bab 36

3.8K 268 7
                                    






Matanya terbuka perlahan dengan air mata yang mengalir di pipinya, ia terisak pelan ketika menyadari sesuatu, sebegitu besarnya ia merindukan orang-orang terkasihnya yang telah pergi lebih dulu darinya.

Air matanya terus meluruh, ia begitu rindu ia ingin saat ini tubuhnya yang sedang meringkuk di atas kasur itu di peluk oleh dua orang yang sangat amat ia rindukan,
"Ayah... Ibu..." suaranya serak, ia terus memanggil berharap keduanya datang dan segera memeluknya.

Ia berharap sesuatu yang terjadi tadi bukan mimpi, tapi benar adanya dan lagi-lagi ia memanggil keduanya, dadanya semakin sesak.

Tak lama tubuhnya di rengkuh dengan lembut, ia dapat merasakan tangan yang melingkupi tubuhnya. Suara yang ia ketahui terdengar berbisik di samping telinganya,
"Sayang...tak apa, aku di sini" ia tahu siapa yang saat ini memeluknya, walau yang ia harapkan tidak datang tapi setidaknya pria ini yang menggantikan pelukan kedua orangtuanya.

Niel ingat ia memiliki Hazia dan keluarganya, Zara juga pria terkasihnya, Seth. Suara yang bergetar itu memanggil nama Seth dengan lirih dan Seth menyahutinya dengan lembut, tangannya mengelus punggung kekasihnya yang bergetar.

"Tak apa sayang, menangislah jika itu memang membuat mu lebih baik" ucap Seth lalu mengecup pucuk kepalanya Niel.
"Seth, ayah...dan ibu...mimpi" ucapnya tersendat, dari kata-kata yang tersendat itu Seth mengerti bahwa kekasih hatinya ini memimpikan kedua orangtuanya yang sudah lama pergi, Seth mengerti, ia saja yang keduanya masih ada terkadang rindu apalagi dengan Niel?

Ia di tinggalkan di umurnya yang masih begitu muda, Seth mengeratkan pelukannya dan membiarkan Niel yang terus menangis hingga dirinya tenang.

Niel sudah tenang tapi posisi keduanya masih berpelukan di atas kasur, keduanya merasa nyaman dan sepertinya enggan untuk melepaskan posisinya nyaman ini.

"Terimakasih Seth" ucap Niel
"Kembali kasih, sayang" ucap Seth lalu mengecup kening Niel lama, Niel menatap mata Seth lama.

Seth tersenyum lalu dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Niel, Niel menutup matanya kala merasakan terpaan napas Seth di wajahnya, hingga kedua bibir mereka bersentuhan, tangan Seth turun dan memeluk pinggang Niel sebelum akhirnya melumat dengan lembut bibir milik Niel.

Niel menikmatinya, begitupun dengan Seth, tangan Niel yang tadinya berada di antara dadanya dan Seth, perlahan naik dan menyimpannya di bahu Seth, keduanya begitu terlarut.

Pelukan Seth sedikit melonggar, salah satu tangannya masuk ke dalam pakaian yang Niel pakai dan mengelus punggung Niel secara langsung tanpa penghalang apapun, membuat Niel tersentak saat merasakan dinginnya tangan Seth tapi setelahnya ia kembali tenang.

Tangan Seth semakin naik hingga sampai tulang belikat milik Niel, sebelum tangannya berpindah ke depan, keduanya segera memisahkan diri saat pintu kamar milik Niel terbuka dengan perlahan, di sana ada Zara bersama Hazia dan Draco.

Zara dan Hazia menatap bingung keduanya yang tersipu malu sedangkan Draco tersenyum jahil,
"Apakah kami menganggu?" tanya Draco, sengaja, Draco sengaja.

Seth menatap kakaknya dengan tatapan tajam dan pipi yang bersemu tipis, sedangkan Niel merasa mukanya makin panas dan panas, membuat Draco terkekeh.

Dengan suara yang sedikit bergetar, Niel bertanya pada mereka yang datang,
"Ada apa? Apa ada sesuatu?"
"Oh ini Zara lapar dan aku pikir ini sudah masuk waktu makan siang, jadi aku ingin mengajakmu untuk masak dan makan bersama, tentu dengan tuan Seth dan tuan Draco juga" balas Hazia
"Ah begitu...".

"Mengapa Zara tidak makan di kerajaan saja sayang?" tanya Seth
"Zara ingin masakan ibu ayah, Zara sudah lama tidak memakan masakan ibu selama di rumah ayah" balas Zara
"Ah... baiklah" balas Seth.

Draco kembali terkekeh, dan kembali mengatakan sesuatu yang membuat Niel semakin tersipu dan Seth yang semakin tajam menatapnya,
"Sepertinya kedua orang tua mu benar-benar tidak ingin di ganggu ya Zara" mendengar itu Hazia cukup bingung tapi jika memang iya, ia merasa bersalah karena telah menganggu waktu mereka.

Draco yang menyadari itu tersenyum kecil lalu mengelus rambut lembut Hazia,
"Tak apa, kamu tidak mengganggu mereka aku hanya sedang menggoda mereka, tak usah di pikirkan" ucap Draco, Hazia mengangguk
"Baik tuan Draco...".

Niel bangun dari tempat tidurnya nya dan berjalan ke arah Hazia lalu mengandeng tangan Hazia dan menarik pelan ke arah dapur,
"Ayo kita masak" ucap Niel sembari tersenyum membuat Hazia juga ikut tersenyum dan mengangguk senang.

Setelah kepergian keduanya di susul Zara, Draco menatap adiknya dengan senyum jahil, ia menggoda adiknya hingga muka Seth sangat merah, kapan lagi ia bisa menjahili adiknya itu? Ia hanya terkekeh melihat ekspresi milik Seth, sangat lucu.







Continue...

a/n ; yang Niel ketemu orangtuanya itu kira-kira mimpi atau bukan ya?

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang