Sementara itu, dikediaman Adijaya, sudah terjadi perang dingin selama beberapa hari, karena keputusan Leo yang membuat malu seluruh keluarga Adijaya.
Walaupun Mikha hanya orang biasa, seluruh keluarga besar Adijaya tetap memandang Mikha baik, mereka turut marah karena keputusan Leo yang seakan-akan meredahkan keluarga Mikha secara tidak langsung.
"Arisa .. udah, jangan hukum diri kamu sendiri karena perbuatan anak itu" tutur Marvendo yang membujuk istri nya yang sudah sakit karena makan hanya sesekali untuk menghukum dirinya sendiri.
"Aku malu! Aku malu atas perbuatan anak itu Galang! Apalagi Mikha udah aku anggap sebagai anak aku!" sentak Arisa membuat Marvendo bungkam. Bahkan untuk menyebut nama Leo aja Arisa tampak enggan.
Marvendo juga sudah menganggap Mikha sebagai anak nya. Ia juga marah pada Leo. Bahkan saat Leo mengatakan keputusan nya, ia menghajar Leo hingga babak belur. Jika saja tidak ditahan, mungkin Leo akan berakhir sekarat di rumah sakit.
Tapi Marvendo juga paham, anak sebesar Leo tidak bisa dipaksa kemauan nya, karena ia juga pernah muda. "Arisa, aku ngerti kamu terluka. Aku juga sebagai seorang ayah terluka karena Mikha, Mikha udah aku anggap anak perempuan kita,"
"Tapi ga gini cara kita nanggapin masalah ini Risa .." tutur Marvendo dengan nada lembut nya. Ia mendekap Arisa lembut, Arisa memang kalau sudah kecewa, sangat susah untuk dibujuk.
Leo? Kini lelaki itu masih ada di Belanda. Usai mengacaukan semua nya di Indonesia, ia pergi ke Belanda untuk menjaga Cherrina.
Anggap saja Leo memang sangat bajingan dan tidak bertanggung jawab. Jika ditanya bagaimana perasaan nya setelah mengambil keputusan besar itu, ia tidak akan tahu akan menjawab apa.
Jika dibilang menyesal, tidak bisa begitu juga, karena ia juga akan lebih menyesal jika melihat Cherrina mati karena bunuh diri. Tapi jika dibilang bahagia .. tidak juga.
Apa benar dirinya bahagia? Nyatanya tidak ada tawa lepas setelah ia mengambil keputusan itu, nyatanya ia masih sering menatap foto Mikha di galeri nya, juga .. hati kecil nya sangat menyesal tidak mengatakan se-kata maaf pun pada Mikha.
Ingin. Ia ingin sekali berlutut meminta maaf pada Mikha. Tapi dirinya sendiri saja malu untuk berdiri di depan Mikha. Apa pantas, lelaki yang berkata akan menjamin kepercayaan Mikha, malah .. berbuat sebaliknya dan berkata maaf begitu saja?
"Tian .. Vian datang lagi" Suara lembut Cherrina membuat Leo tersadar dan menatap pada Cherrina yang tampak lebih baik sekarang. Namun kilat marah tidak bisa ditutupi Leo kala mendengar nama lelaki itu.
"Jangan keluar" lugas Leo dengan tegas. Ia bergegas menuju halaman depan rumah Cherrina, tetapi langkah nya tertahan karena Cherrina. Leo menoleh dengan tatapan yang sama.
"Leo .. I'm ready if Vian wants to take responsibility" Tutur Cherrina pelan. Membuat raut Leo semakin murka. Ia menatap dingin Cherrina. "Lo mau nikah sama laki-laki yang udah rusak lo?" Rahang Leo tampak mengetat menahan emosi.
Cherrine menghela nafas pelan. Ia sadar ini salah, walaupun ia senang, bahkan sangat senang jika Leo bersedia menjadi pendamping hidupnya. Tapi Cherrina bukan tipe wanita yang ingin merusak kebahagiaan banyak orang demi dirinya.
"Leo, jangan gini. Aku mau belajar engga egois," lirih Cherrina pelan. "Kamu terlalu jahat kalau kamu relain kepercayaan keluarga kamu, Mikha, bahkan kebahagiaan kamu sendiri,"
"Berapa tahun aku kenal kamu, aku ga perlu beberapa tahun lagi untuk tahu ini ga bisa bahagia in kamu!" Ujar Cherrina kembali, membuat hati Leo semakin bimbang.
"Vian isn't that bad, he can help me recover from this disease. Ini cuman ketidak sengajaan yang terjadi, tapi jauh sebelum itu kamu juga tau, kami udah kenal baik" tutur Cherrina kembali, berharap Leo dapat mengerti.
*******
Sepulang sekolah, Mikha memilih untuk tidak langsung pulang, ia ingin singgah ke Gramedia yang tak jauh dari sekolah nya dahulu, ingin membeli novel.
Tak perlu memakai kendaraan untuk menuju Gramedia, karena memang sedekat itu kalau dari sekolah Mikha, jadi ia memilih berjalan saja. Tapi, di tengah kerumunan siswa-siswi berlalu lalang, atensi Mikha terfokus pada seorang anak kecil yang memakai seragam putih merah yang tampaknya kebingungan.
Mikha berdecak keras karena kesal, semakin hari berlalu, semakin banyak juga jumlah orang tua yang tidak bertanggung jawab. Mikha melangkahkan kaki nya menuju anak kecil itu.
"Hai! Kamu mau kemana?" Tanya nya dengan suara lembut pada anak itu. Anak perempuan itu menatap Mikha dengan sedikit keraguan yang terpancar.
"Jangan takut, nama kakak Mikha, kakak juga anak sekolah kayak kamu. Nama kamu siapa?" Mikha mencoba membuat anak perempuan itu percaya padanya.
"Victoria Ercisha Leraisa Sarendra, biasa dipanggil papa Ercish" cicit anak perempuan itu.
degg.
"Sarendra?" Tanya Mikha yang langsung menyuarakan keraguan hati nya. Anak perempuan itu merespon pertanyaan Mikha dengan anggukan kecil.
Sebelum Mikha dapat kembali bersuara, suara seruan dari arah lain membuat kedua nya berbalik. "Ercis!" Suara bariton itu terdengar familiar di telinga Mikha.
degg.
Seluruh badan Mikha terasa membeku saat melihat seorang pria paruh baya berlari memeluk gadis kecil beseragam putih merah di depan nya.
"Kamu kemana aja! Papa panik Ercish .." Tegur pria itu dengan suara lembut pada putri nya. Pria yang menyebut diri nya 'papa' itu membelai lembut wajah anak nya tanpa menyadari kehadiran Mikha.
"Papa .. kakak ini tadi jagain Ercish" tutur gadis kecil itu yang menarik sebelah tangan Mikha. Pria itu akhirnya menyadari kehadiran Mikha. Namun bukan nya berterima kasih, pria itu malah ikut membeku di tempat nya.
Mikha sendiri kehilangan kata-kata, ia ingin atau bahkan sangat ingin melontarkan banyak pertanyaan untuk pria itu. Hanya saja, lidah nya terlalu kelu untuk mengeluarkan pertanyaan walau satu kalimat saja.
"Papa sama kakak kenapa diam aja?" Tanya gadis kecil itu yang merasa hawa kedua nya berbeda. Pria itu langsung menatap Ercish kembali dengan raut yang tak biasa, lebih terlihat panik.
Tanpa sadar Mikha tertawa sinis, menatap remeh pada sepasang ayah dan anak itu. "Ga percaya gue" Ucap Mikha dengan raut sinis nya. "Ercish masuk mobil dulー" sebelum pria itu dapat menengahi, Mikha sudah memotong terlebih dahulu.
"Gue bukan kakak lo. Jangan panggil gue kakak!" Sarkas Mikha lalu pergi begitu saja tanpa mau menoleh atau mendengarkan panggilan dibelakang nya.
"Mikha! Mikhaella!" Pria itu bergegas menggendong putri kecil nya menuju mobil nya yang terparkir tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri. Lalu langsung melaju mengejar Mikha yang tampak berjalan cepat di trotoar.
"Mikha! Dengerin dulu penjelasan papa! Mikha!"
Ya, Singgih Rajin Sarendraー ayah kandung dari Mikha yang telah lama hilang bak ditelan bumi. Kenapa Mikha tidak mempunyai marga dinama belakang nya?
Mikha tidak menyukainya. Sebenarnya di ijazah dan absen sekolah nya, pasti akan memakai marga Sarendra. Tetapi Mikha selalu mengenalkan dirinya yang tanpa marga. Ia .. membenci sosok ayah nya.
***
Akhirnya Mikha ketemu papa nya juga👀
SD : 13 Sep 2023.
Publish : 5 Nov 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit. [HIATUS]
Ficción General🍌UPDATE DUA KALI SEMINGGU🍌 Mikha. Nama yang dikenal se-SMA Wismagama. Bukan karena prestasi yang selalu di capai nya, tetapi ia dikenal sebagai 'gadis tidak tahu malu yang selalu mengejar pentolan sekolah nya'. Mikha selalu mengabaikan tanggapan b...