bab 32

4.3K 328 8
                                    





Seth tersenyum senang kala pekerjaannya telah usai, ia segera bangkit lalu berjalan ke pintu, saat tangannya akan meraih knop pintu, pintu terbuka penampakan Draco yang terkejut melihat Seth.

"Hah?! Seth aku kaget, kenapa kau berdiri di depan pintu seperti itu?"
"Aku tadi akan membuka pintu tapi kakak lebih dulu membukanya"
"Ah begitu, lantas kau akan kemana? Muka mu sangat berseri"
"Tentu ke rumah kekasihku, aku merindukannya" Draco lalu menatap datar sang adik, adiknya percis seperti sang ayah, budak cinta.

Tapi Draco lalu berpikir, jika ke rumah Niel bukankah kemungkinan besar Hazia juga ada di sana? Itu kesempatan yang bagus bukan?

"Baiklah, baiklah tapi aku ikut ya?"
"Hah? Kau tumben sekali, biasanya lebih memilih mendekam di perpustakaan"
"Tidak apa aku hanya suntuk, sekalian jalan-jalan saja"
"Ah baiklah, jika begitu ayo pergi"
"Sebelum itu kau lebih baik izin dulu kepada Saint, takut anak itu mencari mu nanti"
"Kau benar kakak, baiklah aku akan memberitahu Saint terlebih dahulu"

Setelah meminta memberitahu Saint dan meminta izin, Draco dan Seth kini sudah berada di kereta kuda yang akan membawa mereka ke rumah Niel.

Namun entah karena insting atau apa, Seth meminta sang kusir untuk mengubah arah jalan yang mereka tempuh.

Draco sendiri menatap Seth bingung, walau ia hanya beberapa kali menghampiri rumah Niel tapi ia cukup tahu arah rumah Niel, karena rumah Niel berada di dalam hutan Amalthea yang jelas-jelas berada di ujung jalan ini.

"Seth?" tanya Draco bingung
"Aku juga tak mengerti, aku hanya mengikuti kata hatiku saja" ucap Seth sambil menggaruk pipinya bingung.

Saat kereta kuda berhenti, mereka tepat berada di depan rumah keluarga Hazia, Seth cukup bingung sebenernya apalagi Draco, bukannya tujuannya adalah Niel ya walau tidak di pungkiri jika itu tujuan milik Draco memang ingin menemui Hazia.

Seth meminta sang kasir untuk kembali ke kerajaan, mungkin saat pulang ia akan memilih berjalan kaki saja karena ia sudah lama tak menyapa secara langsung para rakyat yang ia cintai.

Seth mengetuk pintu di depannya, cukup lama hingga terdengar suara langkah kaki dan seruan dari dalam, pintu lalu terbuka dan menampakkan Hazia yang tengah memakai apron, menurut Draco Hazia tampak menggemaskan kala menggunakan apron seperti itu. Curiganya dimata Draco Hazia mau kayang pun menggemaskan ini.

Hazia cukup terkejut sebenarnya, namun ia segera menundukkan kepalanya untuk memberi hormat,
"Silahkan masuk terlebih dahulu tuan, mari berbicara di dalam saja" Seth dan Draco pun menyetujui, ke duanya masuk usai Hazia berbicara tentu dengan kata permisi yang terucap dari mulut keduanya.

Saat memasuki ruang tamu yang langsung mengarah ke dapur, Seth dapat melihat Tera yang juga tengah memakai apron kemungkinan besar, Tera dan Hazia tengah memasak bersama.

Tera yang tangah mengaduk masakan miliknya lantas melirik kala mendengar langkah kaki mendekat, seketika ia mematikan kompornya dan segera menghampiri Draco dan Seth.

"Tuan Seth, tuan Draco" ucap Tera sambil menunduk kepalanya untuk memberi  hormat,
"Bibi sudah berapa kali kami katakan, cukup panggil kami dengan nama kami saja tak usah ada embel-embel tuan di depannya" ucap Seth dan Draco mengangguk untuk mengiyakan.

Tera tersenyum, lalu berkata baiklah
"Ada apa Seth dan Draco kemari? Apakah ada urusan dengan suami bibi?"
"Ah tidak, bukan sebenarnya... " ucap Seth tampak ragu untuk meneruskan ucapannya
"Sebenarnya Seth ingin bertemu dengan Niel bibi, tapi entah mengapa Seth malah meminta ke rumah bibi" ucap Draco, Seth sendiri cukup tersipu mendengarnya, ia berdehem untuk menghilangkan perasaan malu yang kini ia rasakan.

"Tidak umm aku hanya merasa Niel berada di sini, maka dari itu aku kemari bibi" ucap Seth, Tera yang mendengar itu tersenyum kecil
"Seth tidak salah jika ingin bertemu Niel dan kamu kemari tapi sayang Niel telah pergi tadi setelah menitipkan Zara di sini"
Ekspresi Seth berubah sesuai dengan apa yang Tera katakan.

"Apakah bibi tahu Niel pergi kemana?"
"Sayangnya bibi tidak tahu, mungkin Hazia tahu, sebentar bibi panggilkan Hazia terlebih dahulu"
"Tidak biasanya Hazia berdiam diri di kamar saat ada tamu, bibi" ucap Draco
"Betul, anak itu mungkin khawatir Zara terbangun dan mencari Niel"
"Mengapa Zara hingga menangis seperti itu bibi? Biasanya Zara tidak akan rewel seperti itu" tanya Seth.

"Bibi juga kurang tahu nak, saat tadi Niel kemari Niel langsung menitipkan Zara pada bibi dan Hazia, Niel juga tidak mengatakan pasti apa urusan yang akan ia lakukan" Seth yang mendengar itu termenung, itu cukup aneh. Ia tahu Zara bukan anak yang rewel malah dapat di bilang anak itu suka bergaul jadi bahkan jika Niel menitipkan dirinya pada orang lain, selagi orang itu tidak ia curigai atau sudah kenal, Zara tidak akan menolak dan rewel, ini cukup aneh.

Hazia telah duduk di hadapan Seth dan Draco setelah tadi sang ibu memanggilnya, pertanyaan yang sama terlontar kembali soal Niel dari Seth dan jawaban Hazia rupanya sama dengan jawaban Tera tadi.

"Saat aku bertanya pun Niel hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, ia berkata itu bukan urusan penting jadi aku tak perlu mengetahuinya" ucap Hazia.

Seth lagi-lagi termenung, sebelumnya Niel tidak mengatakan apapun, ia dan Niel pun baik-baik saja, tidak ada masalah, jika di perhatikan pun Niel bersama yang lainnya tidak memiliki masalah apapun, ada apa sebenarnya?

Di samping itu, seseorang yang tengah di rindukan Seth tengah tersenyum dengan lebarnya memasuki hutan menuju suatu tempat, dengan pupil merahnya yang terpantul cahaya matahari.

"Ini saatnya aku mengambil apa yang seharusnya jadi milikku".






Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang