The story of their children, part 5

399 26 0
                                    




Sudah 2 tahun berlalu, Smith sudah diangkat menjadi pangeran mahkota dari dua tahun lalu, ia juga sudah lebih mendalami berbagai hal yang bersangkutan dengan kerajaan, Seth dan Niel menunda pengangkatan putra mahkota karena Zara menolak untuk menjadi penerus Seth, Smith lah yang berhak, penundaan ini di lakukan juga agar Smith dapat menikmati masa sekolahnya bersama teman-teman, agar tak terbebani.

Sudah 2 tahun juga Smith tak bertemu dengan Zara, Zara belum pulang sama sekali tapi pria itu masih terus mengirimkan pesan pada keluarganya di Finbar.

Umur Smith kini telah menginjak 20, ia telah menjadi pria dewasa, ya bukan sedewasa ayahnya tapi ia tetap sudah menjadi pria dewasa.

Hari ini hari kelulusan Mills dan kawan-kawan, rencananya hari ini Zara akan pulang tapi yah itu belum pasti, Smith tak terlalu berharap.

Ia berangkat bersama kedua orangtuanya dan juga Henry yang kini berusia 13 tahun,
"Ayah, ibu apa hari ini kak Zara akan pulang?" tanya Henry
"Dari kabar yang ayah dengar memang iya, tapi ayah tidak terlalu yakin kita tunggu saja ya?" balas Seth, Henry lalu mengangguk,
"Aku tak sabar melihat kak Zara dan matenya" ucap Henry antusias.

Smith sendiri tengah fokus pada pemandangan dari jendela, ia terdiam tak bereaksi apapun. Ada kabar burung yang mengatakan Zara telah memiliki seorang mate, selain karena belum siap bertemu kembali dengan Zara, Smith juga tak siap melihat Zara bersama dengan mate nya nanti.

Niel menatap putranya itu, ia merasa sedih. Di umurnya yang kini sudah 20 tahun, sudah banyak proposal lamaran yang menumpuk untuk Smith tapi tak ada satupun dari proposal itu yang Smith terima.

Mungkin rasa cinta putranya pada Zara itu memang nyata adanya, Smith juga tak seceria dulu ia jadi agak lebih pendiam, ia jadi lebih tertutup dari sebelumnya. Niel tentu sadar pada perubahan kecil putranya, ia khawatir.

"Smith" panggil Niel
"Ya, kenapa ibu?" balas Smith sambil tersenyum, senyum yang mirip sekali dengan Seth
"Kenapa dari tadi hanya diam, ada yang Smith pikiran?"
"Oh maaf ibu, tidak, tidak ada apapun. Smith hanya sedang menikmati pemandangan di luar, sangat bagus"
"Benarkah?" Smith lalu hanya mengangguk mengiyakan.

Niel pun urung untuk lanjut bertanya pada Smith dan Smith kembali fokus pada pemandangan di luar jendela.
Seth menggenggam tangan Niel dan mengelusnya, ia tahu istrinya khawatir tapi ia yakin putra mereka akan baik-baik saja.

Mereka pun sampai di sekolah yang dulu juga menjadi tempat Smith belajar, Smith menggendong Henry lalu masuk diikuti kedua orang tua mereka dibelakang.

"Kakak turunkan Henry saja, Henry tak apa"
"Tak apa adik kecil, kakak tidak masalah, kaki Henry kan masih luka, masih sakit, sudah jangan khawatirkan kakak, tak apa" balas Smith sembari tersenyum, kemarin adik bungsunya terjatuh dan kakinya terkilir, ia sudah di obati tapi adiknya masih susah untuk berjalan normal maka dari itu Smith berinisiatif untuk menggendong adik bungsunya itu.

Tubuh Smith semakin tinggi juga atletis tak kalah atletis dari ayah dan para kakeknya atau pamannya, tinggi nya sudah mencapai 190 cm, ia lebih tinggi beberapa centi dari sang ayah.

Saat di tengah acara, Smith izin untuk pergi ke kamar mandi, setelah urusannya usai, Smith tak langsung kembali ke aula tapi ia berdiam dulu di sana, lama sekali hingga acara inti selesai ia masih belum kembali entah apa yang ia lamunkan.

Smith tersadar dan bergegas kembali ke aula, tapi tubuhnya bertabrakan dengan seseorang saat akan keluar dari pintu, ia menundukkan sedikit tubuhnya sembari meminta maaf, orang yang di tabrak pun melakukan hal yang sama, ia lalu segera berpamitan pada orang yang ia tabrak setelah meminta maaf beberapa kali.

Acara inti telah usai, jadi para siswa telah berkumpul dengan para keluarganya, saat Smith akan menghampiri keluarganya, di sana berdiri pria yang ia rindukan selama 2 tahun terakhir ini.

Saat melihatnya lagi dan lagi Smith sepertinya jatuh cinta pada pria itu, fokusnya teralih pada wanita disebelah Zara, itukah mate sang kakak? Cantik, dia cantik tapi yang saat ini begitu cantik adalah Zara, sudah 2 tahun lebih tak bertemu Zara tampak semakin cantik, bahkan wanita itu saja kalah cantik dengan Zara.

Smith masih terdiam di sana, ia tak berani mendekat, ia hanya berdiam diam menatap lurus pada pujaan hatinya,
"Sial aku merindukannya tapi aku bahkan tak berani untuk mendekat kesana" Smith lalu pergi dari sana menjauh dari aula dan menunggu di halaman sekolah yang sepi, rupanya dari saat Smith datang dan memperhatikan Zara, Franky melihatnya, ia lantas mengikuti kemana Smith berjalan.

"Bro" panggil Franky sambil menepuk pundak Smith yang membelakanginya
"Argh!" ucap Smith terkejut
"Frank, kau mengagetkanku!"
"Maaf, maaf, lagian kenapa malah melamun di sini, ituloh pujaan hatimu ada di sana bersama yang lain"
"Tidak usah, aku akan menunggu di sini saja"

"Kau tidak merindukannya bro?"
"Yang benar saja, aku sangat merindukannya, ia bertambah semakin cantik dan sepertinya aku kembali jatuh cinta padanya"
"Kau budak cinta sekali rupanya sobat"
"Aku tak masalah menjadi budak cinta, jika itu bagi Zara Anderson"
"Mengerikan sekali, lantas mengapa tak kau temui dia"
"Aku tidak siap bertemu ia dan matenya"
"Kenapa kau jadi lembek begini, katanya tak akan menyerah sampai mendapatkannya"
"Ya tapi kan dia sudah punya mate, kau ini bagaimana sih?"

"Bro, makanya tadi kau harusnya mendekat dan mendengarkan bersama yang lain, kak Zara datang bersama temannya, wanita itu temannya dan wanita itu telah memiliki mate tadi matenya tengah ke kamar mandi jadi dia tak ada di sana"
"Kamar mandi?" berarti yang tadi ia tabrak itu adalah mate dari temannya Zara, syukurlah.

"Tapi aku tetap tak berani, nanti ujung-ujungnya juga ditolak lagi buat apa?"
"Kau ini pesimis sekali, kan kau belum mencoba"
"Sudah banyak kali dan hasilnya selalu sama, lagian aku takut makin jatuh cinta"

"Tadi katanya sudah jatuh cinta lagi, terus apa masalahnya jika kau menemuinya"
"Iya aku sudah jatuh cinta lagi padanya, tapi takutnya saat aku bertatap muka dengan dia aku akan semakin jatuh cinta bagaimana? Kan aku juga yang repot" Franky menatap temannya ini aneh, bagaimana sih? Temannya ini terlalu bucin ia tak mengerti lagi.

"Ya tapi-" belum selesai ucapan Franky para keluarga telah datang pada mereka, Smith langsung kikuk dan Franky langsung merangkul bahu Smith kala merasa Smith akan kabur lagi
"Percuma kabur bro, kau satu tempat tinggal dengan kak Zara" ucapnya sambil berbisik pada Smith.

"Nah kalian rupanya di sini, kami dari tadi mencari kalian tahu" ucap Mills
"Iya tadi kami memiliki urusan" ucap Franky karena sepertinya Smith lagi-lagi terpesona oleh kecantikan Zara.

"Kak Smith, kak Zara telah pulang ini kakak tidak mau menyambutnya?" ucap Mills, Smith lupa selain Franky ada adik pertamanya yang tahu jika ia suka dengan Zara, sial.

"Ah ya halo kak, apa kabar?" ucap Smith setenang mungkin, Zara lalu tersenyum, aduh manis sekali ujar Smith dalam hati,
"Kabar kakak baik, bagaimana dengan kabar Smith?" entah karena sudah lama tidak mendengar suara Zara, Smith merasa suara Zara jauh lebih halus dari terakhir kali Smith mendengarnya,
"Kabar Smith juga baik-baik saja kak"
"Syukurlah jika begitu" balasannya diiringi senyuman.

Mereka pun pulang, pulang ke Finbar karena sekalian merayakan kepulangan Zara setelah 2 tahun merantau.


Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang