36. selain bian

86 20 3
                                    

Setelah memastikan nayyara tenang dan kembali tersenyum, bian akhirnya mengantar gadis itu untuk kembali kerumahnya.

Motor nayyara dibiarkan disana untuk sementara waktu karena bian sudah menelpon bengkel langganan nya untuk mengambil motor gadis itu yang sudah tampak rusak sekali, meskipun jika nanti sudah tidak bisa digunakan bian akan pastikan kalau nayyara tidak akan pergi sekolah sendiri alias dia akan memberikan tumpangan nantinya.

"Makasih yaa bi" ucap nayyara untuk kesekian kalinya sambil sedikit menunduk sebagai penghormatan.

Bian mengangguk pelan kemudian menunjuk kearah wajah nayyara membuat nayyara memegang wajahnya yang masih biru-biru.

"Kenapa?" Tanya nayyara tak paham

"Obatin" kata bian datar, nayyara mengulum senyumnya dan mengangguk, perhatian kecil bian itu sanggup membuat mood nya berubah sedikit lebih baik.

"Gue masuk yaa bi, dadah!" Pamit nayyara setaya melambaikan tangan tanda berpisah dan masuk kedalam rumahnya sendiri.

Nayyara tahu Aminah pasti khawatir sekali dengan keadaan nya, nayyara bahkan merasa tak enak karena telah membuat Aminah khawatir seperti ini tapi apa boleh buat? Nayyara juga tidak tahu kalau dia akan berakhir seperti ini.

"Assalamualaikum ibu....." Salam nayyara pelan pada sosok perempuan dewasa yang sedang duduk di sofa dengan wajah cemas ditemani oleh laki-laki ber jaket leather yang kelihatan sama cemasnya.

Aminah dan haikala spontan berdiri dan menghadap kearah nayyara begitu mendengar suara yang sangat mereka tunggu-tunggu.

Baik aminah ataupun haikala sama-sama terdiam sebentar melihat keadaan nayyara saat ini yang jauh dari kata baik, sedangkan yang ditatap hanya bisa tersenyum getir dan berjalan dengan sedikit menyeret kaki kanannya yang masih terasa ngilu.

"Maaf ya bu" itu kata pertama yang keluar dari mulut nayyara setelah ucapan salam membuat Aminah langsung mendekapnya dan menangis, menangis karena melihat keadaan nayyara seperti ini, menangis karena senang gadis itu masih bisa pulang ke tempat yang ia sebut rumah.

"Nayyy ya Alloh nay...... Ibu sedih banget nay, ibu khawatir, kamu kenapa ga jujur aja biar bisa ditemenin haikala nay? Kenapa nay bohong?"

"Nay gamau ngerepotin" jawab nayyara yang masih betah berada didalam dekapan Aminah, apalagi Aminah mengusap-usap punggungnya membuat nayyara semakin nyaman untuk berlama-lama.

"Mana ada ngerepotin sih nay! Gua malah gasuka kalo lu kayak gini, benci gue" omel haikala yang tentu merasa frustasi karena serangkaian kejadian hari ini.

"Jangan galak-galak kal" gumam nayyara pelan sambil tersenyum tipis karena bibirnya sakit kalau harus tersenyum lebar.

"Abisnya! Lo duluan yang bikin gua murka" cetus haikala yang tampak serius dengan ucapannya, nayyara melepas dekapan Aminah kemudian memajukan bibirnya bersiap untuk mengadu.

"Aku jelek banget yaa bu?" Tanya nayyara sedih, aminah menghela nafas kemudian menggeleng dan memerhatikan satu persatu luka di wajah nayyara.

"Nanti kita kompres pake air anget yah nay, cantik kamu ga berkurang kok! Oh iya, nanti ibu minta penjelasannya yah nak kenapa kamu bisa sampe seperti ini?" jelas Aminah lembut sambil membelai rambut nayyara yang mulai panjang dengan sayang.

Nayyara mengangguk kemudian duduk di sofa dan berhadapan dengan haikala yang sedang menatapnya dingin, jujur tatapan itu lebih menakutkan dibanding tatapan jahilnya yang selalu nayyara lihat hampir setiap hari.

"Sorry buat lo khawatir kal" ucap nayyara pelan dan berhati-hati.

"Jelek!" Haikala malah mengejek

"Iya gue jelek, gue tau kok!" Setuju nayyara, haikala menghela nafas kemudian berdiri dari duduknya untuk pindah duduk di samping nayyara.

NAYYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang