The story of their children, part 13

309 20 0
                                    





Niel mengetuk pintu di depannya pelan, hingga pintu terbuka menampakkan tabib Will,
"Oh tuan Niel, ada apa hingga datang kemari? Tuan bisa memanggil ku jika tuan mau"
"Tidak apa tabib Will, ada yang ingin aku tanyakan" tabib Will pun mengizinkan Niel untuk masuk.

"Tabib Will dulu anda yang memeriksa gender kedua Zara bukan?"
"Benar tuan Niel, apakah ada sesuatu?"
"Apa tabib yakin Zara adalah alpha dan tidak keliru, aku bukan meragukan kemampuan mu tapi terkadang manusia pasti melakukan kesalahan, benar?" tabib Will terkekeh.

"Tak apa tuan, saya mengerti. Namun saya yakin bahwa saya tidak keliru, saya sering melakukan tes ulang agar hasilnya sesuai dan tidak keliru" Niel lalu terdiam mendengar penjelasan tabib Will,
"Apa terjadi sesuatu pada tuan Zara?"
"Sebenarnya Zara kini tengah mengandung" tapi Will tampak mengangguk dengan santai lalu langsung menatap Niel, ia tentu saja kaget.

"Tabib tidak salah dengan, Zara tengah mengandung"
"Bagaimana bisa?"
"Maka dari itu aku kemari bertanya tentang ini, aku pikir mungkin anda keliru"
"Apa kita harus melakukan tes nya lagi agar kita tahu tuan Zara omega atau alpha? Tiba-tiba aku merasa aku mungkin melakukan kesalahan"

"Mungkin saja, tapi tabib yang memeriksa Zara pun tampak terkejut. Ia pasti tahu Zara alpha tapi Zara tengah mengandung" tabib Will lalu terdiam, ia cukup yakin ia melakukannya dengan hati-hati agar tidak merubah hasil sesungguhnya dari tes gender kedua itu tapi bagaimana bisa?

"Oh iya tuan, jika saya boleh tahu siapa gerangan ayah dari bayi yang tuan Zara kandung?"
"Putra ku, Smith. Ia ayah dari bayi yang Zara kandung"
"Apa? Tuan muda Smith?" Niel mengangguk,
"Dari yang aku tanya pada Smith, Zara adalah mate nya dan saat itu posisinya Smith tengah rut dan Zara ada di sampingnya" tabib Will terdiam, kasus ini seperti pernah ia baca di suatu buku, tapi buku apa? Ia lupa.

"Kasus seperti ini, aku seperti pernah membacanya dalam buku tapi aku tak ingat rinciannya juga apa nama buku yang ku baca itu"
"Ah tapi tuan, boleh kah aku meminta sampel darah tuan muda Smith? Aku akan mengecek sesuatu" Niel lalu mengangguk
"Mungkin besok tabib Will akan mendapatkannya"
"Terimakasih tuan" Niel mengangguk untuk membalas tabib Will.





Smith menggenggam tangan Zara yang belum sadarkan diri, ia kadang mengelusnya atau mengecupnya sayang,
"Kakak, ayo bangun" kini yang ada di kamar Zara hanya Smith dan Zara yang belum siuman, yang lainnya pergi, membiarkan Smith menjaga Zara, walau masih khawatir tapi mungkin Smith membutuhkan waktunya berdua dengan Zara.

"Kakak, di sini ada buah hati kita" ucap Smith sambil mengelus perut Zara yang masih rata itu dengan lembut, Smith menunduk lalu mengecup perut Zara.

Tak lama, Zara sadar. Ia membuka matanya perlahan, ia menatap sekitar, ah ia berada di kamarnya,
"Smith?" panggil Zara serak, Smith segera membantu Zara bangun lalu memberikan Zara minum, Zara menerimanya dan berkata terimakasih pada Smith.

"Mengapa aku berada di kamarku? Tadi aku masih berada di toko, akan menyambut pelanggan"
"Tadi kakak pingsan, kak Lily dan kekasihnya membawa kakak kemari"
"Pingsan?" beo Zara, kepalanya kembali berputar dan terhuyung ke depan,
"Lebih baik kakak berbaring lagi saja ya? Urusan toko ada suruhan ayah, kakak tidak usah khawatir" Zara lalu mengangguk dan kembali berbaring.

"Apa yang tabib katakan tentang kondisi ku?" dengan ragu Smith menjawab
"Kakak terlalu bekerja keras dan akhirnya kelelahan"
"Hanya itu? Aku yakin bukan hanya itu, untuk itu aku sudah tahu maka dari itu aku mengonsumsi obat yang biasa ku konsumsi saat keadaan seperti ini tapi obat itu tidak bekerja, apa lagi yang tabib katakan?"

Smith tampak ragu untuk mengucapkannya, ia senang namun merasa bersalah juga di saat yang bersamaan, bagaimana jika Zara marah dan tak mau menerima bahwa ia telah mengandung, mengapa ia tak berpikir hingga ke sana?

"Smith? Katakan, apa yang tabib katakan tentang kondisi ku selain kelelahan"
"Kakak benar, sebenarnya kakak bukan hanya kelelahan namun juga..."
"Juga apa? Smith? Katakan dengan jelas jangan setengah-setengah seperti itu aku tidak mengerti"

"Sebelum itu, kakak telah menerima ku menjadi mate kakak kan?"
"Kenapa bertanya tentang itu?"
"Jawab dulu saja, kakak menerimanya atau tidak?"
"Aku menerimanya, karena bagaimana pun ini adalah takdir yang tertulis untuk kita"
"Jika bukan takdir kakak tak akan menerimanya"
"Jika bukan karena takdir kita tak akan pernah ada di tahap ini Smith" ada benarnya juga yang Zara katakan.

"Jadi, apa yang tabib katakan tentang kondisi ku?"
"Kakaksedangmengandung"
"Hah? Apa Smith? Katakan dengan benar sebelum aku marah padamu"
"Baiklah, kakak tengah mengandung" cicitnya pelan
"Smith, katakan dengan benar"
"Kakak tengah mengandung"

"Apa? Coba katakan sekali lagi"
"Kakak sedang mengandung, mengandung buah hati kita" ucap Smith sambil menunduk, tak ada jawaban apapun dari Zara. Bagaimana sekarang? Apa Zara membencinya? Apa Zara tak menerimanya? Apa Zara marah padanya?

Smith lalu memberanikan diri untuk melihat Zara, namun yang ia lihat bukan Zara yang marah. Ia melihat Zara tengah menunduk menatap perutnya, tangannya berada di perutnya yang masih rata.

"Aku tengah mengandung?" tanya Zara sambil menatap Smith dengan mata yang berkaca, Smith bangun lalu menatap khawatir Zara,
"Iya kakak tengah mengandung, apa kakak sedih karena tengah mengandung?"
"Mana mungkin" Zara menarik Smith dan memeluknya erat
"Aku bahagia Smith, bahagia"

"Apa yang membuat ku ragu akhirnya sirna" Zara melepas pelukan mereka dan mengecup lama bibir Smith
"Aku bersyukur" ucapnya, menatap mata Smith yang juga berkaca, Smith kembali memeluk Zara

"Aku sangat khawatir, takut kakak tidak bisa menerimanya, aku bersyukur kakak menerimanya"
"Tentu saja bodoh, ini anugrah mana mungkin aku tidak menerimanya" mereka berpelukan cukup lama. Setelah itu Smith menemani Zara untuk beristirahat di kamarnya.




Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang