Mulai hari ini Bian mengerti harus berbuat apa setelah berminggu-minggu dia hanya diam saja dan menyaksikan Nayyara yang terus mengacuhkan dirinya dengan sedikit rasa tertohok pada hatinya.
Bian sudah siap dengan motor ninja nya didepan rumah Nayyara, kalau memang sedikit menurunkan gengsi akan membuat Nayyara kembali Bian akan melakukannya.
TLEK!!
"Aku pamit yaa bu, assalamualaikum" Nayyara sudah pamit pada Aminah dan siap menunggu Jiandra didepan rumah, namun ia mengerutkan alisnya begitu melihat bukan motor adiknya yang terparkir didepan rumah, tapi motor tetangga sebelah.
"Pagi" sapa Bian yang sudah berusaha seramah mungkin meskipun wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.
"Kenapa?" tentu itu adalah pertanyaan yang sangat wajar ketika melihat orang yang hampir tidak pernah berbuat seperti ini dan sekarang malah menyapa Nayyara.
"Kalo di sapa pagi itu jawabnya selamat pagi juga nay" ujar bian membenarkan. Nayyara menggeleng.
"Ngapain disini?" tanya Nayyara yang tampak tidak bahagia sekali padahal pria yang telah ia sukai bertahun-tahun lamanya ada didepan rumahnya pagi-pagi.
"jemput lo" jawab Bian jujur.
"Gue sama Jian" cetus Nayyara dengan maksud menolak tawaran Bian.
"Tadi dia udah gua suruh balik, biar gua aja yang anter lo!" Bian meluruskan.
"Gamau!" tolak Nayyara mentah-mentah.
"Nay..." panggilan maut itu, sial sekali! Nayyara masih terpengaruh dan luluh dengan panggilan itu.
"Gua naik angkot" namun Nayyara masih bisa menahannya walaupun suaranya melemah, tidak terdengar seperti melawan.
"Nanti telat" ujar Bian yang tetap menyangkal alasan-alasan Nayyara.
"Bian... lo kenapa sih? kenapa kayak gini?" Nayyara bertanya karena dia memang bingung dengan sikap pria itu.
"Cepet naik jangan drama terus!" alih-alih menjawab Bian malah menyuruh Nayyara karena dia sudah menyalakan mesin motornya.
Nayyara mendecak kesal, mau tidak mau dia harus menurut dengan Bian karena pria itu akan terus memaksanya sampai dia tidak menolak. Benar juga kata Bian, jangan drama terus!
Nayyara spontan memegang pundak Bian karena dirinya masih tidak sampai menaiki motor besar itu membuat Bian terkekeh.
"Belum nambah tinggi kah?" tanya Bian mengejek.
"Diem deh! gua lagi bad mood" cetus Nayyara malas bercanda dan lagi-lagi membuat Bian terkekeh.
"Galak banget sih mbak nya" ujar Bian menutup percakapan mereka karena setelah itu dia mulai menjalankan motornya.
Nayyara hanya diam di motor, lebih tepatnya dia sedang terkejut karena Bian tidak seperti yang dahulu ia kenal, kalau dulu Bian mana bisa terkekeh seperti tadi, yang ada dia hanya marah-marah dan lebih banyak mendecak.
~
"Aneh!" celetuk Nayyara begitu mereka tiba di sekolah dan turun dari motor Bian.
"Siapa?" tanya Bian pura-pura, padahal dia tahu kalau yang dimaksud gadis itu adalah dirinya. Bian senang saja melihat Nayyara kesal.
"Lo lah, siapa lagi!" cetus Nayyara malas dan berjalan meninggalkan Bian di parkiran begitu saja.
"Lo juga!" ujar Bian yang tahu-tahu sudah berjalan tepat dibelakangnya.
"Kenapa gue?" tanya Nayyara bingung.
"Aneh!" jawab Bian cepat, Nayyara hanya menghela nafas tidak ingin menanggapi lebih lanjut.
"Eh kal..." panggil Nayyara bersemangat namun langsung mengerutkan dahi ketika Bian menarik tangan Nayyara agar menghadap dirinya.
"Gua yang anter sampe kelas!" tegas Bian.
"Kita ga sekelas Bian, gue sama kala aja" tolak Nayyara yang juga menghempas tangannya yang digenggam Bian.
"Nay..."
"Stop manggil kayak gitu!" seru Nayyara kesal.
"Eh Nayy, lu kenapa manggil gua?" tanya Haikala yang sudah menghampiri keduanya.
"Ayo ke kelas" ajak Nayyara cepat, namun pergerakannya kalah cepat dengan tangan Bian yang sudah kembali menariknya.
"Biannn"
"Sama gue nay!" keukeuh Bian yang kemudian melirik Haikala yang planga plongo memerhatikan mereka.
"Lo duluan! gue sama Nayyara" suruh Bian datar.
"Tapi si nay kayak gamau gitu anjirr!! Lu jangan maksa-maksa gitu lah yann kasian anaknya" Haikala menatap Nayyara dengan di melas-melas kan.
"Lu pergi aja lah kal! Susah kalo ngomong sama batu tuh!!" cetus Nayyara yang benar-benar sudah malas.
"Yaudah gua duluan" pamit Haikala mau tak mau, padahal didalam hatinya dia sangat bertanya-tanya kenapa Bian tiba-tiba seperti ini pada Nayyara.
"Mungkin dia udah sadar kali yaa" gumam Haikala pelan "emang gua cocoknya jadi temen si Nay ajalah udah" lanjutnya sedikit sedih.
Nayyara dan Bian hanya menatap kepergian Haikala dalam diam kemudian Nayyara kembali berjalan lagi berusaha untuk acuh pada Bian.
"Jangan galak-galak Nay!" ujar Bian pelan.
"Biarin" cetus Nayyara malas.
"Lo bawel aja, gue kangen" ucapan yang lolos keluar dari mulut Bian itu berhasil membuat Nayyara terdiam dan menghadap kearahnya dengan tatapan berapi-api, jujur saja amarahnya sudah di ubun-ubun.
"LO GILA KAH?? bisa-bisanya lo bilang kayak gitu setelah semua yang gua lakuin buat lupa sama lo! Gua ga bakal luluh semudah itu Bi! Lo terlalu menyakitkan buat gue yang selama ini menganggap lo rumah!!" Nayyara meledak kemudian membalikkan tubuhnya dan berlari sekencang mungkin berharap Bian tidak akan mengikutinya.
"Padahal gua beneran kangen nay..."
🌱
huhu iyaa niii update lagi, betewe gess doain yah si bian bian ini sedang memperjuangkan si doi
emang yaa, ketika udah pergi baru kerasa kehilangannya dan baru sadar kalo emang suka ckckck Albian Albian semangat kata aku teh🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYYARA
Fanfiction"Bukan anak baik" Semenjak kejadian itu Nayyara menilai dirinya sendiri sebagai anak yang tidak baik. Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin di pindahkan ke Jakarta. Kalau dia anak baik, papah nya akan menganggapnya sebagai keluarga dan membiar...