Ara tak langsung pulang kerumahnya, ia mampir sebentar ke makam misel.
Sebelumnya ia membeli buket bunga kesukaan misel, ia berdiri menatap tanah yang kini dihiasi rumput dan bunga yang cantik.
"Aku jahat cel sama chika, aku pengecut, aku udah ga pantes dicintai sama siapapun termasuk chika." lirih ara.
"Setelah kamu ga ada aku jadi kehilangan segalanya dalam diri aku, aku diam-diam main sama orang lain, mabuk, balapan dan segala hal yang kamu larang aku lakuin."
"Maaf cel."
Air mata ara tak tertahan lagi, ia menyesali segala perbuatannya pada chika.
Sementara itu chika sedang ditenangkan oleh aya, maminya. Shani sudah memberitahu aya bahwa anak-anaknya sedang ada dalam masalah, jadi Shani meminta pada aya agar tak menghakimi salah satu dari mereka.
Chika terus menangis dalam dekapan aya, untung saja hari ini pucho pergi ke kantor, jika ada pucho mungkin pria itu akan menghampiri ara walaupun ara adalah anak dari temannya.
"Sstt sayang udah ya jangan nangis lagi, kasian loh matanya nanti sembab." ucap aya sambil mengelus pelan kepala chika.
Chika hanya menggeleng dan terus menangis sesenggukan.
"A-ara j-jah-at ma-mami." ucap chika terbata-bata.
"Iya sayang ara jahatin anak mami ya." chika mengangguk pelan.
"Sekarang chika mau apa hm?" tanya aya.
"C-Chik-chika m-mau b-break sa-ma a-ar-ara."
Aya menghela nafasnya.
"Nanti obrolin sama ara ya mau chika gimana, mami harap chika ga ngambil keputusan sepihak oke." chika mengangguk mengerti.
Permasalahan anak muda memang lebih rumit dari masalah orang tua.
Dirumah ara, shani dan gracio merasa tidak enak pada aya dan pucho.
"Aku ga enak mas sama aya dan pucho, gara-gara ara chika pulang dari sini nangis." ucap shani.
"Aku juga ga enak shan, gimana ya kalo pucho tau kelakuan anak kita." ucap gracio.
"Kamu yakin pertunangan ara dan chika tetap mau dilaksanakan?" tanya shani.
"Aku yakin ga yakin sih." ucap gracio.
"Aku mau hukum anak itu dulu biar dia jera." lanjut gracio.
Tak lama saat keduanya mengobrol, ara datang dengan wajah lesu.
"Dari mana kamu zahra?" tanya gracio.
"Abis nganterin chika pa terus langsung ke makam misel." ucap ara.
"Duduk sayang, mama sama papa mau ngomong sama kamu." ucap shani.
Ara duduk tepat didepan kedua orang tuanya, seperti orang yang akan diintrogasi.
"Ada apa ma, pa?" tanya ara.
"Papa kecewa dengan perbuatan kamu yang lagi-lagi dilakukan bersama gadis itu, kamu tidak kapok di asingkan ke garut?" tanya gracio.
Ara menundukkan kepalanya, sudah ia pastikan kedua orang tuanya akan membahas kesalahan ini.
"Papa malu sama kelakuan kamu zahra, bagaimana kalo pucho tau bahwa zahra anak dari seorang gracio ini adalah seorang pengecut? bagaimana kalo pucho memutuskan kerjasamanya dengan perusahaan kita? bagaimana jika kabar inu sampai ke awak media?"
Pertanyaan demi pertanyaan dari gracio sangat menggebu-gebu, shani yang ada disebelah gracio mencoba untuk menenangkan gracio.
"Sayang, denger kan apa kata papa barusan?" tanya shani dengan nada lembutnya, ara mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To the moon [chikara]
Fiksi Penggemar⚠️WARNING⚠️ - GXG AREA!! - no baper, cuma cerita!! - 17+ jangan bawa-bawa cerita ini ke member, ini cuma cerita karangan author. thanks.