Sejak saat itu Nayyara memutuskan untuk memperjuangkan Bian agar Bian bisa membalas perasaannya sampai Nayyara bertekad kalau dia pacaran, dia hanya akan berpacaran dengan Bian, namun sayang seribu sayang semesta seperti tidak mendukung niat Nayyara.
Bian dan Nayyara berbeda sekolah, itu benar-benar hal yang sangat menjengkelkan untuk Nayyara karena waktunya untuk bertemu Bian jadi sangat sedikit, kalau di rumah Nayyara hanya bisa bertemu Bian di balkon dan itu pun terbilang cukup jarang ada moment berharga seperti itu.
Nayyara sudah bilang ia ingin pindah sekolah, namun Sulaiman menolak keras permintaan itu dengan alasan, dia sudah mengurus semuanya termasuk identitas Nayyara yang disembunyikan, jadi Nayyara tidak bisa asal pindah sekolah.
"Kata papah kamu ga semua sekolah bisa diajak kompromi buat menyembunyikan identitas kamu Nay" ujar Aminah saat memberitahu alasan Sulaiman menolak permintaannya.
"Usaha papah pasti keras banget buat nyembunyiin Nay dari orang-orang, yaudahlah gapapa Nay masih bisa ketemu Bian di rumah" dan akhirnya Nayyara pasrah dengan penolakan ayahnya.
"Makanya, sekarang kamu yang semangat aja belajarnya Nay! Jangan sampe ga naik kelas lagi" ujar Aminah menyemangati, Nayyara menatap Aminah sedih karena di ungkit soal tidak naik kelas.
"Ibu ga ngejek yah Nay! Biar kamu semangat ajah" klarifikasi Aminah sebelum menyakiti Nayyara, dia mengangguk.
"Nay bakal semangat terus kok bu! Waktu itu ga naik kelas karena pikiran Nay rame banget dan gabisa fokus buat belajar, bukan karena Nay ga pinter, tahun kemaren juga Nay naik kelas kan?" seru Nay membela diri, Aminah mengangguk dan mengusap pundak Nayyara.
"Ibu tau kok nay" jawab Aminah lembut.
Waktu itu Nayyara bisa sampai tidak naik kelas karena bersamaan dengan hari-hari menjelang ujian, orangtua nya terus saja ribut di depan Nayyara, kaka dan adiknya tidak ada yang tahu soal ini, mereka hanya ribut kalau cuma Nayyara yang ada dirumah, dan tahu apa yang mereka ributkan? Mereka bertengkar soal siapa yang akan mengambil hak asuh Nayyara, bukan karena Nayyara diinginkan keduanya. Tapi sebaliknya, baik mamah ataupun papahnya tidak ada yang mau mengasuh dirinya.
Hal itu tentu saja menjadi beban pikiran untuk Nayyara sendiri sampai tak peduli lagi soal ujian, ia hanya memikirkan bersama siapa ia akan tinggal? Dan kenapa orangtua nya akan bercerai?
🌱
"Eh Bian, lagi ngapain?" Tanya Nayyara semangat saat melihat Bian berada di balkon, lelaki itu hanya melirik sekilas lalu kembali menyesap rokoknya.
Satu fakta baru yang Nayyara ketahui, bian sudah menjadi perokok saat masih SMP, benar-benar tidak bisa dipercaya.
"Ga liat?" Bian menjawab seperti tidak tertarik dengan Nayyara, waktu pertamakali Nayyara melihat Bian di terminal, sorot matanya terlihat teduh dicampur kantuk, namun sekarang yang Nayyara lihat hanyalah sorot mata tajam yang menusuk.
"Kelas dua SMP udah bisa ngerokok? Lo mau mati muda apa gimana?" Tanya Nayyara lagi pada Bian, kali ini terlihat seperti ingin memojokkan, padahal sebenarnya Nayyara memang hanya bertanya.
"Kalo gue mati, lo gabakal repot ini!" Cetusnya dingin.
'kata siapa? Kalo lo mati gua bukan repot lagi Bian, gue ga akan punya jodoh kalo gituh' sangkal Nayyara dalam hati.
"Gue mau coba dong" pinta Nayyara bergurau, ia pikir Bian akan mengomelinya tapi ternyata Bian malah menggeser bungkus rokok itu agar bisa digapai oleh Nayyara.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYYARA
Fanfiction"Bukan anak baik" Semenjak kejadian itu Nayyara menilai dirinya sendiri sebagai anak yang tidak baik. Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin di pindahkan ke Jakarta. Kalau dia anak baik, papah nya akan menganggapnya sebagai keluarga dan membiar...