Bab 48

152 14 7
                                    

Hari itu, acara ulang tahun perusahaan yang diadakan di hotel bintang 5 dan pastinya di-ikuti oleh para petinggi-petinggi. Mustahil acara minum-minum dapat ter-elak-an.

"Satu gelas lagi! Satu gelas lagi!" Seru salah seorang yang cukup berpengaruh pada dunia bisnis. "Pak, kita pulang saja, bapak sudah mabuk sekali" bisik sekretaris dari Singgih Rajin Sarendra.

"Sebentar lagi saja Jenggala" balas Singgih dengan suara pelan. Bukan tanpa alasan Singgih tidak ingin pulang dahulu, acara besar ini hanya akan di-ikuti nya sekali dalam setahun.

Selain dari acara ulangtahun perusahaan, Singgih hampir tidak pernah menghadiri undangan besar dari perusahaan atau keluarga berpengaruh manapun.

Sementara mereka sibuk dengan perbincangan dan acara minum-minum, Singgih malah ingin ke toilet. Jadi ia pergi tanpa memberitahu sekretaris nyaー Jenggala.

Pria itu merasa sangat tidak nyaman pada tenggorokan dan penglihatan nya yang mulai berkunang-kunang. Seusai dari toilet, tanpa sengaja Singgih menabrak salah seorang waitress, membuat pandangan Singgih menggelap.

Malam itu, akhirnya Singgih melakukan perbuatan bejat dibawah alam bawah sadar nya.

"Maaf .. maafin papa Mikha .. maー"

"Itu anak tadi?" potong Mikha yang tampak tidak mem-perdulikan permintaan maaf dari papa nya. ".. iya" lirih Singgih yang tak mampu menatap wajah anak nya.

"Mama tau ini?" Bukannya menjawab, Singgih hanya bisa terdiam di tempat nya. "Papa ninggalin aku sama mama demi anak itu?" Tanya Mikha kembali, ada kebencian yang terpancar di mata nya.

".. hufftt .. begini Mikha, papa mau kamu bicara sama mama, biar kamu taー"

"Oh jadi mama juga udah tau?" Mikha menatap tidak percaya ke arah Singgih, membuat rasa bersalah kembali menghantui hati Singgih sebagai seorang ayah. Ia gagal.

"Aku ini siapa sih? Papa kok jahat banget? Papa pernah mikir ga sih gimana hidup kami tanpa papa?!" sentak Mikha keras, tanpa peduli beberapa orang yang duduk di sekitar mereka mulai menoleh.

Sial sekali tadi ia berhasil di bujuk papa nya dan diajak bicara di cafe terdekat, sementara gadis kecil itu disuruh menunggu di mobil.

Mikha tersenyum sinis. "Untuk apa ajak aku bicara? Papa ada mau nya kan?" Mikha tanpa sadar melontarkan kalimat tidak sopan pada papa nya, juga melukai hati Singgih.

".. Papa ngerti Mikha benci sama papa, papa pantas untuk Mikha benci. Dari awal papa mengambil keputusan ini, paー"

srett.

"Mikha ga butuh papa!" Mikhaella Fannyta Sarendra, langsung meninggalkan pria yang katanya cinta pertama seorang anak perempuan. Mikha pergi tanpa menoleh, membawa semua kebencian yang tercipta begitu cepat tanpa mau menerima penjelasan.

'Kita baru ketemu, tapi kami udah ninggalin papa dua kali sayang' lirih Singgih dalam hati.

Disisi lain Bogor, terlihat lelaki muda dengan tampang lelah nya, masih menyibukkan diri di meja makan dengan berkas-berkas kantor nya. "Vendra mau makan apa? biar mama masakin" Tanya Jessinta pada anak nya.

Ya, hari ini Gerald akhirnya pulang setelah seminggu tidak menampakkan diri di kediaman Alaskar. Itupun karena paksaan dari mama nya. "Nasi goreng aja ma" Balas nya tanpa menoleh sedikit pun dari laptop nya.

Jessinta pun tak banyak tanya lagi, ia segera menyiapkan makan malam untuk anak nya itu. Usai menyediakan makanan Gerald di piring, ia duduk berseberang-an dengan Gerald, menatap sendu anaknya yang sudah bekerja keras akhir-akhir ini.

Rumit. [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang