bab 23

7.1K 530 10
                                    





Niel berjalan santai di ikuti Seth tengah menggendong Zara, Seth memutuskan untuk ikut ke rumah Niel setelah Niel mengatakan akan pulang pada hari itu.

Seth yang tak rela pun meminta untuk Niel kembali menginap namun Niel tetap pada pendiriannya, maka dari itu kini Seth yang mengikuti Niel, Seth mengatakan dengan ceria akan menginap di rumah Niel.

Niel awalnya menolak bagaimanapun, Seth ini raja ia memiliki banyak urusan yang harus ia urus tapi dengan segala upaya (rengekan) akhirnya Niel pun luluh itu pun Niel memberikan syarat agar Seth meminta izin langsung pada Tyaga, untung saja Tyaga mengizinkan jika tidak, mungkin pria yang menyandang status raja Anwealda itu akan nekat pergi ke rumah Niel tanpa meminta izin dan membuat para pekerja kalang kabut mencarinya.

Untungnya juga ada Saint yang akan menghandle pekerjaan Seth kali ini di bantu Draco, jika tidak saat Seth kembali mungkin Seth akan keteteran.


Niel memutuskan untuk membeli beberapa bahan masakan karena seingatnya bahan makanan di rumahnya mulai habis, apalagi kali ini ia membawa tamu ke rumahnya. Di belakangnya Seth nampak asik bergurau dengan Zara, Seth tentu menggunakan jubah agar tak menarik perhatian.

Hutan Amalthea akhirnya mulai terlihat oleh mata, namun ada yang aneh mereka seperti di ikuti, Seth menyadarinya dan Niel pun begitu, instingnya berkata akan ada sesuatu yang terjadi.

Saat mereka sudah benar-benar dekat dengan hutan Amalthea, beberapa orang mulai mengerubungi mereka, jubah hitam terpasang di masing-masing orang yang mengelilingi ketiganya.

Zara nampak ketakutan, anak itu memeluk erat leher Seth, Seth yang menyadari itu mengelus pelan punggung Zara yang agak bergetar, memori kelam teringat jelas di ingatannya.

"Mereka, bunuh, ayah" ucapnya tergagap
Seth terkejut Niel apalagi, segera ia mengambil Zara dari Seth dan memeluknya erat, Seth pun sebenarnya tak asing dengan mereka dulu kenapa ia bisa ada di sungai dan terdampar lalu di tolong oleh Niel, sebelumnya ia juga bertemu dengan mereka.

"Sebenarnya siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?" ucap Seth, kedua tangannya memeluk Niel yang tengah memeluk Zara yang ketakutan.

"Raja Seth tidak usah tahu siapa kami, tapi serahkan anak yang ada di pelukan kalian" ucap salah satunya
"Tidak mungkin, kau hanya bermimpi" ucap Seth lantang
"Jika begitu biar kami ambil paksa" mendengar itu amarah Niel membumbung, pupil matanya berubah menjadi merah pekat.

"Tak akan ku biarkan siapapun membawa anakku atau bahkan melukainya" matanya menatap tajam ke sepuluh orang berjubah hitam itu, tak ada tatapan ketakutan atau bersahabat dari maniknya.

Sepuluh orang yang ada di sana merasakan tekanan dari Niel, mereka seketika lemas, tapi mereka sama sekali tidak lari dari sana. Sebelum pemimpin mereka berucap, tubuhnya ambruk lebih dulu karena tekanan yang di berikan Niel, membuat yang lain kalang kabut.

Mereka memutuskan untuk mundur sambil membawa pemimpin mereka yang telah tergeletak tak berdaya,
"Tunggu saja, kami akan membalasnya" ucap salah satunya lalu berlari mengikuti kawanannya yang telah agak jauh.

Mata niel kembali menjadi biru semula, ia jadi lemas tapi tak sampai membuat ia pingsan,
"Ayo kita pulang, Seth" ucap Niel pelan
"Kau kuat? Biar aku gendong"
"Tak usah, aku masih bisa berjalan lebih baik kau gendong Zara saja ia begitu ketakutan tapi aku tak cukup kuat untuk menggendongnya" dan Zara pun kembali ke pelukan Seth. Mereka berjalan agar bisa segera sampai di rumah Niel.










Di lain sisi, seorang pria nampak memasuki kerajaan di ikuti seseorang di sampingnya, senyum terus merekah di bibirnya, ia senang bisa pulang. Apalagi mendapatkan kabar bahagia seperti itu.

"Darius kau beristirahatlah, aku juga akan beristirahat" ucap Javernest, Darius tanpa membantah pun mengangguk dan segera berbelok untuk pergi keruangan miliknya.

Sedangkan Javernest sendiri memutuskan untuk mencari keberadaan sang istri, ia merindukan Tyaga, sangat.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Draco yang tengah mengobrol dengan Saint,
"Draco, Saint" panggilnya, mendengar itu Draco dan Saint pun mengalihkan tatapan mereka, Draco tersenyum dan Saint sedikit menundukkan kepalanya.

Draco dan Saint pun mendekat pada Javernest,
"Ayah, selamat datang kembali" ucap Draco sambil tersenyum, Javernest pun memeluk putra sulungnya itu
"Ayah pulang" ucapnya sambil tersenyum.

"Selamat datang kembali tuan" ucap Saint, Javernest melepaskan pelukannya pada Draco lalu memeluk Saint,
"Terimakasih nak, pergilah kau juga pasti merindukan ayah mu" ucap Javernest, Saint yang mendengar itu lantas tersenyum lalu menundukkan kepalanya,
"Terimakasih tuan, saya permisi tuan dan tuan Draco" ucap Saint lalu diangguki Draco dan Javernest.

Setelah Saint pergi ke ruangan Darius, Draco dan Javernest lalu beriringan berjalan,
"Oh iya dimana ibumu? Ayah sangat merindukannya"
"Ibu ada di taman belakang ayah, sedang menyiram tanaman miliknya"
"Ah jika begitu mari ke sana, sayang aku merindukanmu" ucap Javernest lalu sedikit berlari ke arah taman belakang.

Draco lalu menggeleng kepalanya pelan,
"Ayah tak pernah berubah dari dulu, masih sangat mencintai ibu dan aku selalu berharap akan selalu begitu" ucapnya sambil tersenyum lalu menyusul sang ayah sambil berjalan dengan santai.

"Oh benar ayah pasti akan menanyakan tentang Seth, apakah aku harus mengejutkannya dengan fakta putra sahabatnya yang selama ini ia cari adalah calon menantunya? Sepertinya itu akan menyenangkan, semoga ibu belum memberitahu ayah" ucapnya lalu berlari menyusul sang ayah yang telah hilang dari pandangannya.



Continue...

a/n ; kira-kira siapa ya orang-orang berjubah hitam itu?

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang