The story of their children, part 19

350 20 0
                                    





"Tadi benar-benar festival yang menyenangkan, iya kan?" seru Axel
"Aku setuju, itu benar-benar meriah dan memukau" balas Koa
"Di Anila mana ada festival seperti ini" lanjut Koa sinis
" Kau ini sinis sekali dengan raja Anila"
"Aku malas, dia orang menyebalkan" Grey hanya menggeleng melihat tingkah Koa.

"Grey" panggil Perry
"Ya?"
"Kau akan pulang lusa?"
"Iya, sekalian aku mengurus beberapa hal juga, lebih cepat lebih baik bukan?"
"Baiklah, besok aku akan mengantarmu dengan yang lain ke pelabuhan"
"Baiklah, terimakasih Perry" Perry lalu mengangguk mengiyakan.

Koa dan Axel melihat moment itu dan saling berbisik, Cruz dan Beck hanya dapat menggelengkan kepala mereka, sedangkan Zayn masih terus diam, Cruz menyadari itu,
"Ada apa Zayn, apa kau tidak menikmati festival ini?"
"Tidak, ini sangat seru aku hanya lelah saja, tidak usah khawatir Cruz" balas Zayn sambil tersenyum
"Baiklah jika begitu, setelah kita kembali ke penginap kau bisa istirahat kawan" balas Cruz sambil merangkul bahu Zayn, Zayn lalu tersenyum.






Zara duduk di kasurnya, ia menatap ke jendela, ingatannya kembali pada beberapa saat lalu saat tatapannya bersikukuh dengan manik shappier yang terasa tak asing, hatinya juga merasakannya,
"Smith apakah itu kau?" Zara pikir sekilas paras pria tadi cukup mirip dengan suaminya, atau karena ia begitu merindukan Smith hingga mengira pria tadi Smith? Tadi ia tidak terlalu fokus dan fokusnya teralihkan saat ia ingin menatap pria tadi ia tak dapat menemukannya lagi.

Pintu kamarnya terbuka, memperlihatkan kedua putranya, Zeke dan Madison,
"Ibu ayo turun, kakek meminta kami memanggil ibu untuk memakan cake buatan nenek" Zara tersenyum lalu mengelus rambut blonde keduanya,
"Baiklah, ayo kita turun" ucap Zara lalu menggandeng tangan putra-putranya.







Zayn memutuskan untuk pulang lebih dulu ke penginapan, ia merasa aneh dengan tubuhnya tapi sepertinya ia malah nyasar,
"Dimana ini? Waw tempat ini sangat indah" ucapnya kala melewati semak belukar yang tumbuh liar di pagar tempat ia masuk.

Zayn masuk ke taman yang begitu indah sekali, di sana banyak bunga bertebaran dan sangat asri juga segar,
"Ini sangat menakjubkan"
"Siapa kau?" Zayn langsung membalikkan tubuhnya dan ia langsung menunduk tubuhnya kala melihat Henry di sana,
"Maafkan kelancangan saya tuan muda Henry, saya hanya tersesat tadi"
"Begitu, baiklah angkat kepalamu" ucap Henry sambil tersenyum menatap Zayn, saat Zayn kembali ke posisi awalnya, senyum di muka Henry langsung hilang di gantikan muka terkejut.

"Kakak... Kak Smith..." ucap Henry pelan, Zayn tampak bingung, ia menatap sekitar, kiranya mungkin ada kakak Henry di sana tapi di sana hanya ada mereka berdua, mata Henry tampak berkaca sebelum akhirnya berlari dan memeluk Zayn erat, seolah jika ia melepaskannya Zayn akan pergi.

"Kakak, kakak kemana saja? Kami semua mencari dan merindukan kakak" ucap Henry, Zayn tampak kikuk apa yang harus ia lakukan? Jika membalas atau melepaskannya saja ia sungkan,
"Tuan muda... Maafkan aku tapi aku bukan kakakmu, mana mungkin seorang penambang seperti ku adalah kakakmu, tuan muda pasti salah orang"
"Mana mungkin aku tidak bisa mengenalimu, walau manik dan rambut mu berubah tapi paras mu tetap sama, kakak ayo pulang, ayah dan ibu pasti senang, kak Zara, kak Mill, kak Frank juga pasti senang, ayo kita pulang kakak" ucap Henry menatap mata shappier Zayn dengan mata heterocromia nya yang berlinang air mata.

"Tuan muda, maafkan aku" ia mendorong tubuh Henry dengan pelan
"Tapi aku bukan kakakmu, aku bukan tuan Smith, namaku Zayn bukan Smith"
"Saya permisi tuan muda Henry" Zayn lalu membungkukkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Henry yang masih menangis, ia menahan tangan Zayn,
"Tidak, kakak tunggu"
"Tuan muda, maafkan aku tapi aku Zayn bukan Smith, aku bukan kakak tuan" ia melepaskan genggaman tangan Henry pada tangannya dan berlalu meninggalkan Henry yang terduduk,
"Kakak..."

Zayn yang sudah jauh itu melihat kebelakang, ia melihat Henry yang terduduk sambil menangis,
"Maafkan aku tuan, tapi aku bukan kakakmu, semoga tuan lekas bertemu dengan kakakmu" ia mengelus air di ujung matanya dan benar-benar meninggalkan Henry sendirian.



Zayn akhirnya sampai di penginapan mereka setelah beberapa kali menyasar,
"Hei kawan kau darimana saja? Kenapa baru sampai sekarang?" ucap Grey melihat Zayn yang langsung menggelepar di lantai
"Aku menyasar tadi" balas Zayn lesu
"Pasti kamu nyasar tidak hanya sekali" ucap Koa, Zayn lalu mengangguk dengan lemas,
"Aku lupa bahwa ia buta arah" ucap Cruz dan di tertawai seluruhnya kecuali Zayn yang kelelahan.

Malam telah menjelang, semua bersiap untuk makan malam, Zayn yang kebagian memasak hari ini, semua tampak menikmati masakan Zayn,
"Masakan Zayn memang tak tertandingi" ucap Koa
"Aku setuju" ucap Cruz
"Aku bersyukur jika kalian menyukainya, ayo lanjutkan makannya kalo bisa habiskan" ucap Zayn senang.




Mills yang tengah mencari Henry menemukan Henry di taman yang dulu menjadi taman rahasia mereka, ketika mereka tengah bermain dan lari dari para pengawal, Smith, Mills dan Henry kecil menemukan taman rahasia ini, mereka sering menghabiskan waktu mereka bertiga di sini.

"Henry, apa yang kamu lakukan di sini? Ini sudah malam, ayo kita pulang"
"Kakak..."
"Henry, kamu kenapa? Kenapa mata mu merah dan bengkak seperti ini?"
"Tadi aku bertemu kak Smith di sini"
"Apa?! Kamu yang benar, lantas kemana dia sekarang?"
"Dia telah pergi"
"Mengapa kamu tidak membawanya ke rumah Henry?"

"Bagaimana aku bisa membawanya ketika dia bahkan tak ingin pulang dan tak ingat aku?"
"Apa maksud mu? Katakan dengan jelas Henry"
"Saat aku tadi bertemu kak Smith aku langsung memeluknya tapi ia hanya diam dan melepaskan pelukannya sambil meminta maaf dan berkata ia bukan kak Smith, ia bahkan mengatakan itu beberapa kali ketika aku memanggilnya, ia juga memanggil ku tuan muda Henry, ia yang biasa tak akan memanggil ku seperti itu. Ia aneh, seolah kita tak pernah bertemu, ia menghormati ku selayaknya rakyat yang lain, ia tak mengenali ku sebagai adik kecilnya tapi sebagai putra bungsu raja Finbar" ucap Henry panjang lebar

"Mengapa kakak tidak mengenalku? Mengapa ia mengatakan ia bukan kakakku, bahkan ketika surai dan maniknya berubah, aku masih merasakan kerinduan ku membuncah, ia kakakku, ia Smith Serenson bukan Zayn"
"Manik dan rambut berubah? Zayn?"
"Rupa kak Smith memang mirip ayah tapi rambut dan maniknya mirip ibu, kakak ingatkan?" Mills mengangguk
"Tapi saat aku bertemu dengannya, ia benar-benar seperti ayah ketika muda, rambutnya hitam dan maniknya shappier, seperti manik alpha ayah dan ia berkata ia bukan Smith melainkan Zayn" Henry kembali menangis, mengapa kakaknya berkata hal seperti itu? Mills diam, ia menarik Henry dalam pelukannya.

"Jangan menangis, matamu sudah bengkak Henry, pasti ada sesuatu yang terjadi dengan kakak jika memang benar dia seperti itu"
"Lebih baik kita pulang dulu, ibu mengkhawatirkan mu di rumah" kedua adik kakak itu pun akhirnya pulang.





Keesokkan harinya, mereka kembali ke Anila, sesuai dengan apa yang Perry katakan, Perry mengantarkan mereka kepelabuhan, semua telah naik ke kapal, mereka melambaikan tangan pada Perry yang berada di pelabuhan kapal.

"Aku tak sabar untuk kembali ke sini lagi dan akan benar-benar tinggal di sini" ucap Koa semangat, diangguki Axel. Grey hanya tersenyum melihat itu, Elena juga pasti akan bereaksi sama dengan Koa dan Axel, ia tak sabar memboyong ibu dan adiknya untuk pergi dari Anila dan pindah ke Finbar.






Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang