Besoknya, teman-teman ara beserta orang tuanya sudah berada dirumah sakit dan ata juga sudah siuman.
"Gimana keadaan kamu ra sudah lebih baik?" tanya bobby.
"Udah om." jawab ara.
"Syukurlah."
Chika duduk menatap ara dari kejauhan bersama marsha.
"Kak ara nih minum obatnya." ucap raisha, ara mengangguk dan mengucapkan terimakasih kepada gadis cantik itu.
"Latihan kita ditunda dulu beberapa hari setelah itu kita survey ke lapangan utama yang bakal dipake tanding nanti." ucap zee.
"Sorry ya gara-gara gua latihan kita jadi dipending." ucap ara tak enak.
"Gapapa kali ra santai aja." ucap olla sambil menepuk pundak ara.
"Eh eh kalian liat dokter yang meriksa ara ga tadi pagi?" tanya adel.
"Liat liat kenapa?" tanya olla.
"Dokternya mirip misel." ucap adel.
Flora dan indira kompak menatap adel.
"Maksudnya kak?" tanya indira.
"Dokter tadi mirip misel dir." ucap adel.
Zee menjauhkan adel dari indira.
"Jangan dibahas sekarang." bisik zee.
Indira langsung menatap ara meminta penjelasan yang dimaksud oleh adel.
"Aku ga ngerasa dia mirip dir." ucap ara.
"Aku boleh ketemu sama dokternya?" tanya indira.
"Sebentar lagi dokter michelle kesini." sahut gracio yang datang dengan panji.
Tidak semua orang tahu soal misel, hanya ara cs dan teman-teman ayahnya sedangkan chika dan marsha tidak mengetahui tentang misel.
Suasana cukup hening sampai michelle datang untuk memeriksa ara kembali. Banyak pasang mata yang memperhatikannya, dari atas sampai bawah bahkan mereka berbisik bahwa itu adalah reinkarnasi dari misel.
"D-dok." panggil indira.
Michelle menoleh pada indira.
"Setelah ini boleh bicara sebentar?" tanya indira, tentu saja michelle mengangguk.
"Keadaan ara sudah lebih baik, sore nanti atau besok dia sudah boleh pulang." ucap michelle.
"Kalo begitu saya permisi, mari." ara menahan tangan michelle.
Ia meneliti wajah putih mulus dokter muda itu.
"Misel." gumamnya didalam hati.
Ara benar-benar dibuat bungkam dengan wajah michelle yang mirip dengan mendiang pacarnya.
"Ra." panggil zee.
"Ra lepasin itu dokternya masih ada kerjaan." ucap flora.
Bahkan ara tidak mendengarkan teman-temannya karena terlalu sibuk meneliti wajah michelle.
Chika menatap ara dan michelle bergantian, dalam hati ia tak suka dengan tatapan ara yang memancarkan rindu pada dokter itu.
"Kak ara." panggil indira.
Ara langsung mengalihkan pandangannya.
"Lepas ya, aku ada urusan sama dokternya." ucap indira.
Ara kembali beralih menatap michelle.
"Hati-hati." gumam ara lalu melepaskan genggamannya.
Michelle tersenyum manis pada ara.
Indira dan michelle pergi meninggalkan ruangan ara.
"Gua dejavu." ucap ara.
"Kita juga." ucap teman-temannya.
Diluar ruangan, indira dan michelle duduk diam tak ada yang memulai pembicaraan.
Michelle bingung apa yang akan indira tanyakan, begitupun indira harus menanyakannya mulai dari mana.
Pagi ini tidak terlalu panas jadi merek memutuskan untuk duduk di taman saja.
Cukup lama berdiam dengan pikiran masing-masing, indira memberanikan diri memulai obrolan.
"Ada apa?" tanya michelle.
Diluar dugaan bukan? indira yang ingin memulai obrolan tapi michelle lah yang mencuri start.
"Dokter." panggil indira.
"Pasti kamu mau miripin saya dengan misel kan?" michelle terkekeh.
"Saya mengenal misel." lanjutnya.
Apa katanya?! ia mengenal michelle? indira menatap tak percaya pada dokter cantik itu.
"Terkejut?" michelle kembali terkekeh.
"Saya dan dia dulu sering sekali dibilang mirip padahal kami ga ada hubungan darah." Michelle menghembuskan nafasnya.
"Saya menyesal saat pemakamannya dulu tidak hadir."
"Kami teman dekat waktu sekolah, tapi kami terpisah karena saya harus pindah keluar negeri ikut dengan ayah saya."
"Kamu adiknya ya? waktu kamu kecil, misel selalu menceritakan kamu katanya adiknya itu sangat lucu."
Michelle menatap langit yang mendung.
"Dia juga cerita soal pacarnya dan dia pernah nunjukin foto ara." lanjutnya.
"Saya baru pertama kali ketemu ara itu pun ga sengaja karena dia jemput misel."
"Ara sekarang sudah dewasa ya, tapi hati dan pikirannya masih ada di masa lalu."
Indira dan Michelle kembali diam sesekali keduanya saling menarik nafas.
"Saya harus kembali, permisi." pamit michelle.
Indira hanya menatap punggung michelle yang perlahan pergi menjauh. Pikirannya kembali pada kata-kata michelle yang ternyata mengenal mendiang kakaknya.
Indira memutuskan untuk kembali ke kamar ara.
Sementara itu ara kini sudah bermain game dengan teman-temannya walaupun kepalanya masih pening tapi ia memaksa ingin menghilangkan rasa bosan.
"Ke kanan geh bloon." ucap olla.
"Gua sendirian di tengah cok bantuin sini." ucap ara.
"Yuhuu gua datang." sahut adel.
Para orang tua sedang berada di kantin, dikamar ara hanya tersisa ara cs, chika, marsha, raisha dan indira. Keempatnya hanya mendengarkan ocehan dari ara cs.
"Kak chik." panggil raisha.
Chika menoleh.
"Kakak masih marah ya sama kak ara gara-gara aku?" tanya raisha.
"Maaf ya kak, gara-gara aku kalian jadi salah paham." chika tak menanggapi, ia hanya mengangguk kecil.
"Raisha tenggelam kak makanya kak ara bantuin raisha buat ngasih nafas buatan." timpal indira.
"Kak ara ga mau ada hal yang ke ulang di masa lalu jadi dia protect banget ke raisha, dia takut raisha kenapa-kenapa."
"Kak ara itu penyayang sebenarnya tapi kadang ada aja yang salah paham sama dia."
Chika dan indira menatap ara yang tertawa diatas ranjang bersama teman-temannya.
"Kak chika, maafin kam ara ya. Bukan kak ara yang salah kok tapi aku yang salah." ucap raisha.
"Aku ga marah, aku cuman butuh waktu aja buat yakinin semuanya." ucap chika.
Raisha menggeleng. "Kak ara sayang banget sama kak chika." chika menatap raisha.
Apa maksud dari gadis cantik itu? ara sayang padanya?
"WUHUU!! VICTORY!!" teriak ara.
***
sorry guys telat up
keasikan baca cerita lain hahahasemoga sukaaa
sorry kalo ada yg typoTBC~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
To the moon [chikara]
Fanfiction⚠️WARNING⚠️ - GXG AREA!! - no baper, cuma cerita!! - 17+ jangan bawa-bawa cerita ini ke member, ini cuma cerita karangan author. thanks.