"gue marah....." Nayyara langsung mengadu pada jiandra sambil menangis sesenggukan, adiknya yang sudah menduga hal ini hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Mau pulang aja ka?" Jiandra menawarkan, nayyara menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Lo masih anak baru, gaboleh bolos" jelas nayyara sambil mengelap ingusnya dengan tangan, tidak peduli mau dipandang jorok atau semacamnya.
Jiandra berjalan mendekati nayyara kemudian memeluk tubuh kecilnya dan mengusap-usap punggung kakaknya itu, jujur saja jiandra marah karena hal ini, tapi mau bagaimanapun bian tidak salah karena Felly memang pacarnya, justru ia merasa kakaknya lah yang terlalu menaruh harapan pada pria itu.
"Gue baru liat lo nangis lagi ka!" Gumam jiandra pelan, dia memang jarang sekali melihat nayyara menangis, bahkan mungkin bisa dihitung dengan jari saking jarangnya dan terakhir ia melihat nayyara menangis adalah saat rambut cantiknya di potong tragis oleh Sulaiman, jiandra sedikit tidak menyangka kalau kali ini kakaknya menangisi seorang laki-laki.
"Ehmm gue balik sama haikala aja! Lo belajar yang pinter yaa dek" ujar nayyara yang masih terus berusaha mengusap air matanya meskipun tidak berarti karena air matanya jatuh terus-menerus tanpa bisa ia kontrol.
"Yaudah, lo tunggu di parkiran aja biar gue yang panggilin bang kala! Jangan lama-lama nangisnya ka, lo jelek" pesan jiandra yang sudah melepaskan pelukannya dengan nayyara, gadis itu mengangguk menurut dan memutar balikan tubuhnya dan berjalan kearah parkiran dengan langkah gontai.
'kalo lo yang jahatin gue, gue harus bilang ke siapa bi? Katanya kalo ada yang jahatin gue harus bilang ke lo, tapi kenapa lo yang jahatin gue?'
Nayyara semakin menangis begitu mengingat perkataan bian semalam yang membuatnya sangat bahagia daan semakin berharap, namun paginya bian juga yang menghancurkan semua harapan itu.
"KALO EMANG GASUKA SAMA GUE GAUSAH NGASIH GUE HARAPAN SEDIKITPUN BIIII" nayyara menjerit keras dan berjongkok ditengah lorong sekolah.
dia benar-benar sudah tidak kuat menahan semua ini, melihat bian berciuman dengan gadis lain, lalu dibuang seperti sampah, itu benar-benar keterlaluan. namun nayyara tidak bisa menyalahkan bian karena semua ini memang keinginannya, dia yang ingin menjadi selingkuhan pria itu bahkan setelah bian mengatakan konsekuensinya, nayyara tetap ingin! dan sekarang dia hanya harus menerima semuanya.
"Heh! Lo ngalangin jalan cantik" seseorang menepuk pundaknya yang bergetar hebat, nayyara kenal suara itu namun dia tidak menggubrisnya, dia sudah tidak mampu mengeluarkan satu kata pun karena sesenggukan.
Akhirnya haikala mengangkat tubuh gadis itu dan ia bawa entah kemana, nayyara juga tidak memberontak seperti biasanya karena kali ini dia seperti sudah pasrah, tidak peduli mau dibawa kemana.
~
"Kan, gue bilang apa?"
"Jangan marah-ma...rah dulu...." Rengek nayyara yang jelas-jelas masih menangis karena bisa-bisanya haikala mau memarahi nayyara disaat keadaannya sedang seberantakan ini.
Haikala menghela nafas kemudian merauk wajah nayyara yang sudah sangat merah itu, tidak ada umpatan yang keluar dar bibir mungil nayyara seperti biasanya membuat haikala semakin yakin kalau gadis ini sedang tidak baik-baik saja.
Dibandingkan menuruti intruksi jiandra yang menyuruhnya untuk mengantar pulang nayyara, haikala lebih memilih mengajak gadis itu ke belakang sekolah karena ia ingin menemani gadis itu disaat-saat seperti ini, kalau haikala membawa gadis itu pulang sudah dipastikan dia akan mengurung diri di dalam kamar dan tidak akan ada kesempatan untuk mereka bertemu.
"Yaudah sini, gue peluk biar tenang" haikala membentangkan kedua tangannya sudah siap di dekap oleh gadis itu dengan sangat erat, dan akan ia pastikan nayyara mendapat ketenangan didalam pelukannya.
Dan bak gadis kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan permen nayyara langsung menghambur ke pelukan laki-laki itu dengan bibir yang dimanyunkan dan memeluknya dengan sangat erat, tangisnya kembali pecah karena nayyara memang benar-benar menumpahkan semuanya didalam pelukan itu.
"Sakitt kall sakit bangettt........" Nayyara mengadu dengan suara bergetar, haikala mengangguk dan mengusap-usap lembut rambut gadis itu.
Dia paham sekali bagaimana rasanya karena saat ini haikala pun merasakan sakit, sakit karena gadis yang ia cintai menangisi laki-laki lain dan tentu itu juga membuatnya marah pada bian, sangat marah.
"Salah siapa?" Tanya haikala yang melepas pelukan mereka dan menatap nayyara lekat-lekat sambil memegang kedua bahunya.
"Gue...." Lirih nayyara yang sama sekali tidak mau menatap balik haikala, dia hanya menunduk.
"Salahnya dimana cantik?" Tanya haikala lagi yang kali ini merapihkan rambut nayyara yang sedikit berantakan dan memasukkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Ga dengerin lo yang waktu itu....." Jawab nayyara sambil sesenggukan dan mengelap ingusnya dengan bajunya sendiri, haikala bukannya merasa jijik malah gemas dengan tingkah nayyara yang seperti anak kecil ini.
"Gue udah boleh marah belum?" Tanya haikala memastikan, nayyara tak menggubrisnya dan malah menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kemudia menatap balik haikala.
"Boleh" jawab nayyara sambil yakin.
Sekarang gantian haikala yang menghela nafas sambil sedikit memijit keningnya, membuat nayyara sedikit takut karena tampangnya tiba-tiba seram.
"Sekarang lo ngerti kan apa yang gue maksud? Hm? Tapi kenapa lo ga dengerin gue dan malah marah-marah waktu itu sampe kita berantem lama? Ini yang gue takutin dari awal nay..... Takut lo sakit hati karena tau kelakuan si bian, dan bad informasi nya dia setiap pacaran pasti ada aja cipokannya nay, bukan cuma sama felly!" Seru haikala dengan nada tinggi, tentu saja dia emosi.
"Kal.... Gue mau nangis lagi...." Ujar nayyara yang matanya kembali berkaca-kaca,
Bukan karena omelan haikala tapi karena mendengar bian yang ternyata seperti itu, hati nayyara benar-benar seperti di tiban batu, sakit dan berat karena selama ini nayyara selalu meyakinkan dirinya kalau bian tidak melakukan yang macam-macam setiap berpacaran, dan tahu yang lebih buruknya lagi? Nayyara berharap dia adalah first kiss bian karena ia juga akan melakukan first kiss nya hanya pada seorang Albian Mahesa Alfat.
"Nangis aja sampe puas, gue tungguin sampe lu lega nay"
Nayyara menutup wajahnya dengan kedua tangan dan kembali menangis kencang, dan haikala tentu bertanya-tanya apa yang diucapkan bian sampai gadis itu menangis segininya? Apa hanya karena melihat bian ciuman? Alasan itu belum kuat untuk nayyara yang menangis sampai sesenggukan hebat.
"Bian ngomong apa emangnya sama lo nay?" Tanya haikala pean dan lembut sambil mengusap pelan paha gadis itu, nayyara membuka wajahnya dan menatap haikala dengan pandagan yang begitu hancur dan air mata yang masih terus mengalir
"Gue...." Nayyara tercekat, dia masih belum mampu untuk mengingat perkataan bian tadi.
"Gue di buang kayak sampah kal......"
"BIAN BANGSATTTT!!!"
🌱
abang haikala beraksi guys siap-siap😚😚
Betewe aku lagi rajin-rajinnya ini doain biar mood aku gini terus yaa hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYYARA
Fanfiction"Bukan anak baik" Semenjak kejadian itu Nayyara menilai dirinya sendiri sebagai anak yang tidak baik. Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin di pindahkan ke Jakarta. Kalau dia anak baik, papah nya akan menganggapnya sebagai keluarga dan membiar...