HARI ini hari Selasa. Keadaan hatiku tidak begitu baik. Belakangan ini aku mencari begitu banyak kesibukan. Membaca buku dan mengambil kursus online. Mengajari Troy istilah dan kata-kata baru yang dia belum mengerti. Mengurus rumah. Dan masih banyak lagi.
Sekarang aku sedang menjemput Troy di pre-schoolnya. Sehabis ini kami akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan dan gigi Troy. Sudah waktunya dia medical check-up.
"Mbak Karina?" Suara jernih bagaikan malaikat itu menyapaku. Aku menoleh ke belakang saat berjalan di koridor sekolah. Aku tidak berani menanggalkan kacamata gelapku. Jadi aku memicingkan mata dan terkejut saat menyadari Keenan menghampiriku.
"Keenan?!" Aku tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia. "Hai! Gimana kabar?" Keenan sama bahagianya saat melihatku. Dia menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi. Senyumannya bagai menghujani lahan hatiku yang gersang dan tandus.
Yaampun, Keenan, Keenan..... kamu benar-benar terlambat lahir. Aku akan mengganti nahkoda rumah tanggaku bila umurmu setidaknya lima tahun lebih muda dariku. Biar kutinggalkan saja Tristan dan kubuang memori tentangnya ke jurang!
"Mbak Karina mau jemput juga?" tanyanya. Mahasiswa tampan ini berjalan menyamakan langkah di sampingku.
"Iya, nih, mau jemput Troy." Untung saja aku pakai kacamata hitam. Aku jadi bisa sembunyi-sembunyi menatapnya tanpa dia ketahui. "Tumben kamu yang jemput Andy? Bukannya biasanya adikmu Arya?"
Keenan menggelengkan kepala, "Arya lagi ujian, Mbak. Jadi mulai hari ini sampai Selasa depan saya yang akan jemput Andy."
Kyaa! Kabar gembira untuk kita semua! Kulit manggis kini ada ekstraknya, yaitu Keenan yang manisnya bisa kujumpai selama sepekan ke depan! Benar-benar ekstrak manis dari sari-sari doaku pada Tuhan!
Saking senangnya aku menawarkan Keenan tanpa pikir panjang, "Oh ya, habis ini saya mau ke rumah sakit check-up kesehatan Troy. Kamu ikut saya, yuk, sekalian periksakan Andy."
Keenan mengernyit, "Walau belum janjian dokternya nggak papa saya samperin dadakan, Mbak?" Biasanya, sih, tidak bisa. Tapi kan ada aku!
Aku mengibaskan tangan, "Ah, saya bisa bantu, kok, kalau masalah itu."
Keenan mengangguk, "Kalau gitu boleh, deh, Mbak. Kebetulan saya belum pernah periksa kesehatan Andy. Kami ikutan ya."
Hatiku bersorak sorai! Kesenduan yang kualami sejak kemarin akhirnya menemui ajalnya. Keenan memang obat paling mujarab bagi kepiluan hatiku ini! I love you full, Keenan!
Seusai menemui Troy dan Andy di kelasnya, kami menggandeng mereka keluar dari sekolah. Kami memutuskan untuk menggunakan mobil Keenan. Aku menyuruh Pak Pito pulang sendirian tanpaku dan Troy. Tapi Pak Pito melarang.
Tahu apa balasan Pak Pito? "Maaf, Bu, saya mesti ijin Pak Tristan dulu, minta ijin apa Ibu dan Troy boleh pergi sama orang lain selain saya. Soalnya saya nggak berani kalau—"
Aku tidak peduli. Itu urusan Tristan dengan antek-anteknya. Dan ini juga alasan mengapa aku tak menyetujui saran Keenan agar kami pergi menggunakan mobilku.
Dari sekolah, kami berempat langsung pergi menuju Rumah Sakit Kharisma.
Aku dan Keenan mengajak Andy dan Troy karaoke menyanyikan lagu anak-anak yang kuputar di tape mobil selama di jalan. Aku lupa bagaimana perjalanan di dalam mobil bisa semenyenangkan ini. Ada Troy, ada Andy yang tidak membuat Troy kesepian, dan ada Keenan! Rasanya aku ingin waktu berhenti saja. Mana mungkin aku bisa melakukan hal seperti ini bersama Tristan? Dia terlalu sibuk dan kepribadiannya terlalu garing untuk diajak berduet!
KAMU SEDANG MEMBACA
EXIT PLAN
ChickLitThe Next Level of Match-Making and Wedding Life. "Tristan? Tampan dan posesif padaku? Ya, itu semua pasti terjadi. DALAM MIMPI!"