bab 2

18.5K 1.1K 7
                                    






Niel keluar dari rumah sederhana miliknya. Tungkainya berjalan dengan anggun, surai blondenya yang agak panjang itu tersapu dengan perlahan oleh angin yang menerpa dirinya.

Mata dengan bulu mata panjang itu terpejam merasakan segarnya angin dan sinar matahari yang menyinari nya.
Netra indahnya terbuka kala merasakan kembali terpaan angin, Niel berlari pelan ke arah sungai dangkal yang jernih.

Mengambil sedikit air dengan tangannya lalu mencuci mukanya, agar lebih segar saja. Saat netranya beredar ke beberapa arah, alisnya berkerut dengan samar kala melihat seonggok manusia yang telungkup di pinggiran sungai.

Memutuskan untuk mendekat, tangannya terarah untuk menyentuh punggung lebar itu, menggerakkan perlahan berharap orang di depannya terbangun, namun nyatanya seberapa keras ia mengguncangkan tubuh itu, orang tersebut tidak bangun-bangun.

Karena kasian dengannya, Niel pun memutuskan untuk membawa pemuda itu ke rumah miliknya. Walau nyatanya tidak semudah itu, karena pemuda ini memiliki tubuh lebih besar daripada Niel, membuat Niel kesusahan untuk membawanya ke rumah.

Setelah sampai Niel lalu merebahkan lelaki itu di kursi kayu nya, menegakkan badannya lalu berjalan ke arah kamar untuk menganti baju pria itu sebelum dirinya pindahkan ke kasur nanti.

Niel juga tak lupa menghangatkan air, untuk membasuh badan pria tersebut.
Setelah menemukan baju yang kira-kira akan muat pada pria tersebut.

Niel sudah membuka baju pria tersebut, di samping juga sudah terdapat pakaian serta air hangat dan handuk. Niel tampak kaget ketika melihat banyak lebam serta luka goresan pada tubuh pria itu.

Setelah selesai membersihkan, mengobati serta menganti baju pria tersebut, Niel mulai merasakan sesuatu dirinya merasa mencium wangi yang segar dan juga maskulin.

Mengedipkan matanya cepat lalu segera menggelengkan kepalanya cepat tak kala terbesit dalam pemikirannya, tidak mungkin pikirnya.

Niel lalu bergegas bangun dan berjalan ke dapur, lebih memilih memasak daripada harus memikirkan itu.

Mengambil beberapa bahan lalu mulai memasak, sedangkan di kamar lelaki yang tadi Niel tolong, mengernyit samar tak kala merasakan sinar yang masuk di ke dalam renita matanya.









Netra hitam jelaga milik pemuda itu menatap sekitar, merasa asing dengan tempatnya saat ini. Tak lama datang pemuda yang juga asing menurutnya.
"Ah kau sudah bangun? Apakah masih pusing?" tanya pemuda itu sambil menyimpan nampan berisikan air serta bubur.

"Kau? Siapa?" tanyanya pada pemuda bersurai blonde itu.
Niel lalu tersenyum manis, dirinya menatap pemuda yang dirinya temukan tadi.
"Aku Niel, pemilik rumah ini" ucapnya sambil kembali tersenyum.

Niel menyodorkan sesendok bubur di hadapan mulut pria itu. Tersenyum kala mendapatkan penolakan halus dari pria tersebut, dirinya paham, namun kesehatan pria itu lebih penting.
"Aku tak memasukan racun atau obat apapun kecuali ramuan herbal yang akan membuat tubuh mu lebih baik, jika kau tak nyaman kau bisa memakan makanan mu sendiri." ucapnya.

Niel lalu menyodorkan mangkuk yang berisikan bubur yang telah dirinya buat, lalu kembali tersenyum dengan lembut.
"Siapa namamu?" tanya Niel, namun Niel tidak mendapatkan jawaban apapun, Niel lalu kembali tersenyum, tersenyum maklum.
"Baiklah jika kau tidak mau menjawab nya tak apa, tapi habiskan buburnya ya, itu baik untuk tubuh mu" ucap Niel
"Aku akan keluar dulu, aku akan mencuci pakaian milikmu terlebih dahulu, makanlah" ucap Niel, dirinya lalu beranjak, namun dirinya akan pergi, pergelangan tangan miliknya di tahan oleh pria tersebut.
"Terimakasih." Ucap pria tersebut.








Sudah sekitar satu bulan kejadian itu berlalu, dan sampai saat ini Niel masih tidak tau siapa nama orang yang sempat ia tolong itu, Niel tidak ingin memaksa.

Setelah pria itu sadar dan lebih baik dirinya memutuskan untuk kembali ke rumah miliknya, yang entah dimana. Pria itu bahkan menolak Niel saat ingin mengantarnya, alasannya Niel sudah banyak membantunya. Niel akhirnya kembali setuju dengan pasrah.

Sedangkan dilain sisi, seorang pria nampak termenung, rasanya begitu merindukan pria manis yang sempat menolongnya, entah kenapa rasa itu tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Masih teringat jelas saat dirinya bangun, lalu datang seorang pria yang tersenyum begitu manis padanya, suara yang agak berat itu begitu halus masuk ke gendang telinga miliknya.

Terbesit pula, wangi yang mengguar dari dirinya, wangi yang lembut namun manis saat bersamaan. Dirinya lalu tersadar, bukan kah hal seperti itu hanya terjadi saat kita bertemu seorang mate?

Walau bisa tercium pun tidak akan sepekat itu, bukankah saat itu dirinya juga bereaksi dengan mengeluarkan pheromone miliknya, namun kenapa dirinya baru sadar sekarang? Kemana saja dia selama ini, tapi dirinya masih ragu, apakah mungkin? Dirinya dan pria bernama Niel itu adalah seorang mate?

Pikirannya terus melayang jauh, dirinya bahkan tidak sadar bahwa kakaknya kini telah memanggil-manggil namanya.

"Seth!! Ya ampun kau tuli?" ucap sang kakak, Draco.
"Hah? Apa?" balasnya kala tersadar dari lamunan miliknya
"Ah kau ini, aku bahkan dari tadi berbicara dan memanggil mu, kau tidak mendengarnya?" ucap Draco kesal.
"Memang kau membicarakan tentang apa?" tanya Seth polos
"Ya ampun Seth, sabarkan lah aku Tuhan" ucap Draco kesal.
"Maaf, maafkan aku, bisa kah kau mengulangi lagi?" ucap Seth ragu.

Walau terlihat enggan Draco tetap mengulang kembali apa yang ia bicarakan tadi, bagaimanapun persetujuan utama tetap ada di Seth.





Continue...

Seth Serenson, alpha king

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seth Serenson, alpha king.
Pheromone: Leather and woody
Age : 24 y.o

Draco Kaiser, alpha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Draco Kaiser, alpha.
Pheromone: Citrus and mint
Age: 27 y.o

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang