Bab 16

194 20 2
                                    

Republish : 24-04-2023.
~•••~

Pagi-pagi sekali, Leo dan Mikha sudah benar-benar siap dengan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuh mereka.

"Pamit ya bun, bilang sama kak Amles, bahagia terus, jangan lupain Mikha" tutur Mikha yang seperti nya tidak berniat mengganggu tidur Amleschine.

Kini hanya Arisa dan Marven yang sudah bangun. Karena ingin memastikan Mikha dan Leo pergi bersama.

"Leo jaga Mikha di sekolah, sampai pulang" nasihat Arisa melihat Leo yang sibuk berkutat dengan sepatu nya. Leo hanya berdehem kecil menanggapi nya. Sepertinya sekarang Mikha harus menjadi tanggung jawab nya.

Aneh nya ia tidak bermasalah dengan hal itu.

"Ayo"

Akhirnya kedua nya menempuh perjalanan menuju rumah Mikha yang bisa dibilang sangat jauh dari kediaman Adijaya.

Mikha sendiri, walau ia sudah dilapisi jaket besar Leo, ia tetap tidak terbiasa dengan angin pagi yang terasa sangat dingin. Tanpa disengaja, Leo melihat wajah pucat Mikha.

"Lo sakit?" Tanya Leo sedikit berteriak, agar Mikha yang dibelakang mendengar nya.

".. engga. Dingin aja"

Cukup lama kedua nya terdiam. Hingga akhirnya Leo membuka suara.

"Lo bisa meluk gue kalo sedingin itu! Perjalanan masih jauh" tutur Leo dengan sedikit terpaksa. Ia tidak mau Mikha akan sakit dan berakhir dirinya yang akan kena amukan bunda nya.

Mikha awalnya enggan dan memilih menahan diri. Tapi akhirnya angin mengalahkan gengsi nya. Bahkan kini hidung nya sudah tersumbat. Akhirnya ia merapatkan duduk nya dengan Leo, agar tubuh kecil nya tertutupi badan besar Leo, lalu .. tangan kecil nya sedikit mengeratkan pegangan nya pada kedua sisi baju Leo.

Leo berdecak kesal sebelum akhirnya menarik tangan kecil Mikha hingga Mikha dibelakang sana menabrak punggung nya.

"Tetep gini! Jangan dilepas atau lo turun!" Ujar Leo menahan pergerakan Mikha yang hendak melepaskan pelukan pada pinggang lelaki itu.

Akhirnya Mikha pasrah dan membiarkan tangan nya melingkar di pinggang Leo.

Hangat. Ia nyaman. Leo memang selalu hangat. Eh?!

Setelah hampir sejam, dengan singgah sebentar di rumah Mikha, akhirnya kedua nya sampai di sekolah jam 7.

Turun dari kereta, Leo langsung sadar hidung Mikha yang tersumbat karena gadis itu tengah sibuk menarik-narik ingus nya.

Ia menghela nafas berat. Tampak nya ia harus mulai menggunakan mobil sport kesayangan nya besok-besok, agar Mikha sampai kesekolah tanpa hambatan atau perasaan tak nyaman.

•••••

Sementara itu di pagi yang sama, kini seorang gadis seumuran Mikha tengah menatap pantulan diri nya di cermin sembari mengikat rambut nya.

Ia kembali menghela nafas berat kala mengingat penjelasan panjang Gerald yang memohon padanya untuk bertahan di Bogor. Bahkan lelaki itu tidak segan-segan berkata akan menjamin dan membayarkan seluruh kebutuhan gadis itu di Bogor untuk waktu yang lama.

Ia tak menyangka pertahanan nya sangat lemah terhadap Gerald. Sepengaruh itu kah Gerald dalam hidup nya? Ah ia tak menyangka.

Tok tok tok!

"Udah selesai Ngel?" Tanya Gerald dari luar kamar.

"Bentar lagi!"

Ya, Angelica Keyrila Artharin. Gadis yang selama ini ditunggu-tunggu Gerald, teman kecil dan kesayangan Gerald. Setelah bercerita banyak dengan Gerald semalaman, membuat hati Angel berubah arah. Apalagi di barengi oleh bujukan Gerald yang meminta nya untuk pindah sekolah di Bogor saja.

Rumit. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang