Part 10

44.5K 2.2K 27
                                    

"Benar kata pepatah, semua kesulitan hidup akan sirna kalau bersama kekasih."

_Adiba Mumtaza

Jam sepuluh siang. Adiba telah selesai menghafal nadzom dan belajar. Biasanya di jam segini, ia akan sekolah namun karena posisi kegiatan belajar mengajar di sekolah belum kembali aktif, Adiba menggunakan waktunya untuk bermain ponsel. Sementara Haidar sendiri tengah berkumpul dengan para pengurus di asrama putra.

Adiba sosok Ning yang aktif di media sosial. Sejak kecil, ia sudah terjun menjadi munsyidah dan saat ia menginjak kelas satu Madrasah Tsanawiyah, ia memutuskan terjun ke media sosial agar lebih mudah mempromosikan cover sholawat terbaru yang di upload di youtube.

Akun Instagram Adiba memiliki ratusan ribu followers dan kini matanya membelalak kala melihat notifikasi yang sangat banyak. Ia melihat sekilas banyak dari kalangan netizen yang berbondong-bondong mengomentari postingan terakhirnya.

Banyak juga DM yang membanjiri akun Adiba karena publik mengetahui seluk beluk pernikahan dini-nya yang tersebar di media sosial.

Tidak sampai di situ, banyak sekali akun yang menge-tag-nya akunnya karena video pernikahannya beredar di sosial media. Banyak sekali komentar yang membanjiri akunnya. Komentar negatif maupun positif ia dapatkan.

Melihat itu, Adiba tersenyum miris. Nyatanya memang tidak gampang menjadi public figure. Menyandang status sebagai putri Kyai membuat dirinya mendapat sorotan dari publik, terlebih ia juga telah terjun menjadi seorang munsyidah.

Perasaan Adiba kini campur aduk kala membaca komentar serta DM yang masuk dari pada followers-nya.

"Nduk, kenapa?" Tanya Bu Nyai Halwa yang baru datang dari luar.

Ia duduk di samping putrinya yang dari raut wajah Adiba dapat di simpulkan jika gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Akun media sosialku di berondong netizen Ma," ujar Adiba dengan kedua mata berkaca-kaca.

Yang paling membuat Adiba sedih adalah ketika beberapa orang berspekulasi seenak jidat mengatakan hal buruk tentang Abinya.

"Mereka ngata-ngatain Abi macem-macem Ma," curhat Adiba.

Mendengar keluhan Adiba, Bu Nyai Halwa terdiam sejenak baru memberikan penuturan.

"Sabar nduk. Jangan di masukkan hati," ujar Bu Nyai Halwa lembut.

"Bukannya pernikahan dini banyak yang mengalaminya ya ma? Tapi kenapa yang di judge hanya Adiba," ucap Adiba seolah tidak terima.

"Mungkin karena memang latar belakang kamu itu seorang putri tokoh agama dan kamu kan juga aktif di media sosial," ujar Bu Nyai Halwa memberikan pengertian.

"Tapi banyak banget yang ngasih kritikan pedas Ma. Komentar netizen bener-bener nusuk hati banget," ungkap Adiba.

Bu Nyai Halwa mengangguk kecil. Tangannya bergerak mengelus puncak kepala putrinya.

"Kamu harus tahu dan ingat penuturan Umma ini. Di sosial media, semua orang campur aduk. Tidak sedikit orang yang berkata tanpa dasar. Tidak banyak orang fleksibel di sosial media. Mereka banyak yang keras dan menghakimi. Makanya Umma dan Abi dari awal sudah memantapkan kamu, kalau kamu berani bersosial media, kamu juga harus berani menerima segala bentuk resikonya," tutur Bu Nyai Halwa mencoba mengingatkan satu prinsip pada putrinya.

"Intinya jangan baperan," kata Bu Nyai Halwa menyimpulkan.

"Iya ma," sahut Adiba sambil menunduk.

Bu Nyai Halwa memakluminya karena ini terbilang pertama kali Ning Adiba mendapat cukup banyak komentar buruk di sosial medianya. Sebelumnya ia mendapat banyak pujian dan dukungan dari sosial media.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang