bab 35

3.9K 279 6
                                    






Jeritan dari salah satu maid terdengar cukup keras hingga membuat beberapa orang di kerajaan Finbar terkejut. Mereka berhamburan ke tempat maid itu berteriak dengan kencang dan bertapa terkejutnya mereka, menemukan Margareth, ibu raja mereka yang terbaring di atas genangan darah dari lukanya yang kini telah mengering.

Romeo yang datang dengan Rebecca begitu terkejut melihatnya, Rebecca terduduk menatap jasad ibunya yang terbaring kaku, Romeo juga terkejut, ia tak menyangka ibunya melakukan hal seperti ini, apa dirinya tak memikirkan Rebecca yang selalu ingin ibunya sayangi? Bisa-bisanya, mengapa? Mengapa ia harus mengalami hal seperti ini, ia tak butuh uang atau apapun, ia hanya ingin keluarga yang harmonis, orang tua yang saling mencintai dan anak-anak yang tak pernah kekurangan kasih sayang mereka.

Romeo meremat rambutnya kencang, ia lalu segera terduduk di samping sang adik dan memeluk adiknya yang tengah menangis,
"Ikhlas kan ibu Rebecca" ucapnya dan hanya di balas tangis Rebecca, walau semalam ia mengatakan hal kejam seperti itu tapi ia tetap menyayangi ibu yang melahirkannya itu, apalagi adiknya.

Romeo mengeratkan pelukannya, saat suara parau Rebecca memangilnya, ia tak bisa melihat adiknya seperti ini, ia segera meminta para maid untuk segera mengurus jenazah ibunya.










Pemakan telah selesai di lakukan, beberapa kerabat dan orang-orang dari kerajaan Anwealda juga datang ke pemakaman. Rebecca masih terduduk di samping makan ibunya, saat satu-persatu orang pulang.

Niel juga di ajak ke sana oleh Seth, ia awalnya menolak tapi ia akhirnya mau karena bagaimanapun orang yang meninggal masih kerabatnya.

Niel menatap gundukan makam itu lamat, sebelum beralih ke Rebecca, ia bisa memastikan sesuatu, ia yakin Romeo telah berbicara bersama ibunya, tapi ia tak menyangka bahwa bibinya itu akan sampai membunuh dirinya sendiri.

Sisi omeganya tersenyum senang dalam hati, karena orang yang membunuh ibunya gini juga meninggal bahkan tanpa harus menggunakan tangannya, tapi ia berharap ia sempat untuk 'menyapa' bibinya itu.

Romeo menatap Niel cukup lama, Niel tahu tapi ia hanya diam tanpa bereaksi apapun, sebelum tangan Seth merangkul pinggangnya dan mengajaknya untuk pulang, tentu setelah mereka berpamitan.

Romeo menatap lamat kepergian Niel, dia memang sangat mirip dengan bibi Athaya, sangat cantik.

Rebecca lalu menatap ke arah kakaknya, dan memanggil dengan suara serak karena Rebecca tidak berhenti menangis dari kemarin.

"Ayo kita pulang, kamu harus beristirahat" ucap Romeo lalu memapah sang adik, di ikuti beberapa pengawal dan maid, Rebecca tidak menolak ia benar-benar lemas, hatinya masih tidak bisa menerima tapi ia mencoba untuk ikhlas.








Niel merebahkan diri di atas kasur miliknya yang sudah lama tak ia tempati, ia dengan keras meminta izin untuk pulang karena bagaimanapun rumah ini harus ia urus. Seth sempat menolak tapi ia akhirnya mengiyakan, sedangkan Zara masih bersama Seth di kerajaan bersama yang lain.

Ia menutup matanya lalu menghela napas panjang, sebelum kembali membuka matanya, pupilnya kini telah kembali menjadi biru laut yang indah.

"Aku merasa cukup bersalah tapi di lain sisi aku senang, beban di pundak ku terasa hilang" ucapnya, ia lalu bangun dan menatap ke sekitar kamarnya entah apa yang ia cari, ia lalu kembali merebahkan diri di atas kasur.

"Aku ingin tidur..."ucapnya lalu lambat laun matanya kembali tertutup dan ia mulai terlelap.










"Nak..." Suara ini tak asing di pendengaran Niel
"Sayang...ayo bangun, kamu kan ada acara di sekolah nanti kesiangan loh kamu, ayo bangun" tak lama tepukan lembut terasa di pipinya, ia membuka matanya perlahan dan ia dapat melihat siluet seseorang.

Saat matanya benar-benar terbuka, ia dapat melihat seseorang itu tersenyum kepadanya, manis sekali, senyum yang ia rindukan,
"Ibu..."
"Hmm? Kenapa sayang?" suara halusnya yang sangat ia rindukan itu terdengar begitu jelas di telinganya.

Niel lantas bangun lalu memeluk erat tubuh di hadapannya, suaranya mulai parau dan ia terus-menerus memanggil ibunya, pelukannya di balas, lagi-lagi sesuatu yang ia rindukan.

"Ibu..." ucapnya mulai menangis
"Kenapa sayang? Kamu mimpi buruk?" ucapnya lalu mengelus punggung Niel lembut, Niel tak berkata apapun ia hanya terus memeluk ibunya dan mengeratkan pelukannya.

Sang ibu hanya tersenyum dan membiarkan, sebelum pintu kamar terbuka, memperlihatkan seseorang yang juga Niel rindukan, air matanya kembali luruh, ia merentangkan salah satu tangannya, agar seseorang itu juga memeluknya.

Melihat putranya  seperti itu, sang ayah peka lalu berjalan dan segera memeluk kedua orang terkasihnya,
"Putra ayah, kenapa?" suara ini benar-benar suara ayahnya, Niel tidak tahu apa yang terjadi tapi ia merasa senang, ia memeluk ayah juga ibunya bersamaan.

"Ayah..."
"Cup, cup, cup putra ayah jangan menangis, kenapa hum? Mimpi buruk kah nak?" pertanyaan yang sama dari sang ayah dan Niel kembali tak menjawab, kedua pasang suami istri itu pun saling menatap dan tersenyum hangat, sang ibu mengelus rambut putranya, lalu sang ayah mengecup pucuk kepala putranya itu dengan penuh kasih sayang.

"Tak apa sayang, ayah dan ibu ada di sini" ucap keduanya berbarengan membuat Niel menangis dengan kencang, keduanya terkekeh lalu menenangkan Niel yang menangis.






Niel bingung, apa ini? Apakah ini nyata? Atau hanya mimpi semata?









Continue...?




a/n ; muehehhee

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang