Setelah 3 hari 2 malam berkemah, kini ara cs sudah berada di basecamp atau lebih tepatnya rumah ara.
Mereka sampai di rumah ara sekitar pukul 8 pagi dan mereka belum mau pulang karena masih lelah katanya.
"Eh ra, lo beneran mau deket sama raisha?" tanya adel.
Ara yang sedang memainkan gitarnya mengangguk.
"Ga becanda lo?" ara menggeleng.
"Lagian kalo gua berharap sama chika lagi juga percuma kan, dia secara ga langsung udah minta gua buat mundur." ucap ara.
"Kalo semisal chika sadar nih terus mau balik sama lo gimana?" tanya flora.
Ara menggidikkan bahunya.
"Ga tau deh puyeng mikirin begituan."
"Belum tentu juga dia sadar, toh vivi lebih baik dari gua."
Adel menjentikkan jarinya mengingat satu hal yang harus ara ceritakan.
"Lo belum cerita yang pas balik dari hutan atas sambil nangis itu." ucap adel.
Zee, olla dan flora menatap ara.
"Harus banget gua ceritain?" keempat temannya mengangguk.
"Oke, jadi gini guys..."
Ara mulai menceritakan hal yang ia lihat saat dihutan atas dan penyebab ia menangis. Ara cs cukup tercengang karena hal itu dilakukan di tempat umum, menurut mereka.
"Anjing gila banget si badrun." gumam adel.
"Gua rasa yang iblis bukan lo sih ra tapi dia." ucap flora.
"Gua ga tau mereka udah balikan atau belum tapi yang pasti mereka ngelakuin itu disana." mereka menggeleng tak percaya.
"Gua ga tau harus benci, jijik atau gimana sama chika." gumam ara.
"Pantes pas balik dari atas mereka berantakan banget." ucap adel tersenyum remeh.
"Terus tangan lo di perban itu kenapa?" tanya zee.
Ara memperlihatkan tangannya yang diperban.
"Biasa ga bisa nahan." ara terkekeh.
Ara cs berdecak, mereka kira ara sudah lebih bisa menahan emosi ternyata sama saja.
"Udah diobatin?" tanya flora.
"Udah sama anak pmr." jawab ara.
"Obatin lagi sono nanti malah infeksi kelamaan diperban." ucap zee.
"Nanti aja gampang."
Saat sedang asik mengobrol, ara mendapat chat dari raisha, ia senyum-senyum sendiri melihat foto yang dikirim oleh gadis cantik itu.
Olla sedikit mengintip ponsel ara, ia juga ikut tersenyum melihatnya."Bucin bucin." ledek olla.
Ara langsung menyembunyikan ponselnya, padahal sebelumnya olla sudah melihat.
Ditempat yang berbeda, chika cs juga sedang berkumpul. Mereka sengaja memilih rumah chika untuk beristirahat sebentar.
"Eh guys, ara sama raisha itu beneran ga sih?" tanya ashel.
"Kayanya sih beneran cel soalnya ara emang jarang banget deket sama orang." ucap freya.
"Terus yang katanya si raisha bakal dibawa kerumahnya itu bener?" tanya ashel lagi, benar benar kepo sekali.
"Beneran guys, tadi zee ngasih tau kalo ara bawa raisha ke rumah tapi cuman sebentar soalnya raisha juga masih cape." jelas marsha.
Oiya, marsha diajak mampir ke rumah chika oleh ashel karena mereka berangkat memakai mobil marsha.
"Chik, lo sama yang waktu itu balikan?" tanya freya.
Chika menggeleng pelan.
"Cuman buat manasin ara aja." ucap chika pelan.
"Manasin?" chika mengangguk.
"Bentar gua mudeng deh." ucap ashel.
"Ara kan deket banget sama indira ya walaupun kita tau indira itu cuman dianggap adik tapi kan kita ga tau dia dibelakang kita kaya gimana." ucap chika.
"Lo cemburu?" tanya marsha.
"Dikit, tapi gua malah nyaman lagi sama kak vivi." ucap chika pelan.
Marsha, ashel dan freya saling tatap. Ternyata ini hanya akal-akalan chika untuk memanas-manasi ara, tapi ia sendiri kembali nyaman dengan mantannya.
"Terus perasaan lo sekarang gimana ke ara sama ke kak vivi?" tanya freya.
"Gua jadi benci sama ara gara-gara dia nonjok kak vivi tapi gua juga nyesel udah nampar dia." ucap chika.
"Kalo semisal lo dikasih kesempatan buat nebus kesalahan lo sama ara gimana?" tanya ashel.
"Gua mau, tapi gua malu banget gengsi." jawan chika.
"Tapi gua denger-denger ara lagi bucin bucinnya sama raisha, lo mau ganggu mereka?" tanya marsha.
"Ya kalo gitu gua ga akan ganggu dia." jawab chika.
Memang ya namanya perempuan memiliki perasaan yang sangat labil.
"Lo bakal ikut ke bali chik?" tanya freya.
"Kalo kak vivi ikut gua juga jadi ikut." jawab chika.
"Lah kok malah ngikut vivi? kan lo kesana atas tugas sebagai bagian cheers smanus." ucap ashel.
"Gua ga bisa kalo ga ada kak vivi."
"Nanti kan ara yang bakal minta izin ke ortu lo chik." chika menggeleng.
Sepertinya gadis cantik itu sudah tak ingin membahas ara lagi, karena rasa bencinya pada ara lebih besar daripada rasa penasarannya saat awak bertemu.
Terlebih sekarang chika kembali dekat dengan sang mantan, viona fadrin.
"Gimana kalo lusa kita latihan basket guys? soalnya buat persiapan beberapa minggu lagi ke bali." ucap zee.
"Gua sih gaskeun." sahut adel.
"Gua juga gaskeun, gimana nih ketua." ucap olla.
"Gua juga lah, masa kalian latihan gua ga ikutan."
"Ajakin raisha ya ra." ucap zee, ara mengangguk.
Mungkin sudah saatnya ia memang harus membuka hati untuk orang lain, lebih tepatnya yang menghargai perasaan ara.
"Lo pada balik kapan?" tanya ara.
"Sore dah, bosen gua dirumah pasti kalo gua balik buru-buru nyokap minta anter shopping." ucap adel.
"Gua juga sore deh." lanjut olla.
"Gua kayanya bentar lagi soalnya ada keperluan di cafe." ara mengangguk.
"Liat bocil satu molor kecapean dia." ucap olla menatap flora yang tertidur di sofa.
"Eh iya si flo kapan baliknya?" tanya ara.
"Au dah, kayanya dia bakal di jemput maknya kesini deh ra soalnya tadi dia sempet telpon tante anin." ucap adel.
"Bagus lah gua bisa ketemu janda cakep itu." ucap ara terkekeh.
"Yee si kampret udah ada raisha juga lo." ucap olla.
"Ya kalo bisa dua kenapa harus satu, ya ga del." adel mengangguk.
"Adalah betul ra." keduanya terkekeh.
Ara sedikit bisa melupakan masalahnya dengan chika, kehadiran raisha ternyata tidak terlalu buruk di hidupnya.
***
pendek dulu ya gaess blm ada ide lagii hrs gmna:(
saran deh di part selanjutnya hrs ada konflik atau bucin dulu antara raisha sm ara?
TBC~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
To the moon [chikara]
Fanfiction⚠️WARNING⚠️ - GXG AREA!! - no baper, cuma cerita!! - 17+ jangan bawa-bawa cerita ini ke member, ini cuma cerita karangan author. thanks.