The story of their children, part 17

466 19 0
                                    




Seorang pria bersurai hitam mengelus keringatnya yang bercucuran, hari begitu panas tapi harus tetap bekerja, mata shappier nya menatap sekitar, orang-orang juga sepertinya sama kepanasan sepertinya.

"Zayn tolong ambil talinya, kita harus mengangkat ini dan pekerjaan akan cepat selesai" ucap salah satu temannya
"Baiklah sebentar, aku akan mengambilnya terlebih dahulu di mobil" orang bernama Zayn itu lantas segera mengambil tali yang di minta kawannya itu.

Zaman sudah maju, alat komunikasi sekarang sudah tidak menggunakan surat tapi telpon, alat transportasi juga berevolusi dari tahun-ketahun.

Pekerjaan mereka telah usai, mereka duduk lesehan di pohon dekat gua tempat mereka bekerja,
"Padahal kita bekerja di dalam tapi kenapa sampai panas sekali di dalam sana?"
"Kau benar, mungkin karena tengah masuk musim panas"
"Yah daripada kita harus bekerja di musim dingin, jadi mau tidak mau kita harus menyelesaikan ini secepatnya"

"Aku pikir lebih baik kita bekerja saja di musim dingin daripada saat musim panas seperti ini" ucap Cruz yang baru selesai mengangkut batu ke mobil truck mereka
"Yang benar saja, suhu di gua akan sangat dingin bahkan membuat kita membeku" balas Koa
"Aku lebih suka kerja di suhu normal, tidak panas atau dingin tapi cukup sejuk seperti musim gugur, itu sangat cocok untuk bekerja" ucap Zayn
"Aku setuju dengan Zayn" balas Beck dan Axel bersamaan.

"Oho pasangan ini memang suka sekali berucap bersamaan seperti itu" goda Koa
"Ini hanya kebetulan, jangan mengada-ngada" balas Axel, semua yang ada di sana lalu tertawa
"Baiklah, lebih baik kita pulang saja, hari makin malam" ucap Beck menengahi, empat orang lainnya lalu mengangguk mereka segera menaiki mobil truck mereka dan pergi meninggalkan gua tempat mereka bekerja tadi.

Mereka pun menyetorkan hasil tambang mereka ke bos mereka untuk setelahnya di olah dan mereka mendapatkan gaji,
"Kalian para pemuda memang penuh semangat, hasil tambang kali ini lebih dari muatan yang harus kita isi, ayo kita pesta untuk merayakan ini" ucap bos mereka, Grey.

Mereka pun bersorak dan segera menyiapkan pesta untuk mereka, adik Grey, Elena tampak ikut membantu juga. Saat sedang membantu tangannya tak sengaja bersentuhan dengan Zayn dan itu membuat ia malu dan tersipu, Koa yang berada di sana tampak menggoda Zayn yang hanya tersenyum tipis.

Grey memperhatikan itu, ia cukup yakin adiknya menyukai Zayn tapi sepertinya tidak dengan Zayn, Grey tak ingin memaksa maka dari itu ia tidak terlalu mendukung adiknya untuk mendekati Zayn, karena ia tak ingin adiknya berujung sakit hati.

"Oh iya besok kita akan ke Finbar untuk mengantar batu bara" ucap Grey, Zayn terdiam, nama itu seperti tidak asing di pendengaran, oh iya Finbar kan salah satu negara maju, tidak heran ia tidak asing karena sering mendengar namanya.

"Kakak boleh aku ikut?" Elena antusias
"Maaf adik tapi besok kamu harus membantu ibu di ladang" Elena tampak sedih tapi ia hanya pasrah
"Aku dengar, di sana sangat maju, aku tidak sabar untuk ke sana" ucap Koa
"Finbar berbeda dengan Anila, di sini rata-rata masih sangat tradisional" ucap Cruz, itu diangguki mereka semua.

"Baiklah kita tak boleh pesta terlalu malam agar besok pagi kita bisa bangun cepat dan fresh, ingat Finbar memiliki jarak yang jauh dengan Anila" ucap Axel, mereka lalu kembali melanjutkan pesta kecil-kecilan itu dengan meriah.







Keesokkan harinya, mereka telah berada di kapal yang akan membawa mereka ke Finbar, kapal mulai bergerak, semua melambaikan tangan pada Elena yang melihat mereka di pesisir pantai, Koa menyenggol bahu Zayn pelan,
"Hei kawan, lihat Elena juga mengharapkan lambaian tangan dari mu" dengan ragu Zayn lalu membalas lambaian tangan Elena.

Lima hari mereka berenam tempuh untuk sampai di Finbar dan mereka semua begitu terpukau saat sampai di pelabuhan Finbar,
"Waw pelabuhan ini sangat berbeda dengan pelabuhan Anila" ucap Koa
"Jangan bandingkan kota kecil dengan negara besar yang maju kawan" balas Cruz, mereka pun membawa angkutan mereka, di sana sudah ada salah satu temen Grey yang menunggu, Perry.

"Bagaimana kabarmu kawan?" ucap Perry setelah bersalaman dan berpelukan dengan Grey
"Aku baik, bagaimana dengan mu?"
"Sama halnya dengan mu, baiklah semuanya sudah selesai?" tanya Perry pada kelima pemuda yang tengah memindahkan angkutan mereka ke truck besar Perry.

"Tinggal sedikit lagi tuan" balas Beck, Perry lalu mengangguk ia dan Grey pun memutuskan untuk membantu agar lebih cepat selesai, sampai satu jam berlalu dan akhirnya mereka pun usai memindahkan muatan mereka.










"Baiklah, pekerjaan kita telah usai, kalian bisa pergi berjalan-jalan terlebih dahulu, jika bisa nanti sore kembali lah ke sini aku akan menunjukan penginapan kalian nanti" ucap Perry, Grey pun pergi dengan Perry dan mengobrol banyak hal.

"Lantas setelah ini apa yang akan kita lakukan?" tanya Axel
"Yah sesuai dengan apa yang tuan Perry katakan, ayo kita jalan-jalan!" ucap Koa semangat, mereka berlima pun berjalan bersama, mereka melihat-lihat banyaknya hal yang baru menurut mereka,
"Raja Finbar benar-benar mengayomi rakyatnya, aku jadi ingin pindah ke sini" ucap Koa
"Lalu bagaimana dengan kerjaan kita di sana jika kau pindah ke sini?"
"Gampang kita tinggal kerja di sini" ucap Koa, Cruz menjitak kepala Koa, anak ini memang sering menganggap enteng sesuatu.

"Sudah-sudah, mengapa kalian malah bertengkar, lebih baik kita putuskan kemana kita akan pergi terlebih dahulu?" Beck pun menengahi, saat mereka tengah berunding, tak sengaja dua anak menabrak Zayn,
"Hati-hati adik kecil, kalian bisa jatuh" ucap Zayn sambil menahan kedua anak yang hampir jatuh itu.
"Terimakasih paman" ucap salah satu anak itu, Zayn lalu mengangguk sambil tersenyum.

"Eh jika di perhatikan muka mereka mirip sekali dengan mu Zayn, hanya saja manik mereka merah dan rambut mereka blonde" mendengar ucapan Axel, keempat pria lain langsung memperhatikan dua anak kecil yang katanya mirip dengan Zayn.

"Kau benar Axel, ini bahkan seperti pinang di belah dua" ucap Koa, Zayn memperhatikan mereka, ada getaran kecil di hatinya kala menatap manik merah yang menatapnya itu, Zayn berjongkok, ia menyamakan tingginya dengan kedua anak kecil itu.

"Hei adik kecil dimana orang tua kalian? Kenapa kalian hanya berdua di tempat ramai ini?" tanya Zayn halus, belum sempat anak itu menjawab dua orang pengawal datang dengan keadaan terengah-engah.

"Nona dan tuan muda, mohon jangan berlarian, jika anda berdua hilang kepala kita bisa di gantung di ibu kota karena telah lalai" ucap salah satu pengawal, Zayn lalu berdiri,
"Apakah dua anak ini putra majikan kalian?" tanya Zayn
"Oh apa kau penduduk baru atau turis?" tanya balik pengawal
"Kami kebetulan ada pekerjaan di sini"
"Begitu, pantas saja. Perkenalkan ini tuan muda Zeke dan nona muda Madison, cucu raja Finbar".

"Apa?!" serentak lima pria itu berucap, mereka langsung berlutut untuk memberi hormat,
"Paman-paman sekalian tak usah seperti itu, cepat kembali berdiri" ucap Zeke, mereka berlima pun dengan bingung kembali menegakkan tubuh mereka.

"Tuan kami meminta kami para rakyat untuk membungkukkan tubuh untuk memberi hormat, tidak harus berlutut seperti itu" ucap salah satu pengawal, kelimanya lalu mengangguk mengerti,
"Baiklah jika begitu kami permisi, mari tuan dan nona muda" ucap mengawal lalu mereka pun pergi menjauh.

"Waw bahkan raja mereka begitu baik, tidak seperti raja Anila yang haus kekuasaan tapi tidak mengayomi rakyatnya" ucap Koa sinis
"Kau tidak boleh seperti itu, bahaya jika nanti ada yang melaporkan pada beliau" balas Beck
"Aku akan meminta Grey untuk pindah kerja ke sini saja, di sini benar-benar cocok" ucap Axel, Beck nepuk keningnya, kini Axel pun ikut-ikutan.

Sedangkan Zayn masih diam, ia bingung getaran apa yang tadi ia rasakan ketika melihat manik merah kedua anak tadi, seperti apa ya? Rindu? Tapi ia bahkan tak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.

"Zayn kenapa kau diam saja?" tanya Cruz
"Ah tidak, ayo kita pergi saja melanjutkan jalan-jalan kita yang tertunda" balas Zayn, keempat pria lainnya pun setuju dan mereka pun kembali berunding sebelum akhirnya pergi ke tempat tujuan mereka satu-satu.


Continue...

Omega Queen || Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang