Plan 02 : ANTEK-ANTEK TRISTAN

20.7K 1.8K 65
                                    


DI JAMAN canggih di mana berbagai jenis profesi tercipta, dari yang paling low sampai high requirement, rupanya masih ada segelintir orang yang meremehkan profesi mulia berkualifikasi tinggi seperti ibu rumah tangga 24 jam yang siap siaga.

Ibu rumah tangga adalah profesi kombinasi yang memadukan segala tanggung jawab dari berbagai lini pekerjaan, mulai dari satpam, event organizer, polisi, koki, pemadam kebakaran, penjahit, dan akuntan. Hanya saja kami tidak terspesialisasi dan lebih generalis. Pekerjaan menuntut agar kami serbabisa dan kadang dipaksa untuk multi-tasking.

Tak kupungkiri, aku sangat menikmati menjadi ibu rumah tangga, tapi tak jarang aku tergugah untuk aktif berkarir lagi. Seperti teman-teman kantorku di YS media dulu, yang beberapa di antaranya menikah dan melahirkan, lalu kembali bekerja seperti biasa.

Namun di sinilah pilihan hidupku terlaksana, bersama Tristan dan keluarganya, Yuwangsa, yang sudah hidup berkecukupan turun-temurun. Tristan tidak pernah memaksaku untuk bekerja ataupun menyuruhku untuk tetap menjadi ibu rumah tangga. Singkatnya, dia membebaskan. Tidak peduli, malah menurutku. Itu artinya aku punya banyak opsi. Tinggal memilih sesuai keinginan. Karena katanya, Tristan akan mendukung apapun pilihanku.

Setelah lama mempertimbangkan akhirnya aku memilih untuk melanjutkan karir belakangan saja, mungkin nanti, bila Troy sudah masuk Sekolah Dasar. Tapi untuk sementara ini aku akan tetap menjadi seorang ibu rumah tangga full time. Aku ingin menikmati waktu bersantai dan menjadi seorang Nyonya rumah lebih lama lagi. Karena kalau aku boleh jujur, aku sudah lelah menjadi wanita pekerja sejak delapan belas tahun.

Ketika aku mulai berkuliah hingga tamat aku sambilan bekerja. Setamat sarjana pun aku juga lanjut bekerja menyeriuskan profesiku. Begitupula saat selesai sekolah magister. Delapan belas sampai dua puluh lima tahun... Kukira sudah cukup waktu untuk memuaskan ambisiku yang mungkin tidak setangguh wanita lain di luar sana.

"Loh, Karina..." Namun tidak sedikit orang yang menyalahkan jalan hidup yang kupilih, "Kamu kan lulusan S2 di Universitas Barkeley! Pendiri platform Ceritamu, lagi! Masa kamu sudah sekolah tinggi-tinggi ujungnya malah berakhir di sepetak dapur saja, sih? Bercanda kamu, ah!" Salah satu Budheku dari keluarga Tristan bergunjing.

Tapi Budheku tersayangg, scope kerja ibu rumah tangga rupanya bukan cuman satu petak dapur. Di rumah kami, ada lima perut dan lima kehidupan yang mesti saya urus. Tristan, Troy, karyawan kami.... Belum lagi satu isi rumah lengkap dengan debu-debunya. Jadi sepetak dapur apa yang Budhe maksud? Aku juga bertanggungjawab menjaga Troy agar dia senantiasa selamat dari marabahaya ke manapun dia pergi, yang terkadang seperti melawan kehendak Tuhan.

Pendidikan yang kutempuh bertahun-tahun membantuku dalam memahami proses operasional rumah tangga dengan jauh lebih baik. Aku membeli sepasang silicon pengaman siku meja setelah betisku berdarah karena tergores ketajamannya. Pareto law. Aku berinvestasi 20% meghindari luka pada Troy dan bila risiko terberatnya dikalkulasi mungkin saja akan menghabiskan 80% tabungan kami hanya untuk biaya perawatan kesehatannya termasuk agar lukanya tidak membekas di kulit saat dia dewasa.

Selain itu, bila Tristan memberikan aku dana mengelola rumah, aku memasang konsep budget palsu, 100% adalah 70%. Jadi aku selalu mengusahakan pengeluaran kami tidak lebih dari 70% dari uang yang Tristan berikan dan sisanya aku putar dalam pasar modal yang capital gain atau dividennya bisa digunakan untuk dana pendidikan Troy di masa mendatang. Siapa tahu kan kami akan bercerai, dan Tristan hanya memberikan sedikit dana tunjangan?

Lihat kan, Budhe? Tidak ada ilmu yang sia-sia. Lagipula, rutinitasku sebagai ibu rumah tangga juga bukannya mudah. Apalagi hidup satu atap dengan Tristan selama nyaris empat tahun.

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang