The story of their children, part 8

364 26 0
                                    




Smith berangkat bersama Danzel juga Niel yang kukuh ingin ikut, Seth telah memintanya untuk menunggu karena ia masih belum pulih sepenuhnya tapi Niel tetap dengan pendiriannya. Seth hanya bisa pasrah, apalagi Smith.

Karena Seth tidak dapat meninggalkan pekerjaannya, ia jadi tidak bisa ikut untuk mencari Zara, Seth meminta Smith dan Danzel untuk menjaga Niel karena istrinya itu belum sembuh total.

Mereka menempuh waktu setengah hari lebih cepat karena menunggangi kuda, desa Hana telah terlihat di depan mata,
"Desa ini populasinya sangat kecil, jadi seharusnya akan mudah menemukannya jika Zara memang ada di sini" ucap Danzel setelah memasuki desa Hana.

Smith turun dari kudanya, inikah tempat yang menjadi tempat tinggal Zara sebelum bertemu ibunya? Desa ini sangat indah, menempuh jarak sejauh itu tidak sia-sia rasanya.

"Kita berpencar saja agar cepat menemukan Zara, Niel kamu tetap bersama paman, paman takut terjadi hal yang tidak baik nantinya" Smith dan Niel tak membantah, mereka lalu berjalan ke arah yang berlawanan.

Smith bertanya pada beberapa warga yang ia temui, sampai satu orang mengantarnya ke tempat di mana Zara tinggal, warga itu lantas pamit pada Smith karena memiliki urusan di ladang.

Ia mengetuk pintu coklat di depannya pelan, sampai terdengar sahutan dari dalam, saat pintu terbuka dan melihat Zara, dirinya langsung memeluk Zara.

"Smith? Mengapa kamu disini?"
"Kakak, kami mencari mu kenapa kamu pergi?" sambil melonggarkan pelukannya, Smith lantas mengecek apakah keadaan Zara baik-baik saja.

"Kakak ayo kita pulang, ayah dan ibu khawatir, ibu bahkan sampai sakit, Mills juga jadi murung dan Henry, ia sedih karena tak dapat melihat mu lagi"
Zara merasa bersalah pada yang lainnya, apalagi Niel hingga sakit.

"Apa keadaan ibu baik-baik saja sekarang?"
"Ibu sudah lebih baik, ia bahkan datang ke sini untuk mencari kakak"
"Apa? Tapi pasti kondisi ibu belum sepenuhnya baik"
"Maka dari itu ayo kita pulang ke rumah kakak"
"Tapi, ibu..." Zara menunduk ia tak yakin untuk pulang.

"Zara..." suara ini? Zara lantas mendongak, ia melihat Niel berdiri di depan rumahnya
"Ibu..." Niel lantas berlari segera memeluk putra sulungnya itu erat
"Zara, putra ibu" ucap Niel bergetar, ia menangis memeluk Zara.

Zara dengan ragu membalas pelukan dari Niel, ia hanya diam tak bersuara membiarkan Niel. Smith menatap pemandangan itu lalu beralih menatap Danzel, Danzel hanya tersenyum.

Semua telah masuk ke rumah tempat Zara tinggal, suasananya tampak canggung. Danzel lalu memulai percakapan, karena jika tidak mereka mungkin hanya akan saling berdiam diri.

"Zara kenapa Zara kabur dari rumah?"
"Zara tidak kabur, Zara hanya pindah saja" jawab Zara agak terbata
"Tapi Zara tidak bilang pada ibu dan yang lain, mengapa?"
"Zara tidak enak mengganggu yang lain, jadi Zara hanya meminta izin pada ayah dan ayah mengizinkannya" setelah itu semuanya terdiam, Danzel menghela napasnya.

"Zara tahu kan? dengan Zara seperti ini, Zara membuat orang-orang khawatir?"
"Zara pikir tidak akan ada yang mengkhawatirkannya, maaf kakek"
"Minta maaf pada ibumu, dia sangat mengkhawatirkan mu hingga jatuh sakit"
"Ibu, maafkan Zara karena telah membuat ibu khawatir dan jatuh sakit"

"Tak apa sayang, maaf juga membuat Zara salah paham, ibu tidak marah pada Zara, apalagi kecewa pada Zara, maafkan ibu ya nak?" tangan Niel naik lalu mengelus pipi putranya pelan, mata Zara berkaca-kaca, mengapa Niel begitu baik? Ia kecewa pada dirinya karena membuat Niel sedih juga khawatir hingga sakit seperti ini.

Niel kembali memeluk Zara, ia mengelus rambut dan punggung Zara lembut,
"Tidak apa nak, ini memang takdir. Ibu paham, sekarang Zara ikut ibu dan yang lain pulang ya?"
"Eum ibu, Zara masih ingin tinggal di sini, bolehkan ibu?"
"Baiklah jika itu keputusan Zara, ibu akan menemani Zara di sini"
"Jangan ibu, ayah dan yang lainnya pasti khawatir di rumah, biar Zara saja"
"Baiklah, baiklah tapi ingat Zara harus pulang ya?" Zara lalu mengangguk.

"Jika ibu tidak bisa, biar Smith yang menemani kak Zara. Jadi ibu tidak perlu khawatir"
"Yakin kamu?" balas Niel, ia menatap Zara yang mengalihkan tatapan darinya
"Tidak usah deh, ibu takut Zara kamu apa-apakan"
"Ibu?? Mana mungkin, kan kak Zara yang sudah melakukan sesuatu pada Smith"

"Tuh, jika begitu tak usah saja"
"Tapi ibu, Smith kan hanya ingin menemani kak Zara"
"Bilang saja kamu ingin berduaan dengan Zara, begitu saja sulit"
"Ibu? Tidak, kata siapa?"
"Sudah jangan berbohong seperti itu, ibu tahu" Smith hanya mencebik, Danzel sendiri hanya terkekeh walau ia bingung tapi ia tahu yang saat ini tengah mengobrol dengan Smith adalah sisi omega Niel, karena pupil matanya kini berwarna merah.

Keputusan telah dibuat, Smith akan tinggal dengan Zara, Niel nanti akan menyuruh beberapa orang untuk membawa pakaian milik Smith. Danzel dan Niel telah kembali ke Finbar, karena harus memberikan kabar ini pada yang lain.

Suasa canggung begitu kental terasa di ruang tamu rumah Zara, tak ada yang bersuara setelah kepergian Niel dan Danzel, Zara pun memulai percakapan,
"Mengapa Smith ingin tinggal di sini, dan tak ikut ibu dan kakek pulang?"
"Yah hanya agar ibu tidak khawatir"
"Ah begitu, baiklah" suasana canggung itu masih terasa dan ujungnya dari mereka tidak ada satupun yang memulai percakapan.



Niel dan Danzel dalam perjalanan untuk kembali ke Finbar, saat inilah Danzel mulai bertanya,
"Sebenernya apa yang terjadi Niel?"
"Paman, paman tahu, Smith menyukai Zara, ia mencintai Zara"
"Apa? Yang benar?"
"Iya, Niel sudah tahu dari 2 tahun yang lalu tapi mungkin Smith menyukai Zara lebih lama dari yang Niel tahu" Niel pun juga menjelaskan apa yang membuat Zara salah paham.

Danzel tampak terdiam, berarti Zara dan Smith adalah mate?
"Aku sebenarnya masih tidak tahu, hanya Zara yang menyadarinya, entah Smith yang belum menyadarinya atau mungkin Smith bukan mate Zara melainkan orang lain"
"Aku bingung, masalahnya tanda Zara muncul satu tahun yang lalu saa posisinya berjauhan dengan Smith"

"Tapi Niel, saat insting Zara mendorong Zara melakukan itu, itu pasti karena sisi alpha/omega nya bukan? Dulu paman juga pernah melakukannya pada bibi Tera, saat itu masih kesadaran paman tapi insting alpha paman lah yang melakukannya, kamu mungkin juga pernah melakukannya bukan?" Niel hanya diam, ada benarnya juga,
"Aku tidak tahu harus bagaimana menanggapinya, semua akan pasti ketika kita tahu Smith memiliki tanda yang sama dengan Zara atau tidak" keduanya lalu kembali memacu kuda mereka.

Biasanya tanda mate muncul ketika sepasang mate bertemu dan tanda itu muncul di dada kiri keduanya, untuk kasus Zara belum pernah ada sebelumnya.


Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang