Part 12

38.5K 2.1K 25
                                    

"Masa lalu kamu milikmu. Masa laluku milikku. Dan masa depan milik kita berdua."


Momen sarapan bersama telah selesai. Haidar mengajak Adiba jalan-jalan menggunakan sepeda dan memboncengkannya di belakang karena Adiba memang tidak bisa mengendarai sepeda meskipun tidak sepeda motor sekaligus.

"Mas," panggil Adiba dari belakang.

"Iya?" Sahut Haidar.

"Mas Haidar sebelumnya pernah jatuh cinta nggak?" tanya Adiba memberanikan diri. Ia sangat penasaran dengan masa lalu Haidar.

"Pernah," jawab Haidar sambil tersenyum.

Adiba menekuk wajah kecewa namun juga penasaran. "Sama siapa?" Tanyanya.

"Ummi Sayyidatul Alawiyah," jawab Haidar.

Deg.

Jantung Adiba berdebar hebat. Ada rasa kecewa yang menyelimuti hatinya.

"Beruntung banget ya perempuan itu. Bisa di cintai Mas Haidar," ucap Adiba sembari menekuk wajah.

Mendengar nada kecewa Adiba, Haidar menahan tawa.

"Itu cinta pertama Mas?" Tanya Adiba lagi.

"Iya," jawab Haidar.

"Brati aku cinta kedua?" Kata Adiba menyimpulkan.

"Cinta pertama," sahut Haidar.

"Gimana sih Mas?" Gerutu Adiba.

Haidar tertawa mendengar istrinya menggerutu.

"Mas pernah pacaran?" tanya Adiba.

"Dosa," jawab Haidar.

"Iya emang. Tapi Mas pernah nggak?" ulang Adiba.

"Nggak Diba," sahut Haidar.

"Mas nggak ada niatan mau nanya balik gitu ke aku?" ucap Adiba.

"Nggak," jawab Haidar seraya menghentikan sepeda kemudian menoleh ke belakang.

"Masa lalu kamu milikmu. Masa laluku milikku. Dan masa depan milik kita berdua," ujar Haidar.

Blush.

Kedua pipi Adiba langsung merah merona mendengar ucapan Haidar. Karena salting ia pun memukul punggung Haidar. "Ayo jalan lagi," ujarnya.

"Oke, tuan puteri," sahut Haidar mulai
“Aku mau pergi,” ucap Haidar lanjut mengayuh lagi.

Adiba kembali tersenyum baper. Ia di perlakukan sangat manis oleh Haidar namun pikirannya saat ini masih terngiang dengan nama perempuan yang di sebut Haidar sebagai cinta pertama.

"Ummi Sayyidatul Alawiyah itu putri Kyai juga Mas? Atau santri biasa?" Tanya Adiba masih penasaran dengan sosok perempuan yang di sebut Haidar.

"Putri Kyai," jawab Haidar.

"Cantik nggak Mas?" Tanya Adiba lagi.

“Cantik," jawab Haidar enteng.

Deg.

Dada Adiba terasa sesak mendengar suaminya memuji perempuan lain namun ia mencoba tegar dan melanjutkan pertanyaan lainnya tentang Ummi Sayyidatul Alawiyah.

“Cantik mana sama aku?” tanya  Adiba kembali.

“Sama-sama cantik," jawab Haidar.

“Sholiha ya pasti?” ujar Adiba dengan nada lemah.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang