Plan 12 : KURIKULUM INTERVIEW

9.7K 1.1K 18
                                    


KETIKA aku hendak menghampiri Sasha untuk mengalihkan perhatiannya dari kepergian Henri, aku melihat adik iparku itu sedang asyik mengobrol dengan Manda. Mereka tertawa bersama-sama. Tatkala Sasha melirikku yang sedang berjalan ke arah mereka di pantri dapur, dia memanggil, "Eh, kak Karina! Sini, Kak!" Tangannya mengibas.

Aku tersenyum sembari berjalan mendekat.

"Kak Karina sudah tahu belum?" tanya Sasha.

Aku yang berdiri di seberang Manda mengangkat alis. "Tahu apa, Sha?"

"Kak Manda ternyata lagi hamil!" Sasha menunjuk Manda dengan riang. Manda tersenyum ayu menanggapinya.

"Sudah tahu, dong," Aku mencoba tersenyum ramah, "Tadi kita sempat bincang-bincang sama Mama. Iya kan, Manda?" tanyaku, sebisa mungkin memperlihatkan pada Sasha dan kerabat lain bahwa hubunganku dan Manda baik-baik saja.

Berkeluarga dengan teman laknat seperti Manda itu rasanya bagai singa yang mencoba akrab dengan mangsanya. Ya, aku pernah jadi mangsa yang ditikam dari belakang. Untung saja aku selamat.

Tapi ya mau bagaimana lagi? Berbesan dengan Manda itu tidak bisa dihindari. Aku tidak mau ada kerabat yang tahu mengenai hubungan lamaku dengan Yohan dan Manda. Itu tak akan baik bagi reputasi Tristan. Di kantornya, maupun di rumah. Bahkan aku tidak pernah menceritakan pada Frida mengenai perselingkuhan Yohan saat masih berpacaran denganku, serta apa yang sebetulnya terjadi antara aku dan Tristan.

Biarkan kotak pandora bersama rahasia di dalamnya tersegel rapat-rapat. Dan mari berharap tidak ada orang yang pernah menemukannya selain aku, Tristan, Yohan, dan Manda.

Itulah mengapa berpura-pura baik dan tersenyum ramah pada Manda dan Yohan di depan umum adalah pilihan terbaik. Bagi Tristan, dan tentu saja bagiku.

Aku nimbrung di antara obrolan Manda dan Sasha. Mereka membicarakan perawatan wanita dan kebutuhan ibu hamil. Sesekali aku memperhatikan sekitar, mengawasi apakah Tristan sudah selesai dan mengembalikan Henri kembali ke ruang tamu sebelum Sasha curiga.

"Cobaiin Yoga untuk bumil, kak Manda," Sasha menyarankan. Dia melirikku, "Dulu pas mengandung Troy, Sasha dengar dari Mama kalau kak Karina rajin senam hamil. Katanya baik untuk keselamatan ibu dan bayi saat proses melahirkan."

Aku mengangguk setuju, "Ya, senam bagus," ujarku tak terlalu menghiraukan topik ini. Duh, kenapa Tristan tak kunjung mengembalikan Henri? Katanya sepuluh menit cukup.

"Iya, deh, Sha. Nanti Kak Manda coba ya," Manda mengelus perutnya yang masih rata.

"Jangan lupa ajak Kak Yohan juga ya, Kak Manda," peringat Sasha. "Biasanya senam dan yoga ibu hamil bareng suami itu lebih bagus buat tumbuh kembang anak dan keharmonisan suami-istri. Benar nggak, Kak Kar? Kak Karina kan kemarin juga kasih tips serupa ke aku waktu aku tanya tentang kiat-kiat pernikahan. Iya kan?"

Aku mengerjap ling-lung, "I-iya." Apakah itu salah satu materi yang kucomot dari internet dan kuberikan pada Sasha saat dia menanyakan tentang persiapan pernikahan padaku? Yaampun, Karina, out of topic sekali, sih! Ini kan materi persiapan kehamilan, bukan pernikahan! Apa coba yang kupikirkan saat itu?

"Hmm, kalau senam hamil ajak suami kayaknya susah, deh, Sha," Manda mendesau. "Soalnya Yohan nggak mau banget ikut kegiatan kayak gitu."

Mendengar itu, tak sengaja tawa masam menyelip keluar dari mulutku. "Oh, maaf," Aku berdeham menyembunyikan senyum. Sangat lucu membayangkan kekikukan Yohan sementara dia mengikuti gerakan senam di antara ibu hamil. Pria pecundang sepertinya lebih cocok berada di tumpukan daging, persembahan untuk hewan buas di kebun binatang daripada bersama para calon ibu yang mengemban tujuan mulia membawa kehidupan ke bumi.

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang