Nayyara masih senyum-senyum sendiri bahkan setelah dia pulang ke rumah. Kupu-kupu di perutnya masih belum hilang karena masih mengingat kejadian di kantin tadi. Nayyara bahkan menatap lamat-lamat gelang berbentuk kunci yang ia pakai, padahal saat Bian memberikan gelang itu dia sempat menolak. Tapi Nayyara tidak menyesal sama sekali karena masih memakainya sampai saat ini.
"AAAAAAAAAA SALTINGG BANGETTT LAGIII" teriak Nayyara yang sudah tidak kuat, dia mengguling-gulingkan tubuhnya di atas kasur, tidak peduli dengan seprai miliknya yang akan berantakan.
"Minimal tuh kalo mau buat orang salting aba-aba dulu Biannnnn! Misalnya, kamu siap-siap yaa aku mau buat kamu salting. Kan bisa" oceh Nayyara seorang diri sambil melihat foto-foto yang dikirimkan Nita tadi siang, itu foto-foto Nayyara dan Bian yang memang sengaja di potret oleh Nita. Dia memang teman yang baik.
"Yang ini lucuu bangettt"
"Yang ini Biannya gantengg bangettt aaa"
"Iii kok gua nya bengong gitu sihhh"
"Hahahahaha si kala makannya banyak bangettt"
Nayyara asik sendiri melihat foto-foto itu sambil tersenyum, kadang cemberut karena gambar dirinya tidak bagus menurutnya, tapi kalau teman-temannya yang berwajah lucu dia akan tertawa terbahak-bahak sampai tiba-tiba ia mendengar suara ketukan dari pintu, bukan pintu kamar melainkan pintu balkon.
"Eh" Nayyara dengan sumringah berlari ke pintu balkon dan membukanya dengan semangat. Tentu saja dugaan dia benar, yang mengetuk itu Bian.
"Hallooo Biiii" sapa Nayyara dengan sangat berenergi padahal ini sudah malam, Bian menoleh dengan wajah datarnya.
"Gue tungguin dari tadi" cetus Bian tanpa ekspresi, Nayyara jelas mengerutkan alisnya karena bingung. Masalahnya mereka tidak janjian untuk bertemu di balkon malam ini.
"Bukannya kamu ga bilang apa-apa ya Bi? Aku mana tau kamu kesini" klarifikasi Nayyara agar Bian tak marah.
"Kirain peka" ujar Bian yang kemudian mengalihkan pandangannya dari Nayyara, merajuk.
"Haha oke maafin yaaa" seru Nayyara yang segera menghapus jarak di antara mereka dan meraih tangan Bian untuk ia genggam, demi apapun ini adalah hal yang selalu Nayyara impikan. Suasana ketika jantung Nayyara tidak berdebar cepat sendiri.
"Iya" jawabnya singkat. Nayyara tersenyum dan berjinjit untuk mengacak rambut Bian gemas, ternyata pria itu bisa merajuk juga.
Bian mengambil tangan Nayyara dari kepalanya dan dengan spontan mencium punggung tangan itu, entah ilmu darimana Bian juga tidak tahu. Dia hanya mengikuti kata hatinya.
"Besok tanggal merah" ujar Bian tiba-tiba disaat Nayyara masih berusaha menetralkan jantungnya yang hampir copot karena tangannya di cium oleh Bian.
"Emang iya? Yeyy bisa tidurr sampe siang" Nayyara tentu sangat girang karena bisa tidur lebih lama, sungguh rebahan adalah hal yang paling Nayyara sukai.
"Bangun pagi! Pake baju rapih" suruh Bian, mulut Nayyara terbuka sedikit.
"Mau kemanaaa? Jangan bilang mau joging aku gamau pliss" rengek Nayyara yang jelas-jelas menolak apalagi kalau Bian mengajaknya lari pagi. Itu sangat menyia-nyiakan waktu tidurnya.
"Bukan" jawab Bian datar.
"Terus kemana?" Tanya Nayyara penasaran.
"Pake baju yang cantik" suruh Bian lagi, Nayyara mengangguk tak masalah.
"Aku tebak mau ke pesta?" Tebak Nayyara asal, Bian sampai terkekeh mendengarnya.
"Kok ketawa sih Bi? Emang aneh?" Tanya Nayyara yang jadi ikut tertawa karena Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYYARA
Fanfiction"Bukan anak baik" Semenjak kejadian itu Nayyara menilai dirinya sendiri sebagai anak yang tidak baik. Kalau dia anak baik, dia tidak akan mungkin di pindahkan ke Jakarta. Kalau dia anak baik, papah nya akan menganggapnya sebagai keluarga dan membiar...