Langit pagi ini tampak tidak terlihat mendukung membuat Bian yang sudah hendak pergi ke rumah Juan mengurungkan niatnya. Malas sekali kalau harus hujan-hujanan mengendarai motor, meskipun ia bisa mengenakan jas hujan, itu hanya membuat dirinya kerepotan. Jadi lebih baik membatalkan kepergiannya dan duduk menemani Sarah yang sedang mengupas bawanb di meja makan.
"Kenapa de?" Sarah langsung bertanya saat Bian baru saja mendudukkan dirinya.
"Mau keluar tapi hujan bun" jelas Bian apa adanya. Sarah mengangguk dengan senyuman tipis kemudian melanjutkan pekerjaannya tanpa merasa terganggu dengan kehadiran Bian.
Lima menit berlalu dengan hanya di isi suara pisau yang bersentuhan dengan talenan. Sarah sedang memotong bawang sekarang, sesekali menyeka matanya yang perih dan Bian masih setia menatap bunda nya.
"Ada masalah de?" Sarah kembali melontarkan pertanyaan, ia sangat hafal ekspresi anak bungsunya kalau sedang banyak pikiran. Seperti saat ini contohnya, hanya diam dengan tatapan kosong namun isi pikirannya ramai sekali bukan main.
"Ga ada" Bian tentu saja berdusta, akan sangat memalukan kalau Bian mengatakan Bian sudah menyukai tetangga sebelah.
"Jangan bohong sama bunda!!"
Bian menghela nafas kemudian menatap wajah Ibundanya itu dengan tatapan yang hampir putus asa.
"Gimana caranya biar orang balik lagi sikapnya kayak dulu bun?" Bian akhirnya memutuskan untuk bertanya, bukan bercerita.
"Emangnya siapa yang berubah?" Sarah malah bertanya balik.
"Si bunda, ditanyain malah nanya balik" sewot Bian, Sarah terkekeh kemudian menghentikan pekerjaannya sejenak dan ikut duduk bersama si bungsu.
"Biasanya de, orang berubah karena dia merasa kecewa!! yaa kecewa itu meskipun sudah mencoba diperbaiki pasti rasa kecewa masih ada" tutur Sarah sambil mengusap hangat pundak Bian yang sedang mendengarkan dengan seksama, tidak ada niat untuk menyela.
"Paling engga, kalo kamu merasa dia berubah karena kamu coba perbaiki sikap kamu ke dia de! kata bunda juga kamu jangan cuek-cuek banget biar orang-orang ga mengira kamu tuh jahat, ga pedulian, ga punya hati, terus apalagi tuh" lanjut Sarah yang diakhiri dengan sedikit teguran untuk Bian.
"Aku gatau gimana caranya bun" ujar Bian lemah, udara yang sejuk karena turunnya hujan membuat perasaannya menjadi galau.
"emang siapa si de yang berubah?? perempuan atau laki-laki?? kamu udah mulai kenal sama perempuan yaa??" Sarah kembali bertanya dengan pertanyaan sebelumnya karena Bian belum menjawabnya.
"cewek bun! Biasanya dia cerewet banget, rusuh banget, tapi ternyata aku ngerasa ada yang hilang waktu dia berubah, dia jadi pendiem bun kalo ketemu aku! Dia udah gamau natap mata aku lagi..." jadilah Bian meracau pada bundanya, jujur saja dia benar-benar merasa kehilangan karena Nayyara tidak sama lagi seperti dulu.
"Itu namanya kamu suka dia de! Jangan sampai menyesal yaa nak, kalo kamu suka dia kamu perjuangkan dia. Perbaiki kesalahan kamu seenggaknya sampe kamu mendapat maaf dari dia, ya?" Sarah menangkup wajah anaknya dengan kedua tangan seakan menyuruh Bian menatap balik matanya.
"iyaa bun, gausah di giniin" cetus Bian yang merasa tidak nyaman dan menyingkirkan wajahnya dari tangan Sarah.
"Siapa sih de yang berhasil meluluhkan hati kamu yang kayak batu ini?" siapapun pasti akan seperti Sarah kalau tahu anaknya yang super cuek ini menyukai lawan jenis.
"Tebak lah bun"
"Bunda mana tau temen-temen perempuan kamu kecuali Nayyara" gumam Sarah bingung yang kelihatannya sedang mencoba mengingat-ingat teman perempuan Bian yang pernah ia temui.
"Iya bun" Bian malah mengangguk mendengar nama gadis itu disebut dan tentu membuat Sarah melongo saking terkejutnya.
"Serius de?? eh deket banget kalo besanan yah??" tanya Sarah masih tak percaya, Bian menghela nafas dan berdiri dari duduknya, merasa sudah tidak ingin berbicara lagi dengan bunda nya atau Sarah akan semakin menggali tentang Bian dan gadis kecil itu.
"Bunda jangan mikir kesitu dulu! Bian belum dapet soalnya" celetuk Bian sebelum benar-benar melangkahkan kakinya pergi.
"Pasti dapet kata bundaa de! Anak bunda ganteng pinter gitu siapa yang mau nolak" seru Sarah bersemangat "Nanti bunda bantu pendekatan nya" lanjut Sarah senang.
"makasi konsultasi nya bun"
🌱
hehe maaf yaa hehe aku kembali, gatau ini masih ada yang baca atau engga yang penting up dulu😭🙏
selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang berpuasa🥳💫
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYYARA
Fanfiction"Bukan anak baik" Semenjak kejadian itu Nayyara menilai dirinya sendiri sebagai anak yang tidak baik. Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin di pindahkan ke Jakarta. Kalau dia anak baik, papah nya akan menganggapnya sebagai keluarga dan membiar...