Plan 51 : EKSISTENSI TRISTAN

11.7K 1.2K 76
                                    


Pesan dari penulis : 

koreksi, teman2, ternyata 53 plan + epilog 

happy reading 

* * * 


HARI ini genap empat tahun pernikahanku dengan Tristan.

Empat tahun kulakoni peranku menjadi Karina Yuwangsa.

Empat tahun menjadi Ibu Rumah Tangga.

Empat tahun menjadi istri dari Tristan Yuwangsa.

Dan menuju empat tahun menjadi Ibu Troy.

Tidak pernah ada yang spesial yang terjadi pada hari jadi pernikahan kami. Tidak pernah ada bunga. Tidak ada kue tart. Apa? Ucapan selamat? Huh! Tristan mana pernah mengucapkan selamat hari jadi padaku! Hanya segelintir orang luar yang justru menyampaikan rasa sukacitanya. "Happy anniversary ya, Kak Karina!" Sasha langganannya.

Rutinitas kami bahkan berlangsung seperti biasa. Hanya kebetulan saja hari ini pojok kreatif di sekolah Troy dimulai. Pentas seni putraku akan diadakan pukul dua siang ini. Bazaar kecil dan pertunjukan gabungan murid TK hingga SMP akan dimulai pukul sepuluh pagi. Jadi sebentar lagi kami sudah harus pergi karena geladi resik juga akan dimulai beberapa jam lagi.

Aku baru selesai menyiapkan Troy bersiap-siap di kamarnya. Baru saja aku akan turun kembali ke kamarku ketika mendengar bunyi gaduh dari lantai bawah. Untuk berjaga-jaga, aku pun melakukan ritual pemanggilan seperti biasa.

"Psst! Mbok Sar? Mbok Sarmini?!" Aku berbisik cukup keras dari lantai dua.

Dengan tergopoh-gopoh Mbok Sarmini datang dan berdiri di bawah tangga. "I-iya, Bu?" Kepalanya mendongak padaku.

"Gimana? Ada nggak?" Aku tahu dia tahu yang aku maksud.

Mbok Sarmini celingak-celinguk ke sekitar, "Eng-enggak ada, Bu!"

Fiuh... Syukurlah.

Ya, aku memang merindukan Tristan. Dan ya, aku ingin mengucapkan betapa aku cinta padanya dengan cara yang manis, tidak seperti kali terakhir.

Cuma masalahnya aku belum siap. Ada bagian dalam diriku yang masih sakit hati karena dia seenaknya memutuskan pindah tanpa menanyakan pendapatku. Ini bukan masalah sepele yang bisa diobati begitu saja. Ini tentang kepercayaan. Dan Tristan tidak cukup percaya untuk melibatkanku di hidupnya.

Intinya, aku masih marah dengan suamiku itu. Nanti, sepulangnya dari perjalanan bisnisnya, aku akan memberinya waktu beberapa hari untuk mengatakan kata maaf.

Kalau Tristan tidak minta maaf? Aku akan coba berbicara dengannya. Kalau dia tidak menyebalkan, mungkin aku akan melancarkan pernyataan cintaku padanya. Simpel kan?

Seraya menuruni tangga aku meminta Mbok Sarmini memberitahu Pak Pito bahwa sebentar lagi aku dan Troy akan berangkat.

"Si-siap, Bu," Mbok Sarmini mematuhi.

Namun ketika kakiku sudah memijak lantai satu, dan terkesiap melihat Tristan ternyata sedang minum di pantry, aku langsung mencegat Mbok Sarmini yang hendak kabur.

"Mbok Sar!!!" Kulayangkan pandangan menghakimi padanya, "Kok, ada Bapak di rumah? Kan saya tadi sudah tanya!" Lalapku tanpa berusaha merendahkan suara.

Mbok Sarmini nampak ketakutan, "Iya, Bu. Ibu soalnya nanya 'ada nggak?'. Saya mana tahu siapa yang Ibu maksud," dalihnya. Ekspresinya yang takut-takut itu jelas menyatakan dia berbohong! Dia tahu benar siapa orang yang aku tanyakan tadi!

EXIT PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang