Bab 52

162 13 6
                                    

"Mikha kamu ga boleh gitu" Tegur Singgih pelan. Ia tak suka melihat Mikha yang seakan menyalahkan wanita yang kini telah menjadi istri sahnya. Padahal jelas-jelas itu salah dirinya.

"Oh papa bela dia?" Mikha tertawa remeh pada Singgih. "Harusnya memang Mikha gausah ikut papa kesini. Ga ada gunanya buat Mikha!" Mikha langsung berdiri, hendak pergi.

"Mikha dengerin papa dulu!"

"Dengerin apa lagi! Ocehan papa tentang wanita itu?! Mikha ga mau nerima dia!" Sentak Mikha tanpa peduli jika ada yang mendengarkan percakapan keduanya sekalipun.

"Mau gimana pun usaha papa, ga akan pernah nutup kemungkinan kalau papa itu ga bertanggung jawab!" Sentak Mikha kembali yang membuat Singgih terdiam tidak berkutik ditempat nya.

Bahkan saat Mikha mulai melangkah pergi meninggalkan rumah itu, Singgih masih tidak berpaling dari tempat nya. Ia jatuh terduduk kembali, berulang kali mengusap air matanya yang terus terjatuh.

Disisi lain, terlihat seorang pria tampak termenung di tempat nya. Membayangkan kejadian yang sudah sangat lama berlalu, namun tidak kunjung hilang dari pikiran nya.

FLASHBACK ON:

Delvon Galanger, lelaki tinggi bertubuh atletis serta wajah yang bagai pahatan, juga terlahir sebagai anak satu-satu nya di keluarga kaya.

Banyak yang berkata Delvon amat beruntung.

Namun nyata nya? Delvon tak seberuntung perkiraan mereka. Ia kehilangan mama nya sejak usia 7 tahun karena papa dan mamanya harus bercerai. Opa dan Omanya tidak menyukai Delvon, bahkan menyuruh papanya untuk mengangkat anak dari saudara papa Delvon yang sudah tidak memiliki orangtua.

Semenjak kedatangan lelaki kembar yang lebih tua darinya, Delvon makin di acuhkan oleh papa nya. Arsenalー orang tua dari Delvon malah semakin sering membandingkan nya dengan anak kembar angkat nya itu.

Arsenal selalu memaksa Delvon untuk lebih baik, lebih berprestasi baik secara akademik, maupun nonakademik tanpa mau tahu dengan pergaulan Delvon.

Delvon akan dimarahin jika berbuat masalah. Namun buruknya, pergaulan lelaki itu tidak pernah dicampuri oleh Arsenal. Juga, saat ada acara-acara besar antar kolega, Delvon akan dipaksa berbaur dengan anak lain.

Arsenal tidak pernah mau tahu jika Delvon akan diejek karena tidak mempunyai seorang mama.

Hingga Delvon mulai membenci orang-orang disekitar nya. Delvon benci akan pergaulan, apalagi ketika ia dipaksa berbaur di acara besar.

Saat itu, Delvon masih berusia 10 tahun, ia kembali dipaksa bermain dengan anak-anak seusia nya di acara ulang tahun perusahaan.

Terpaksa, Delvon mengikuti. Walau peran nya hanya mendengar ejekan dari anak-anak seusia nya.

"Jangan berteman sama dia! Dia anak tidak punya orang tua!" bisik seorang anak lelaki. Teman-teman nya yang mendengar itu ikut tertawa.

Sedangkan kedua tangan mungil Delvon sudah terkepal erat dikedua sisi nya. Delvon ingat akan pesan papa nya untuk tidak membuat masalah. Jika saja bisa, Delvon akan membunuh anak itu sekarang juga.

"Kita ketemu lagi!" Seru suara gadis kecil dari arah belakang Delvon, membuat Delvon kecil sedikit tersentak. "Pergilah!" usir Delvon dengan raut tak suka nya.

Bukannya takut, gadis itu malah terkikik geli melihat wajah datar tampan di depan nya.

"Mikha! Sini main bareng kita! Dia anak aneh!" Seru anak kecil lain.

Sekilas Mikha menatap kearah mereka, sebelum kembali mengalihkan atensi nya pada Delvon. "Ayo main sama aku aja!" Lalu Mikha menarik Delvon menuju halaman luas di luar gedung tanpa sepengetahuan orangtua nya.

Rumit. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang