bab 33

4.3K 290 5
                                    






Zara terbangun, di sampingnya ada Hazia yang tengah duduk dan sibuk dengan kegiatannya, merajut.

Zara mulai bersuara pelan, di rasa suaranya tidak keluar ia berdehem pelan, membuat atensi Hazia teralih,
"Zara sudah bangun, Zara haus, kakak ambilkan minum ya?"
"Kak Zia, dimana ibu?" bukannya menjawab pertanyaan Hazia, Zara malah kembali bertanya.

"Ibu Zara belum pulang, mungkin sebentar lagi akan pulang"
"Sebentar lagi itu kapan kak Zia?" Hazia kikuk ia tak tahu pasti kapan Niel pulang, karena Niel tak mengatakan berapa lama ia pergi, tak kunjung mendapatkan jawaban membuat mata Zara berkaca-kaca.

Hazia seketika panik, apa yang harus ia lakukan, ia segera beralih tempat lalu memeluk Zara,
"Apa Zara sangat merindukan ibu Zara? Tidak apa, ibu Zara pasti akan segera pulang" Zara tak mengucapkan apapun tapi perasaan yang ia rasakan begitu membingungkan, yang saat ini ia inginkan hanya Niel berada di hadapannya.

Tangisan Zara tak kunjung reda, membuat Seth dan Draco yang masih berada di sana panik, kedua adik kakak itu segera berjalan ke arah kamar Hazia, keduanya masuk setelah Hazia mengizinkan.

Seth menghampiri, Zara yang melihat Seth di sana lantas turun dari pelukan Hazia dan berlari ke arah Seth,
"Ayah, ibu ayah" ucapnya tersedu
"Ibu sebentar lagi pasti akan pulang, Zara tunggu saja ya?" ucap Seth sambil mengelus rambut coklat putranya.

"Tapi ayah, perasaan ini tak ingin hilang jika Zara tak melihat ibu" ucap Zara tersendat, Seth menatap Draco dan Hazia bergantian setelah mendengar apa yang Zara katakan.

"Apakah Zara khawatir dengan ibu?"
"Zara tidak tahu ayah, Zara tidak mengerti" ucapnya sambil terisak, tak usah diragukan lagi Zara merasakan khawatir terhadap Niel. Tak di pungkiri ada rasa panik di antara para orang dewasa yang mendengar itu, walau Zara bukan anak kandung Niel namun mereka tetap terikat oleh ikatan darah karena orang tua kandung keduanya adalah saudara kandung.

Di percaya ketika orang-orang terikat satu sama lain dengan darah atau mereka yang di takdirkan satu sama lain akan merasakan perasaan bahaya atau cemas kala sesuatu yang buruk akan terjadi, begitu pun dengan Zara dan Seth, selain Zara Seth pun merasakan perasaan tak enak setelah Zara mengucapkan apa yang ia rasakan.

Saat keempat orang tadi panik, orang yang membuat mereka panik tengah berjalan dengan santai di kerumunan orang-orang,
"Hah, rasanya begitu rindu" ucapnya sambil menatap sekitar dengan pupil merahnya, rambut blonde dan mata merah nya jelas begitu mencolok, karena hanya anggota kerajaan saja yang memiliki ciri seperti itu.

Dari awal Niel terus di perhatikan banyak orang, tapi ia tidak perduli karena tujuannya harus tetap tercapai bagaimana pun caranya.

Matanya menatap awas sekitar, ia memang tidak peduli tapi Niel cukup sadar ada beberapa orang yang menatapnya intens.

Kaki jenjangnya berjalan melambat kala mendengar langkah yang mendekat, berbeda dengan tempat ramai yang tadi, kini Niel berada di tempat yang cukup sepi, ia sengaja memancing orang yang mengikutinya itu.

Niel berhenti dan langsung suara langkah kaki itu pun ikut berhenti bersamaan dengan berhenti nya Niel, Niel langsung membalikkan tubuhnya, ia tersenyum kala menemukan beberapa orang di hadapannya yang tengah terkejut.

"Gotcha, aku mendapatkan seekor tikus" ucapnya sambil tersenyum  manis
"Ucapan mu nona, terlalu merendahkan kami" mendengar itu Niel tertawa terbahak
"Apakah aku secantik itu hingga kau menyangka diri ini seorang wanita, hmm?" semua yang ada di sana tentu terkejut, sial mereka tertipu.

"Lalu ada apa gerangan kalian mengikuti diri ini?" tanya Niel, ia dengan seksama memperhatikan satu-satunya wajah pria di depannya itu, ia akan mengingatnya.

"Apakah kalian tidak ingin berbicara? Ah biar aku tebak, apa karena mata dan rambutku?"
"Kenapa kalian hanya diam? Benarkah? Ahh kalian mengincar ku untuk dijadikan sandra dan meminta tebusan bukan? Percuma, tidak akan ada yang memberikannya, karena aku tak di ketahui oleh anggota kerajaan saat ini"

"Aku tahu, karena kalian mengetahui ciri khas anggota kerajaan Finbar, tapi kalian lupa satu hal, anggota kerajaan Finbar sejauh ini hanya alpha yang memiliki mata merah menyala seperti ini, tapi aku bukanlah alpha"

"Tunggu, jangan dulu berpikir aku mudah di kalahkan, kalian harusnya juga mengetahui apa makna omega dengan ciri fisik seperti ini kan?"

"Oh perubahan ekspresi yang sangat bagus, tapi maaf bahkan ketika kalian sudah berlutut di bawah kaki pun aku tak akan melepaskan kalian, aku ingat kalian adalah bandit yang sedang di cari, aku melihat foto kalian terpampang sebagai bandit yang tengah di cari, jadi biar aku sekalian menggantikan para penjaga untuk memberikan kalian hukuman" setelahnya Niel memberikan tekanan pada para bandit itu, hingga kelima bandit itu terduduk.

Niel tersenyum, ia berjalan mendekat, mengambil pisau di pinggang salah satu bandit itu dan memotong nadi mereka dengan cepat dan tepat sasaran, hingga sang bandit tak bisa berkutik.

Niel membersihkan tangan yang terkena sedikit noda darah,
"Ahh rasanya memang menyenangkan, sebenarnya aku ingin sedikit menyiksa mereka terlebih dahulu sebelum ajal menjemput mereka, tapi sayangnya ada hal yang harus aku lakukan" ia lalu bangun dan meninggalkan lima mayat bandit itu begitu saja.

Niel telah sampai di tempat yang menjadi tujuannya, tapi sayangnya ia di hadang oleh penjaga yang menjaga gerbang, Niel sudah menduganya jadi ia melumpuhkan keduanya dengan cepat sebelum mereka memanggil bantuan dan itu pasti akan sangat menyulitkan untuknya.

Ia masuk ke dalam tempatnya itu, tempat yang ia rindukan, memorinya yang berada di tempat ini muncul ke permukaan, semuanya begitu indah.

"Andai saja kau tidak egois paman, mungkin semua akan baik-baik saja. Aku berterimakasih karena kau membiarkan ku hidup bahkan secara diam-diam mengurusku, aku tidak akan membunuhmu jika kau masih hidup tapi andai jika ada kesempatan setidaknya aku ingin menggoreskan banyak luka di tubuhmu untuk membalas luka di hatiku yang hingga saat ini belum sepenuhnya sembuh" ucapnya lalu berjalan ke arah kanan, walau sudah lama ia tak menginjakkan kaki di sini tapi segalanya masih terasa sama.

Ia terus berjalan, aneh memang karena tidak banyak pengawal atau maid yang berlalu lalang, setidaknya ada dua atau tiga pengawal yang berjaga, ia cukup lega tapi kewaspadaannya tetap terjaga.

Niel akhirnya sampai di ruangan yang biasa di pakai seorang raja, ia mengetuk pintu itu, suara sahutan terdengar dan Niel lantas segera membuka pintunya, dapat ia lihat Romeo yang tengah melihat laporan di mejanya.

"Ada perlu ap-" belum selesai ia berucap seketika air mukanya langsung berubah
"Apa yang kau lakukan disini?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?!" ucap Romeo dengan intonasi suara yang naik dari sebelumnya, Niel tak mengatakan apapun ia hanya terus tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Romeo.

"Apa-" "shhh, tidak usah banyak bicara, dengarkan aku Romeo" ucap Niel lalu kembali tersenyum, entah kenapa Romeo merasa sedikit terintimidasi dengan aura milik seseorang itu.





Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang