Part 14

36.2K 2K 29
                                    

"Patuh atas semua nasihat suami. Kalau suami ridho, kamu akan jadi perempuan tercantik yang tidak akan terkalahkan oleh siapapun."

Jam sepuluh malam. Adiba telah selesai ngaji Diniyah. Ia segera pulang dan pergi ke kamar. Di sana, ia tidak melihat keberadaan Haidar.

“Mas Haidar makin jarang di kamar,” gumam Adiba.

Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Haidar. Ternyata suaminya itu sedang berada di kantor Diniyah bersama para Ustad lainnya.

Akhirnya mereka saling berkirim pesan lewat ponsel.

Adiba tampak senyam-senyum sendiri kala membaca pesan yang masuk dari Haidar.

"Ketikannya aja ganteng dan bikin salting apalagi orangnya," celetuk Adiba sambil terkekeh.

Mas, aku mau tidur dulu. Nanti jam 3 bangunin ya, aku bikinin menu sahur

Nggih Diba, silahkan tidur.
Jangan lupa berdoa❤️


Setelah itu, Adiba meletakkan ponselnya. Ia menghafalkan nadzom Alfiyah dulu sebelum tidur.

Di sisi lain, Haidar tengah berbincang dengan para Ustad yang mengajar Diniyah. Salah satu Ustad yang menjadi wali kelas Adiba membuat Haidar tidak nyaman karena Ustad itu terus menerus memperbincangkan Adiba dan memujinya.

"Saya alumni Pondok Pesantren Fathul Ilmi Gus. Keluarga saya dekat sekali dengan Kyai Ilzam, bahkan seluruh saudara saya juga lulusan Fathul Ilmi," cerita Ustad Azar tiba-tiba.

Haidar hanya diam mendengarkan sambil mengangguk sesekali.

"Setiap ketemu Ning Diba, saya selalu ngucap subhanallah karena lihat kecerdasan dan bakatnya," ungkap Ustad Azar.

"Saya nggak nyangka kalau Ning Diba akan menikah secepat ini, apalagi dengan Gus Haidar yang notabe-nya sudah sangat dewasa," ujar Ustad Azar lagi.

"Gus, mending kamu pulang dulu. Pasti Adiba cari-cari," ujar Akhtar tiba-tiba.

"Nggih Mas," sahut Haidar patuh kemudian segera beranjak pergi.

Langkah Haidar di susul oleh Albi yang menepuk pundak Haidar sambil tersenyum.

"Jangan pikirkan ucapan Ustad Azar Gus," ujar Albi.

"Ustad Azar termasuk deretan fans boy Adiba yang kayaknya gagal move on," celetuk Albi sambil terkekeh.

Haidar mengangguk kecil sambil tersenyum. Baginya, siapapun pengagum Adiba tetaplah dirinya pemenangnya.

"Gus Haidar udah paling tepat jadi pawang Adiba, karena para fans boy Adiba nggak ada yang bisa saingin Gus dalam hal apapun," puji Albi.

Tak dapat di pungkiri, Haidar memang sosok mubaligh kondang yang cukup terkenal. Albi sendiri memuji iparnya dan mengakui kehebatan Haidar.

"Ya sudah Gus, titip Diba ya. Kalau tiba-tiba ngorok atau ngiler ya di terima Gus," ujar Albi sambil terkekeh.

Haidar kembali mengangguk sambil ikut tertawa kecil. Langkahnya kini telah tiba di depan pintu kamar. Ia membuka knop pintu perlahan dan melihat lampu kamar telah padam. Tinggallah lampu LED yang menyala menandakan penghuni kamar telah masuk ke alam mimpi.

Haidar berjalan mendekat ke arah ranjang. Ia mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna putih kemudian naik ke atas ranjang dan memperhatikan wajah Adiba yang tengah memejamkan mata terlelap.

Partner Syurga (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang