17. dia misterius

86 17 4
                                    

Bian mengurungkan niatnya untuk membuka pintu balkon ketika ia menemukan tetangganya sedang berada dibalkon juga, tetangganya menangis dan bian sudah tidak terkejut sama sekali karena tetangganya itu beberapakali menangis dibalkon dan sialnya bian selalu mengetahuinya.

"Ck, mau nyebat!" Cetus bian kesal yang mau tak mau tidak jadi pergi ke balkon karena tidak mungkin orang sedang menangis dia malah merokok, terlebih juga bian memang tidak pernah keluar kalau tahu ada nayyara disana.

Bian meletakkan sebungkus rokok serta koreknya diatas meja lalu duduk ditepi kasur dan membuka ponselnya, bahkan sampai jam tiga sore tadi nayyara masih mengiriminya pesan dan kebanyakan adalah pesan maaf, bian juga tidak tahu gadis itu punya salah apa dengannya.

"Kenapa sekarang nangis?" Pikir bian bingung sampai membuat dirinya kesal sendiri jadi memikirkan gadis itu, apalagi ia sempat melihat kalau rambut nayyara benar-benar berantakan, rambut panjangnya juga seperti sudah lenyap.

"Dia di siksa?"

"Adek ayo makan" seru sarah yang tahu-tahu sudah berada diambang pintu kamar bian, bian menutup ponselnya dan menurut dengan seruan itu, setidaknya dia tidak akan memikirkan gadis aneh itu lagi.

Tapi sialnya, sampai dimeja makan pun bian masih terus memikirkan kemungkinan yang terjadi dengan gadis itu entah kenapa? Gadis itu benar-benar selalu ceria dan tak pernah tersakiti dengan kata-kata bian sampai bian berfikir kalau gadis itu tidak memiliki rasa sakit hati ataupun tersinggung, tapi sepertinya bian salah.

Gadis itu sering menangis, dia tidak seperti kelihatannya kalau sedang dirumah. Gadis itu punya sisi rapuh dan pasti dia memiliki masalah besar didalam hidup nya, gadis itu begitu misterius untuk bian sampai ia tak bisa berhenti memikirkannya.

"Kamu kenapa sih dek? Kok kayak gapunya roh?" Surya baru bertanya setelah beberapa menit yang lalu memperhatikan putranya yang tampak kosong, bian menggeleng pelan dan kembali menyuap makanannya.

"Gapapa yah" jawab bian datar.

"Kamu lagi pusing sama pelajaran? Atau ada yang jahatin kamu?" Tanya sarah memastikan, bian menghela nafas pelan, kalau sudah begini dia akan terus ditanya sampai mau menjawab.

"Kalo orang yang ceria tapi sering nangis itu kenapa bun?" Akhirnya bian membagi pikirannya dengan bertanya pada sarah.

"Ceria? Tapi sering nangis? Maksudnya gimana?" Tanya sarah tak mengerti.

"Yaudahlah gajadi" ucap bian malas.

"Menurut ayah dia ceria bukan karena emang dia asli ceria dek, dia cuma mau menutupi kesedihannya dari orang-orang biar ga dianggap kasihan" jelas surya dengan bijak, bian mengangguk mencoba memahami.

"Kayak gitu sakit gasih yah? Bunda jadi kasihan" Tanya sarah yang malah terbawa suasana.

"Sakitlah bun, buat tersenyum diantara luka-luka ajah udah sulit! Gimana kalo selalu ceria?" Jawab surya menurut pandangannya, sarah mengangguk sedih.

"Emang siapa sih dek? Suruh ajak main kesini dong bunda mau peluk" pinta sarah pada bian yang hanya berekspresi bingung.

"Ga! Gabakal mau" tolak bian setelahnya membuat sarah geram pada anaknya sendiri.

"Coba dulu ih adek! Pasti bukan temen-temen kamu yah?" Curiga sarah.

"Bunda sok tau!"

"Abis gamau kamu ajak main" cetus sarah kesal.

"Cewek yah dek?" Tebak ayah dengan sangat terang-terangan.

"Hah?" Bian tiba-tiba budek

"Oh bener! Tumben dek kamu mikirin cewek?" Surya malah meledek putranya yang seperti tertangkap basah membicarakan lawan jenis.

NAYYARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang