin insecure. Sedangkan karirku? Karirku menukik turun. Jangan lupa aku baru saja resign dari YS Media. Belum lagi pekerjaanku di tempat kerja baru juga lebih menegangkan dari film thriller sampai aku tidak bisa tidur. Masa depanku terlihat amat suram. Aku sama sekali tidak bisa melihat setitik cahayapun pada jalan yang sedang kutempuh. Sampai-sampai belakangan itu aku berdoa agar Tuhan segera menjemputku.
Nah, bagaimana? Itu sudah cukup mabuk bukan?
"Saya nggak mabuk, kok," Aku menjawab T ketus. "Bukannya kamu yang mabuk?"
Untuk pertamakalinya kulihat ekspresi datar T nampak kelimpungan.
"Saya mabuk?" tanya T, menunjuk diri kalem. "Kenapa malah saya yang mabuk?"
Aku tertawa geli. "Nggak mungkin ada laki-laki waras yang mau menerima tantangan dari wanita nggak dikenal. Tiba-tiba todongin KTP. Apalagi taruhannya status lajang," paparku, "Tapi karena kamu terima tantangan saya, pasti kamu yang lagi mabuk."
Jangan-jangan aku bisa viral bila aku kalah dan benar-benar harus menikahi T. Mungkin headline beritanya akan click-bait seperti : Hot News! Kalah Taruhan, Perempuan 26 Tahun ini Menikahi Pria Tidak Dikenal Setelah Menjudikan Status Lajangnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"