Akhirnya Niel memutuskan untuk mengikuti kata hatinya dan itu membuat tabib Will lega mendengarnya,
"Jika begitu mari ikut saya, nyonya Tera dan tuan Niel" ucap tabib Will, Tera mengangguk begitu pula dengan Niel."Hazia di rumah saja ya, menunggu ayah pulang nanti biar ada yang memberitahu ayah jika ayah mencari ibu"
"Baik ibu, padahal Hazia ingin ikut ibu"
"Tak apa nak, nanti setelah ayah pulang menyusul lah bersama ayah ya?" ucap Tera diangguki Hazia.Zara yang melihat Niel akan pergi lantas segera menggenggam jari Niel erat, menatap Niel sedih,
"Ibu jangan tinggalkan Zara" ucapnya kecil. Tera, Hazia dan tabib Will yang mendengar itu tentu terkejut, apalagi tabib Will yang tak mengetahui tentang siapa itu Zara,
"Zara yang memintanya dan aku tak masalah" ucap Niel membuat Tera dan Hazia mengerti sedangkan tabib Will masih merasa bingung."Tuan bisakah saya membawa anak saya untuk ikut?" tanya Niel pada tabib Will, tabib Will pun akhirnya mengesampingkan rasa ingin tahunya dan mengangguk menyetujui,
"Tentu saja" balas tabib Will
"Terimakasih" ucap Niel sambil tersenyum.Ketiganya juga Zara telah sampai di kerajaan Anwealda, tabib Will berjalan di depan mereka bertiga. Zara yang berada di gendongan Niel, Niel turunkan,
"Zara bersama dengan bibi Tera dulu ya?"
"Ibu ingin ke mana? Jangan tinggalkan Zara ibu" ucapnya sedih
"Tidak sayang, ibu tidak meninggalkan Zara ibu hanya memiliki urusan sebentar, ibu janji" ucap Niel, Zara masih enggan dan masih menggenggam jari Niel."Tak apa nak pergilah, biar bibi yang mengurusnya" ucap Tera
"Terimakasih bibi" balas Niel
"Jaa sekarang ibu Zara harus pergi dulu, ibu Zara pasti akan kembali" ucap Tera, Zara pun akhirnya melepaskan genggamannya pada Niel."Tunggu ibu ya sayang"
"Bibi aku titip Zara" lanjut Niel
"Tenang saja" balas Tera.Setelah Niel pergi, Tera lantas menggandeng tangan kecil Zara,
"Sekarang Zara dengan bibi dulu ya? Percayalah ibu zara pasti akan kembali"
"Oh iya karena Niel adalah ibu Zara berarti bibi adalah nenek Zara, sekarang Zara panggil aku nenek ya? Okey?" ucap Tera menatap Zara, Zara yang mendengar itu lantas mengangguk."Kalo gitu aya kita ke dapur dulu"
"Kenapa kita akan ke sana nenek?"
"Kita akan membuat masakan yang membuat ayah Zara kembali sehat"
"Ayah Zara?"
"Iya sayang, ayo kita ke dapur" Zara yang sebenarnya masih bingung itu hanya bisa mengikuti Tera.Niel dan tabib Will kini telah berada di depan kamar Seth, tabib Will pun mengetuk pintu kamar itu, saat terdengar sahutan dari dalam pintu barulah tabib Will membuka pintu kamar sang raja.
Saat pintu terbuka dapat Niel lihat Seth yang tengah terbaring dan di sampingnya ada ibunda dari Seth yang tengah terduduk, pantas saja suara yang menyahut dari dalam terasa tak asing bagi Niel.
Tyaga yang melihat Niel lantas tersenyum,
"Ah nak Niel" ucap Tyaga, Seth yang mendengar ibunya memanggil nama Niel lantas membuka matanya dengan cepat,
"Ibu dimana Niel? Apakah Niel ada di sini?" nada suaranya memang terdengar berharap dengan suara yang parau,
"Kau akan mengetahuinya sebentar lagi" balas Tyaga.Tyaga bangun lalu menghampiri Niel, feeling-nya memang benar, Niel adalah mate sang putra. Dalam hati Tyaga terkekeh, karena dulu dia sempat bercanda dengan Athaya kalo kedua putra mereka adalah pasangan yang di takdirkan tapi siapa sangka itu memang benar-benar terjadi.
Tyaga tahu karena Niel berada di sini berarti tabib Will telah menunjukkan simbol milik Seth pada Niel,
"Berbicaralah dengan putra ku, dia sangat merindukanmu" ucap Tyaga sambil menepuk bahu Niel dan meninggalkan kamar putranya di ikuti tabib Will.Niel berjalan dengan perlahan ke arah ranjang Seth, sampai Niel berhenti tepat di pinggir ranjang milik Seth, mata Seth berkaca-kaca saat matanya bisa kembali melihat Niel di sekitaran,
"Niel jangan tinggalkan aku" ucap Seth sambil mulai terisak, Niel yang melihat itu lantas panik dan segera duduk di samping tubuh Seth dan menatapnya,
"Mengapa tuan menangis, sekarang aku sudah berada di sini, tuan jangan bersedih" ucap Niel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omega Queen || Nomin [END]
FanfictionNiel adalah seseorang yang hidup sebatang kara di dalam suatu hutan, sampai suatu hari dirinya menemukan seorang pria yang tergeletak tak berdaya di pinggiran sungai dekat rumah sederhana miliknya. a/n ;warning, cerita ini banyak typo jadi aku mau m...